28. KEGILAAN ALDI

142 4 0
                                    


28
DUA PULUH DELAPAN
(KEGILAAN ALDI !)

"Haah… kenapa ?" Tanya Elisa bingung.

"Kita… akan... mengadakan pernikahan di hadapan... mama." Ucap Aldi sambil memburu nafas kasar.

"HAA… PERNIKAHAN ? KAU GILA !" Teriak Elisa kaget, bahkan jantungnya hampir saja copot.

"Tunggu… aku pasti salah dengar. A, apa yang kamu bicarakan tadi Aldi ?" Tanya Elisa lagi, yang merasa pendengarannya salah.

"Menikah lah dengan ku." Ucap Aldi lagi, yang membuat Elisa terkejut dan marah.

"Kamu gila ya ! Malam-malam datang kerumah wanita ngajak nikah ! Kamu pikir aku wanita murahan apa !" Ucap Elisa ketus sambil menatap Aldi dengan mata melotot.

"Terserah... apa kata kamu. Aku akan menerimanya dengan lapang dada. Yang penting, kita menikah ya. Aku mohon, ini keadaan darurat !" Mohon Aldi dengan mata yang sudah memerah.

"Bukannya kita sudah sepakat kemarin untuk tidak menikah ? terus, kenapa kamu berubah pikiran ?" Tanya Elisa yang mulai emosi, pasalnya ucapan Aldi dulu dan sekarang sangat berbeda.

"Mama kritis lagi. Dan keadaan mama semakin parah." Jelas Aldi.

"Terus… apa hubungannya dengan menikah ?" Ucap Elisa kesal.

"Dokter bilang, mama harus dilakukan operasi untuk pemasangan cincin di jantungnya. Mama… takut jika umurnya tidak panjang lagi. Makanya mama minta… kita menikah malam ini." Ucap Aldi.

"Kamu jangan bicara yang enggak-enggak deh. Mungkin mama cuman takut aja. Nanti kalau di beri obat bius, aku yakin ketakutan mama akan menghilang." Jelas Elisa yang berusaha menyadarkan Aldi dari kegilaannya.

"Tidak, ini bukan mengada-ngada !" Ucap Aldi tegas.

"Siapa juga yang mengada-ngada PAK TUA !" Geram Elisa.

Aldi bersujud, di hadapan Elisa lalu berkata "Aku mohon, ikutlah denganku. Aku yakin, kamu akan menerima pernikahan ini setelah melihat kondisi Mama."

Perbuatan Aldi itu membuat Elisa reflek menjauh, memasuki apartemennya.

"Ni orang sudah gila apah !" Batin Elisa.

"Gak, gak. Lebih baik, kamu pulang saja, karena aku gak akan pernah mau menikah dengan mu !" Ucap Elisa tegas.

Saat ini Elisa merasa sangat khawatir dengan keadaan mama Citra, namun ia juga takut dengan sikap Aldi yang tiba-tiba mengajaknya nikah. Padahal sebelumnya, pria itu sangat menentang perjodohan ini. Ivy takut jika Aldi hanya bermain-main dengannya, atau memanfaatkannya. Ivy tidak mau hal itu terjadi.

Mendapati penolakan itu, Aldi bangkit, lalu  ia masuk ke apartemen, mendekati Elisa sambil berkata "Ap, apah ?  maksudnya ?"

"Dengar Ya... tuan ALDI SENJAYA. Aku memang menyayangi dan menghormati ibu anda, tapi saya gak sebodoh itu mengorbankan masa depan ku dengan menikah dengan anda! Orang gila saja belum tentu mau menikah dengan orang plin-plan seperti anda !" Jelas Elisa dengan suara gemetar.

"Tapi…" Aldi berusaha meyakinkan Elisa, supaya mau menerima perjodohan ini, namun Elisa memotong ucapannya.

Elisa mendorong tubuh Aldi, supaya keluar dari apartemennya, sambil berkata "Aku rasa percakapan ini sudah cukup. Kamu... harus pergi sekarang dari apartemenku, atau aku panggil petugas keamanan !"

"Tidak, tunggung… Elisa !" Ucap Aldi yang berusaha menghentikan Elisa.

Aldi yang semakin terdesak, akhirnya menggendong Elisa di bahunya layaknya mengangkat karung beras.

WASIAT AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang