66. BERCINTA

247 1 0
                                    

67
ENAM TUJUH
(BERCINTA !)

Aldi menatap rumahnya dari balik kaca mobil. Ia sedang berpikir. Berpikir soal obrolannya tadi bersama sahabat-sahabatnya. Sahabatnya sangat syok saat tahu kalau ia telah menikah dan telah mengakhiri hubungannya dengan Dewi. Tak lupa juga, Aldi mengundang para sahabatnya ke acara resepsi pernikahannya. Namun bukan obrolan pernikahannya yang menarik dari pertemuan hari ini, melainkan curhatan dari salah satu sahabatnya.

Salah satu sahabatnya yang sudah menikah, bercerita masalah ranjang. Sahabatnya bilang, hubungannya dengan istrinya dirasa kurang menggairahkan akhir-akhir ini. Tak seperti dulu lagi dulu. Dan sahabatnya yang lain, malah menyarankan mengkonsumsi obat perangsang yang aman, namun membuat mereka menjadi begitu bergairah. Ia menjamin jika obat itu manjur. Sebenarnya saran itu agak aneh, namun itu patut dicoba bagi mereka yang bermasalah di ranjang.

Karena hal itulah, Aldi berpikir untuk mencobanya. Ia pikir, ini akan berguna untuknya dan Elisa, mengingat ia agak canggung kalau mengajak Elisa bercinta. Dan kelihatannya, Elisa juga takut setiap kali ia melihatnya dengan tatapan penuh nafsu. Lebih tepatnya, selama ini Aldi tak mau memaksa apalagi sampai menggunakan kekerasan untuk meminta haknya dari Elisa. Ia tak mau membuat Elisa takut padanya, bahkan sampai trauma. Itu akan buruk untuk hubungan mereka. Itu sebabnya, Aldi selama ini menunggu dan memilih melampiaskannya seorang diri. Ada beberapa cara yang Aldi untuk melampiaskan nafsunya, yang pertama Meraba tubuh  Elisa saat tertidur. Dan kedua, berimajinasi menggauli istrinya sambil menghirup celana dalam istrinya. Apakah itu aneh ? Ya… itu aneh  tapi tetap saja… ia kurang merasa puas. Jadi ia memikirkan cara ini supaya wanita itu lebih berani dan bergairah.

Aldi turun dari mobilnya, lalu langsung masuk ke rumahnya. Saat ia menuju ke lantai dua, dimana Elisa bisanya berada, ia berpapasan dengan bik Mia.

Wanita paruh baya itu membawa nampan dengan cangkir teh di atasnya. Aldi sudah tahu minuman itu akan diberikan pada siapa. Ya, siapa lagi jika bukan istrinya, karena istrinya sering minum teh hangat tanpa gula di sore hari. Dia bilang itu bagus untuk kesehatannya.

"Bik, itu teh untuk Elisa ya ?" Tanya Aldi yang langsung menghentikan langkah Bik Mia.

"Iya tuan, ini teh untuk nyonya Elisa." Ucap Bik Mia.

"Biar aku aja yang antar bik." Ucap Aldi.

Tanpa rasa curiga, Bik Mia langsung memberikan nampan itu pada Aldi, sambil berkata "Oh… ya, ya. Ini tuan."

"Syukur deh tuan mau bantu, jadi aku bisa kerja yang lain." Batin Aldi saat ia memegang nampan itu.

"Ah bik."  Ucap Aldi.

"Ya tuan?"

"Bibik pulang aja sekarang. Jangan lupa kunci pintunya ya." Ucap Aldi.

"Loh tuan… ini kan masih jam kerjanya bibik, kok malah di suruh pulang ?" Tanya Bik Mia dengan wajah polosnya.

Aldi mengalihkan tatapannya. Sambil menggaruk pipinya yang tak gatal, Aldi berkata "Ah… itu… sudah bibik pulang aja !

"Ni, tak kasih ongkos pulang!" Tambah Aldi, lalu mengambil beberapa lembar uang di dompetnya.

Bik Mia yang di beri uang cukup banyak oleh Aldi terlihat sangat senang. Ia cepat berkata "Terimakasih tuan."

"Ya, sama-sama." Ucap Aldi.

Setelah itu, Bik Mia pamit untuk pulang. Sementara Aldi berjalan ke arah lorong yang mengarah ke tangga. Saat ia berada di depan lemari kayu yang ada di lorong. Aldi langsung meletakkan gelas teh itu di atas lemari kayu, lalu menatap gelas teh yang akan diberikan pada Elisa.

Saat itu jantung Aldi berdebar lebih cepat dan darahnya terpompa lebih cepat pula. Ia merasa gugup dan sedikit ragu. Apakah ia harus menuangkan obat itu pada gelas minum Elisa ? Sebenarnya Aldi tidak mau menggunakan cara ini, tapi juniornya sudah kebelet sama Elisa.

Sebelumnya Aldi sudah mencoba merayu Elisa. Tapi bukannya Elisa tergoda, Elisa justru menggodanya, lagi dan lagi. Malam kemarin adalah puncak dari godaan Elisa. Bahkan Aldi masih ingat saat wanita seksi itu menggodanya dengan tubuhnya yang molek. Jujur saja itu terlihat sangat menggoda iman sebagai laki-laki.

Mungkin Elisa tidak sadar akan hal itu, karena kelihatannya Elisa sudah terbiasa menggunakan baju haram. Namun sikapnya yang naif dan agak takut saat Aldi menatapnya dengan cabul, menunjukkan jika Elisa tak pernah berada di situasi ini.

"Sial !" Gerutu Aldi saat tahu jeniornya kembali Bagun saat ia kembali teringat tubuh molek istrinya yang segar.

Aldi mengambil sesuatu di saku celana miliknya. Itu adalah botol kecil yang baru saja ia beli. Yah… obat perangsang yang tadi siang di rekomendasi Tomi, temannya. Bahkan Aldi masih sangat ingat ucapan Tomi yang membuatnya berani beli obat terlarang itu.

"Gak papa lah. Lo dan tu cewek kan udah sah jadi laki bini. Itungannya halal kalo Lo berhubungan dengan dia, yang jadi masalah kalo Lo pakai ini ke pacar Lo." Ucap Tomi.

Aldi melihat ke sekitarnya. Tak ada siapapun, sepi. Ya, hal itu cuman ada Elisa, dia dan bibik Mia yang ada di rumah itu sekarang. Dan mungkin sebentar lagi bibik Mia akan segera pulang.

Setelah merasa aman, Aldi menuangkan cairan di dalam botol perangsang itu. Tentunya sesuai takaran.

"Apa efeknya akan cepat ?" Gumam Aldi saat ia akan menutup botol kecil itu.

Tak ingin ada kesalahan, apalagi mendapatkan kekecewaan. Aldi pun menambahkan sedikit lagi cairan itu ke dalam gelas teh milik Elisa. Setelah itu, ia mengaduk-aduk tehnya biar cairan itu menyatu dengan teh.

Tentunya obat perangsang itu sudah aman. Jadi Aldi tidak perlu khawatir, meskipun mungkin efek obatnya tidak seperti yang dibayangkan di pikiran Aldi.

Setelah semua selesai. Aldi menyimpan botol perangsang itu di dalam lagi tidak jauh dari tempatnya berdiri tadi. Setelah itu, dengan langkah lebar Aldi berjalan mencari keberadaan Elisa.

Aldi pergi ke lantai dua. Ia yakin jika Elisa berada di sana, dan saat ia sampai, ia melihat istrinya di sana. Wanita itu sedang duduk bersila di atas sofa sambil mendesain baju muslim. Dia terlihat serius dengan kegiatannya sampai-sampai tak memperhatikan keberadaan Aldi.

"Ehem…"

Elisa menatap sosok yang baru saja bersuara. Ia melihat Aldi yang sudah berdiri di hadapannya. Menatap Elisa dengan lekat dari ujung kaki hingga rambut. Meskipun saat ini Elisa sedang memakai baju kaos oversized, namun dadanya yang besar sulit di sembunyikan, dan celana pendeknya yang ketat itu selalu memamerkan bokong montok dan paha ayam yang putih. Itu membuat Aldi tak sabar ingin mencicipinya. Lapar, ya… Aldi sangat lapar saat melihat Elisa saat ini.

Aldi sering melihat wanita menggunakan bikini, ya... sering seperti waktu ia liburan ke pantai di Bali. Tapi tak sekalipun Aldi terangsang melihat mereka. Pandangannya biasa, ya biasa. Tapi entah kenapa ia sulit menahan nafsunya saat melihat istrinya menggunakan baju terbuka. Padahal awal pertemuan mereka, Aldi tak merasakan kemistri di antara mereka.

"Kenapa mas menatapku ?" Elisa menatap Aldi dengan also merajut. Dia bingung pasalnya Aldi melihatnya dengan tatapan aneh, lebih tepatnya seperti orang mesum.

Aldi meletakkan gelas teh diatas meja kaca, tepat di depan Elisa. Lalu duduk di samping Elisa. Jarak mereka cukup jauh, tapi itu cukup untuk Aldi melihat tubuh montok istrinya. Jika dibandingkan dengan tubuh Dewi, jelas tubuh Elisa lebih seksi. Berisi, dan kencang.

"Aku punya mata, jelas aku berhak melihat apapun. Apalagi melihat istri sendiri." ucap Aldi dengan suara menggoda dan sorot mata yang vulgar.

Jijik ? Merasa dilecehkan hanya karena tatapan ? Ya, itu yang Elisa rasakan. Ia merasa jijik dan takut dengan sikap dan cara Aldi melihatnya, namun ia tak mengatakan apapun tentang pria itu.

WASIAT AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang