8. KASIH SAYANG MAMA CITRA

156 4 0
                                    

DELAPAN

(Kasih sayang mama citra)

Esokan harinya.

"Nak, gimana cincin pilihan mama. Bagusan ?" Tanya Mama Citra seraya menyodorkan cincin bertahtakan berlian pada Elisa.

Elisa melihat cincin itu. Ia menatap cincin itu dengan kagum, ya itu wajar karena wanita kebanyakan suka dengan benda yang berkilau dan mahal. Cincin itu memiliki lingkar yang tebal dan terbuat dari emas putih. Di lingkaran luar terdapat berlian kecil membuat garis kecil, seolah membelah cincin itu menjadi dua. Dan memiliki mahkota berlian dengan ukuran yang lebih besar di tengahnya. Sementara cincin untuk pria, dia memiliki lingkar yang sedikit lebih tebal, namun tidak memiliki mahkota.

"Iya ma, ini bagus. Mama sangat tahu selera anak muda." Puji Elisa.

Elisa menatap mama Citra, lalu tersenyum dengan lembut. Menutupi wajahnya yang sangat kelelah. Ya… kelelahan. Sebenarnya Elisa sangat lelah hari ini, pasalnya ia baru pulang kerja. Memang tak banyak pekerjaan yang diberikan hari ini. Kegiatannya hanya berkeliling kantor dan mendengar instruksi manajer mengenai pekerjaannya. Masalahnya jarak tempuh.

Setelah pulang kerja Elisa harus menjemput adik-adiknya. Setelah sampai di rubah, ia harus terburu-buru mempersiapkan diri, baru ke rumah mama citra. Dan jarak kantor, sekolah adik-adiknya, rumahnya dan rumah mama Citra sangat jauh. Jadi waktu Elisa lebih banyak dihabiskan di jalan, dan itu sangat melelahkan. Ini Elisa lakukan demi mama Citra. Elisa tak mau mama Citra kecewa, terlebih lagi mama Citra sangat baik dan royal padanya.

"Iya dong, mama kan selalu mengikuti tren terkini."

"Ini berlian asli ya ma ?" Tanya Elisa memastikan.

"Iya, ini berlian asli. Apa perlu mama lihatin surat-surannya ?"

"Hahaha… gak usah ma."

"Duh, gimana nih. Mama Citra baik banget sama aku. Malah… mama kelihatan sangat bahagia, ini buat aku jadi gak enak. Kalau dia tahu hubunganku dan anaknya gak seperti yang dia pikirkan gimana ? Dia pasti sangat kecewa" batin Elisa.

Melihat sikap Mama Citra, Elisa tahu jelas jika Aldi belum juga memberitahu tentang pembatalan perjodohan pada mamanya itu. Elisa sendiri bisa saja memberitahunya, namun ia takut menyakiti perasaan Mama Citra. Dan ini sangat membebani Elisa. 

"Coba kamu pakai cincinnya. Pas gak ?" Ucap mama Citra.

Elisa segera memakainya, dan cincin itu pas di jarinya.

"Hem… pas ma" ucap Elisa.

"Duh cocok banget di jari manis kamu nak. Kelihatan lebih cantik dan mewah kalau di pakai sama kamu!" Puji mama Citra.

"Hahaha… mama berlebihan ah." Ucap Elisa, tersipu malu.

Melihat tingkah Elisa yang di rasa menggemaskan, mama Citra menjadi sangat gemas. Dan tak sabar menjadikan Elisa sebagai menantunya.

"Ya ampun, calon mantu mama. Gemesin banget. Cantik  pula. Mama jadi gak sabar liat kamu pakai baju pengantin." Ucap Mama Citra sambil mencubit tangan Elisa dengan pelan.

Saat mendengar hal itu, Elisa hanya bisa tertawa, namun tak ada raut kebahagiaan di sana. Itu seperti tawa mengejek. Mengejek nasibnya sendiri.

Mama Citra memperlakukan Elisa seperti anaknya sendiri, itu membuat Elisa merasa senang. Rasa rindunya pada ibu kandungnya seakan terobati setiap kali menghabiskan waktu bersama mama Citra.

"Ohya ma. Udah malam nih. Elisa pulang ya" ucap Elisa yang menyadari hari sudah mulai larut.

"Nanti dulu. Kamu makan dulu, bareng mama dan  Aldi. Katanya Aldi bentar lagi sampai." Ucap mama Citra yang mencoba menahan kepergian Elisa.

WASIAT AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang