68. LAMUNAN NIKO

190 2 0
                                    

68
ENAM DELAPAN
LAMUNAN NIKO

esokan harinya, Aldi terbangun. Ia bangun lebih dulu dari Elisa, dan mereka bangun di jam 9. Meskipun begitu, Aldi merasa enggan beranjak dari tempat tidurnya, padahal biasanya ia selalu bangun tepat waktu.

Ia menatap wajah istrinya yang masih tertidur. Wanita itu tidur tepat di sampingnya, dan menghadap ke arahnya. Aldi tersenyum, saat ingatan tadi malam kembali terbayang di kepalanya. Hal itu membuat pipi Aldi memerah, jantungnya berdebar kencang dan mulai kembali bergairah. Namun sesaat kemudian ia panik, ia takut jika Elisa marah padanya karena kejadian selama.

"Duh, rasanya kok jadi aneh gini ya. Kenapa gue cemas gini ya kalau Elisa marah. Padahal kan, elisa gak pernah marah besar sampai-sampai banting barang kayak Dewi." Gumam Aldi.

Aldi kembali teringat momen bagaimana Dewi marah. Dia sangat mengerikan, sangat berbeda dengan Elisa yang lebih banyak diam saat ia sedang marah. Dan saat ia sudah di ambang kemarahannya, wanita itu akan mengatakan secara langsung isi hatinya. Dan menurut Aldi itu jauh lebih baik karena ia dan Elisa menjadi lebih mudah berbaikan.

Mengingat kejadian itu, Aldi menjadi sadar. Jika kecemasannya saat ini, sama persis saat dulu ia berpacaran dengan Dewi. Lebih tepatnya setiap kali wanita itu marah padanya. Rasa takut kehilangan, dan di abaikan itu sangat mengganggu dan tidak enak. Tapi itu dulu. Sekarang ia tak peduli dengan Dewi, ia malah khawatir dan cemas jika Elisa marah padanya. Apalagi, dosanya kainin cukup berat. Ya… meskipun begitu, Aldi yakin akan mudah berbaikan dengan Elisa, karena wanita itu orangnya pemaaf.

"Apa, aku mulai menyukainya ? Gak deh, ini mungkin lebih dari sekedar suka. Ini cinta." Batin Aldi.

Aldi terdiam, saat ia mulai menyadari perasaannya. Ia mengingat kembali ucapan omong kosongnya di masa lalu saat bilang tidak akan pernah mencintai bahkan menikahi Elisa. Tapi sekarang ? Ia seperti menjilat kata-katanya sendiri. Itu membuatnya agak malu.

Aldi terbangun dari lamunannya saat merasakan pergerakan dari Elisa. Aldi segera menutup mata nya, berpura-pura tidur.

Elisa yang baru saja membuka mata. Menatap suaminya dengan dengan lekat. Perlahan ia tersenyum, lalu mulai menyentuh wajah suaminya dengan telunjuknya. Ia menyentuhnya dengan pelan dan halus. Dari kening lalu turun perlahan ke bibir hingga dagu Aldi. Membuat Aldi merasa geli dan sedikit terangsang.

Aldi yang sudah tak tahan dengan sentuhan itu membuka matanya. Membuat Elisa agak kaget.

"Mas, kamu udah bangun ?" Tanya Elisa yang sudah pasti jawabannya "iya".

Namun Aldi hanya diam. Ia hanya menatap Elisa sambil berkata dalam hati "Duh, apa dia akan marah karena kejadian semalam ? "

Namun pikiran Aldi sangat jauh dari kenyataan. Elisa tersenyum hingga matanya terlihat seperti bulan sabit, lalu berkata "Mas. Terimakasih ya buat semalam."

"Kamu, gak marah ?" Tanya Aldi terbata-bata.

"Buat apa aku marah. Kan kita suami istri mas." Ucap Elisa.

"Sebenarnya, aku juga menantikan hal ini." Tambah Elisa malu-malu.

"Meskipun aku agak takut." Lanjut Elisa dalam hati.

Ia mengatakannya dengan sangat pelan dan menundukkan matanya lalu menggigit bibir bawahnya. Menahan senyum kebahagiaan itu. Dia sangat malu saat itu. Namun Elisa tidak sadar, jika ucapannya membuat Aldi tersenyum nakal. Dan Aldi kembali menatapnya cabul.

Elisa menatap Aldi kembali dengan wajah terkejut saat ia merasa sesuatu menyentuh bokongnya dengan lembut.

"Eh, tangan mas ngapain !" Ucap Elisa yang terdengar panik.

WASIAT AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang