53. OM ALDI ?

98 3 0
                                    

53
LIMA TIGA
(OM ALDI ?)

Andini yang saat itu juga berada di dapur, juga mendengar keluh kesah Niko. Ia mendekati putranya, lalu dengan lembut berkata "Iya, Niko. Apa yang kakak kamu ucapkan itu benar. Sikap kamu ini tidak sopan. Apalagi dia perempuan !"

"Kak, buk. Kalau kita bersikap baik sama dia, dia nanti kegeeran. Kan Niko yang bakal repot nantinya !" Ucap Niko yang mencoba membela dirinya.

"Ya udah, gini aja. Kapan-kapan, kamu bicara berdua sama dia. Bilang kalau kamu gak suka sama dia. Masalahnya pasti beres kan." Ucap Elisa.

"Niko udah coba kakak. Tapi itu cewek tetap aja ngejar-ngejat Niko!" Jawab Niko kesal.

"Nanti aja kita bahas. Gak enak buat tamu nunggu lama-lama." Ucap Andini.

Mendengar hal itu, Niko, Elisa dan Andini pun pergi ke ruang tamu. Elisa duduk tak jauh dari Karin, lalu segera memberikan ges berisi jus pada Karin.

"Karin, kenalin ini ibunya Niko." Ucap Elisa. 

"Udah kenal kok kak."

"Wah… kayaknya hubungan kamu sama Karin dekat banget ya, sampai-sampi Tante aja udah kenal." Ucap Elisa.

Karin yang mendengar hal itu merajut alisnya, lalu melirik ke ibu Niko. Ia merasa heran pasalnya Elisa memanggil ibu Niko Tante.

"Loh kok kakak Niko panggil ibunya tente sih ? Mereka kakak dan adik kandung kan ? Atau mereka cuman sepupu ? " Batin Karin.

"Cih… biasa aja kali kak." Ucap Niko ketus.

Andini yang menyadari tatapan Karin pun tersenyum, lalu berkata "Karin. Apa kabar kamu ?"

"Ah… baik kok Tante." Ucap Karin cepat, lalu segera mengalami Andini.

"Yaudah, duduk aja. Tapi… Maaf ya, Tante gak bisa nemenin kamu, soalnya ada arisan." Ucap Andini.

"Elisa, Niko. Titip Nisa dan Nino ya bentar." Tambah Andini, lalu pergi ke luar.

Niko mengambil hpnya, lelu segera mengirim pesan pada Elisa. Saat Elisa mendengar suara pesan masuk dari hpnya, ia segera melihatnya, dan ternyata itu pesan dari Niko yang bertulis "Kakak, jangan kemana-mana. Kakak di sini aja temani Niko !" Elisa yang membaca itu hanya bisa mengendus kasar, sambil tersenyum masam pada adiknya.

Tak lama kemudian, Nisa dan Nino pulang. Mereka baru saja pulang dari tempat les dengan berjalan kaki, karena tempat les mereka tidak begitu jauh dari rumah. Saat mereka melihat Elisa, mereka sangat senang, dan tak lupa mereka meminta oleh-oleh.

Elisa pun memberikan oleh-oleh pada Nisa dan Nino. Saat Niko melihat ya, ia juga meminta oleh-oleh, dan saat ia melihat oleh-oleh miliknya, ia sangat senang. Mereka tertawa bersama, dan terlihat sangat bahagia. Bahkan Nino dan Niko terlihat bersaing memperebutkan perhatian Elisa. Saat Karin melihat hal itu, ia menjadi sangat iri. Pasalnya ia tak sedekat itu dengan kakaknya, bahkan saat kakaknya pulang ke rumah, ia pasti akan bertengkar dengan ibunya.

Elisa yang melihat Karin hanya duduk sendirian sambil menatap mereka, mengajaknya bergabung. Mereka Pun kembali bersenda gurau, hingga hari semakin sore. Namun saat itu Karin menyadari satu hal. Elisa terlihat dekat dengan adik-adiknya, namun ia merasa ada penghalang di antara mereka. Karin tak tahu itu, namun ia merasakannya dengan jelas.

Tawa mereka berhenti saat Elisa berkata "Kakak pulang dulu ya." Lalu segera berkemas.

"Lo kak, kenapa cepat banget ? Nginep aja disini kenapa." Protes Nino.

"Gak bisa sayang. Suami kakak udah datang... tuh liat, dia udah di luar." Ucap Elisa lembut.

Mendengar hal itu, bibir Nino maju seperti bebek. Ia kesal. "Hem…"

WASIAT AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang