70. RESEPSI

117 3 0
                                    

70
TUJUH PULUH
RESEPSI

Tiga hari kemudian. Beberapa karyawan wanita di salah satu perusahaan ternama sedang makan siang. Seperti biasa, sambil makan siang, mereka bergosip berita panas.

"Malam nanti, pak Aldi ngadepin resepsi pernikahannya !" Ucap salah satu karyawan wanita.

"Apah ! Kok bisa ? Kapan pak Aldi menikah dan dengan siapa ?" Ucap Wanita lainnya.

"Itu... dengan sekretarisnya yang baru." Ucap wanita lainnya.

"Dia aja belum lama kerja disini. Mungkin dia juga baru kenal sama pak aldi. kok bisa dia nikah pak Aldi, padahal Dewi dan pak Aldi kan sudah pacaran bertahun-tahun."

"Itu lah yang namanya jodoh. Lagian di Dewi bodoh sih. Diajakin nikah, malah nolak, kan di ember cewek lain.' Ucap karyawan lainnya sambil melirik seorang karyawan yang duduk tak jauh darinya. Karyawan yang di liriknya adalah Dewi.

Dewi yang mendengar hal itu hanya bisa menahan amarahnya. Sahabat baiknya, Renata yang duduk di sampingnya menggenggam tangan Dewi seolah mentransfer kekuatan padanya.

"Udah Dewi. Gak usah dengerin mereka." Ucap Renata.

Namun ucapan Renata itu tidak bisa merekam emosi Dewi. Dewi pun pergi ke kamar mandi, dan Renata mengikutinya dari belakang.

Dewi membilan wajahnya dengan air. Berharap air itu bisa membuatnya segar dan emosinya menghilang.

Renata hanya bisa terdiam. Sambil menatap sahabatnya iba. Namun tiba-tiba ia berpikir hal buruk pada Elisa, dan saat ia mengatakannya ucapannya membuat Dewi terdiam sesat.

"Mungkin tu cewek ngejebak pak Aldi hingga dia hamil, terus dia paksa pak Aldi buat nikahi dia. Terus karena gak mau membuat malu nama keluarga, pak Aldi terpaksa nikah sama dia. Buktinya, mereka Minah mendadak kan. Dan semua terkesan ditutupi ! Bahkan resepsi mereka juga sangat tertutup. Pasti untuk menutupi kehamilannya."  Ucap Renata.

***

Pada malam harinya. Saat ini Elisa sedang berada di kamar hotel. Ia sedang menunggu acara resepsinya di mulai. Ia tak sendiri, ada ibu tirinya serta saudara tirinya. Sementara Aldi, dia ada di kamar lain bersama mama Citra.

Elisa berdiri di depan cermin. Ia menatap dirinya yang sudah memakai riasan dan gaun pengantin bernuansa serba putih  dan begitu berkilau.

Elisa terlihat begitu gugup malam ini. Ya, pasalnya ini adalah Momen yang paling ia tunggu. Momen saat Aldi mengakuinya sebagai istri di khalayak ramai.  Bahkan saking senangnya, jantung Elisa berdebar tidak jelas, telapak tangan dan kakinya terasa dingin. Ia sudah tidak sabar dan juga sedikit grogi.

Namun fokus Elisa teralihkan saat ia melihat Niko duduk di atas sifat dengan tatapan kosong. Dia melamun, seolah sedang memikirkan sesuatu. Elisa yakin jika adiknya memiliki masalah, pasalnya Niko tak biasanya bersikap seperti itu.

Elisa yang penasaran bercampur khawatir  pun mendekati adiknya. Ia duduk di samping Niko, lalu memegang tangannya dengan lembut.

Hal itu membuat Niko terbangun dari lamunannya, lalu dengan lembut Elisa bertanya "Kenapa kamu kelihatannya gelisah belakangan ini."

Mendengar hal itu. Niko bergumam "apakah aku terlihat sangat gelisah ?"

"Kalau ada masalah, kamu bisa cerita sama kakak. Siapa tahu, kakak bisa bantu." Ucap Elisa lagi.

Niko yang mendengar hal itu tersenyum lemah. Lalu dalam hatinya ia berkata "Kakak memang yang terbaik. Aku yakin, cuman kakak yang bisaa bantu aku sekarang."

"HM… gini kakak. Salah satu teman ku… menghilang." Ucap Niko.

Elisa yang mendengar hal itu agak bingung. Lalu Niko mulai menjelaskan masalah Karin. Mulai dari tidak masuk sekolah tanpa kabar, masalah perjodohan, keluarga yang berantakan hingga asumsi-asumsinya Niko mengenai hilangnya Karin. Elisa pun merasa iba pada Karin. Dan ia berjanji akan membantu menemukan Karin. Setelah mendengar hal itu, Niko pun sedikit merasa lega.

Beberapa menit kemudian, acara resepsi pun dimulai. Acara berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Tak banyak tamu yang hadir karena Elisa dan Aldi hanya mengundang keluarga, teman dan beberapa kolega Aldi saja. Meskipun begitu, acara pernikahan ini malah terasa sangat intimei.

Malam ini Elisa dan Aldi terlihat bak ratu dan raja. senyum bahkan tak terlepas di wajahnya. Meskipun begitu, entah kenapa Elisa agak minder. Ia tak percaya diri karena tubuhnya yang semakin membesar.

Saat mereka sedang makan, Elisa berbisik pada Aldi "Bagaimana penampilan ku mas ? Aku kelihatan gendut ya ?"

Aldi yang saat itu sedang makan, melihat Elisa lalu berkata "Gak kok. Kamu kelihatan seksi !"

"Ih, mas jangan bohong dong." Ucap Elisa dengan nada kesal.

"Mas gak bohong. Kamu memang seksi. Giba aja liat bokongku yang montok itu." Bisik Aldi yang membuat pipi Elisa memerah. Dan pipi Elisa semakin memerah saat Aldi berbisik hal yang tak pantas "Mas jadi pengen ****. Kayak kemarin malam."

"Ih mas ah." Ucap Elisa kesal sambil mencubit perut Aldi dengan wajah yang semakin memerah. Aldi hanya bisa meringis kesakitan saat itu, dan ia juga tertawa karena sikap istrinya.

Dari kejauhan, beberapa pria sedang menatap Aldi dan Elisa. Mereka terlihat bingung dan heran saat melihat kedekatan Aldi dan Elisa.

Salah satu pria, yang tak lain adalah Cendra berkata "Gue gak nyangka, Aldi bakal nikah sama cewek kayak gitu."

Kevin yang berdiri di sampingnya, mengambil gelas berisi soda lalu meminumnya dalam sekali tegukan, lalu berkata "Ya, mana nikahnya diam-diam lagi."

Kevin terdengar kesal saat itu. Cendra yang menyadarinya, hanya melihat Kevin.

"Ya… Gue denger, mereka udah nikah sekitar 3 bulan lalu. Gak nyangka ya." Ucap Cendra.

"Gue sebenernya udah liat istrinya Aldi sebelumnya." Ucap Kevin.

"Gue juga udah kok. Tapi waktu itu dia bilang tu cewek sekretaris barunya." Ucap Cendra.

"Gak, gue ketemu mereka berdua di Bali beberapa bulan yang lalu. Mungkin waktu itu mereka lagi hanimun, tapi gue gak nyangka mereka udah nikah. Waktu itu Aldi juga memperingati gue untuk jangan dekati tu cewek, karena dia sudah punya suami. Eh gak taunya, orang yang ngomong suaminya." Ucap Kevin yang terdengar kesal.

Cendra yang menyadari sesuatu mengerutkan keningnya. Ia menatap Kevin dengan tatapan curiga, lalu bertanya "Lo sempat naksir sama istrinya Aldi ?"

Kevin hanya menatap Cendra dalam diam. Ia tak membantah, tak pula membenarkannya. Namun kediaman Kevin membuat Cendra berpikir ucapannya benar.

"Lah, kok bisa. Dia kan jauh dari selera Lo ?" Ucap Cendra penasaran bercampur keterkejutan.

"Gue juga gak tau. Dia beda aja dari yang lain." Ucap Kevin.

Disisi lain, Tasya terus mendekati Niko. Saat mendapatkan kesempatan, hanya berdua saja dengan Niko, Tasya pun berbicara alasan kenapa Niko sulit dihubungi berapa hari ini.

Niko pun memberi jawaban yang sama, yaitu "Maaf kak. Aku lagi sibuk mempersiapkan diri, untuk ujian kenaikan kelas sebentar lagi."

Tapi pada kenyataannya, tidak ada jam tambahan, apalagi mempersiapkan diri untuk ujian. Niko sibuk mencari keberadaan Karin yang sampai sekarang entah dimana.

Melihat sikap Niko yang seolah menghindarinya, membuat Tasya merasa sangat kesal, namun ia tak bisa berbuat banyak karena statusnya dengan Niko tidak jelas. 

Dibilang pacar ? Mereka bukan pacar. Dibilang sahabat ? Tidak juga. Teman, apalagi. Mungkin hanya sekedar kakak dan adik.

Dalam hati, Tasya bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah perasan ini hanya ia saja yang merasakannya ? Terus kenapa Niko mendekatinya beberapa waktu yang lalu.

***

WASIAT AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang