12. SAHABAT

116 3 0
                                    

12
Dua Belas

(Sahabat)

Elisa membuka pintu apartemennya. Setelah pintu terbuka Tasya langsung masuk sambil membawa kardus berukuran sedang milik Elisa. Lalu tak lama Elisa masuk ke dalam apartemen sambil membawa kardus lain miliknya.

"Lu masih baik aja sama mereka. Katanya lu benci sama mereka." Ucap Tasya sambil meletakkan kardus milik Elisa di lantai.

Elisa menatap Tasya, lalu menjawab "Aku memang benci mereka. Tapi bukan berarti aku harus jahat sama mereka kan."

Elisa menatap sofa berukuran sedang miliknya. Ia berjalan kesana, lalu Elisa duduk di sofa itu. Ia terlihat lelah, pasalnya dari tadi ia membawa kardus miliknya. Dan itu cukup berat. Sama halnya dengan Elisa, Tasya juga kelelahan. Tasya berjalan ke arah Elisa, duduk di sampingnya.

"Ya ya. Serah lu aja. Btw, lu gak ada rencana baik ke Inggris ? Kan pertunangan lu udah dibatalin juga." Tanya Tasya.

"Mau sih. Tapi aku kan udah keterima kerja di perusahaan kakakmu. Mana mungkin aku  resign kan."

Elisa mengangguk pelan lalu berkata "Oh… jadi mau berapa lama lu tinggal di Indo ?" Tanya Tasya penasaran.

"Entah lah. Aku belum tahu." Jawab Elisa lemah.

Elisa menatap lurus kedepan, dimana ada jendela besar yang langsung menghadap ke gedung-gedung percangkar langit ibu kota. Setelah itu Elisa menatap ke sekelilingnya, tak ada yang istimewa. Apartemen yang Elisa sewa berukuran tidak begitu luas, namun fasilitas cukup lengkap. Untuk wanita karir seperti Elisa, apartemen ini sangat cocok.

Setelah beristirahat sebentar Elisa dan Tasya langsung beres-beres. Mereka harus cepat pasalnya nanti malam kedua wanita itu ada janji bersama para sahabat mereka waktu SMA.

***

Malam hari tiba. Elisa dan Tasya baru saja turun dari mobil. Mereka berjalan menuju cafe mewah yang tidak jauh dari parkiran. Dari luar jendela cafe, mereka bisa melihat pengunjung kafe itu. Cukup ramai, mungkin karena malam ini adalah malam Minggu.

Saat para sahabat Elisa Tan Tasya melihat kedatangan mereka, mereka segera melambaikan tangan. Seolah memberi kode jika mereka ada di sana. Elisa dan Tasya membalas lambaian tangan mereka, lalu mempercepat langkah mereka.

"Hai gaes maaf, maaf kita telat ya !" Ucap Elisa.

Elisa dengan cepat duduk, disamping sahabatnya yang bernama Jihan. Elisa melihat Jihan, wanita itu memiliki wajah yang cantik dan penampilannya sangat stylish. Jadi tidak heran jika Jihan sudah memiliki butik sendiri. Meskipun tidak besar, namun apa yang Jihan lakukan bisa di bilang luar biasa.

"Ayss… gimana nih. Masak bintang utamanya telat." ucap Jihan.

Sementara Tasya, dia susuk di samping Rossa. Rossa malam ini berpenampilan sederhana. Ia hanya mengenakan gaun putih polos dengan liontin indah di lehernya yang jenjang. Dia sederhana, namun terlihat sangat elegan dan cantik.

"Ya maaf. Hari ini kita super sibuk." Ucap Elisa.

"Iya. Dan gue juga sangat lelah." Tambah Tasya.

"Sibuk apa sih lo pada." Ucap seorang wanita bermata sipit.

Elisa menatap wanita itu, dia adalah Fitri. Dia duduk di samping Rossa. Ya… lebih jelasnya Rossa duduk diantara Tasya dan Fitri. Wanita cantik keturunan chinese. Dia memiliki tubuh yang ramping, kulitnya putih, berhidung mancung, dan penampilannya sederhana. Ya… barang-barangnya terlihat sederhana, namun itu semua harganya mahal. Mungkin di kelompok itu yang bukan anak orang kaya cuman Elisa.

WASIAT AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang