Chapter 1

1.1K 54 3
                                    

Hari ini hari senin, jadi seperti biasa diadakan upacara. Nayla berdiri di paling belakang dekat paduan suara, mukanya sudah pucat.

"Nay, muka lo pucet ke UKS, yuk." ajak Ririn

"Gak mau! Nanti, ada si Angkasa lagi." tolaknya.

Yah, memang Nayla dan Angkasa adalah musuh bubuyutan. Entah karena hal apa Nayla sering dijahili dan digombali oleh Angkasa, sejak pertama Nayla menjabat menjadi ketua osis, Angkasa semakin menjadi-jadi. Banyak yang bilang bahwa Angkasa suka terhadap dirinya, namun Nayla tidak percaya itu.

"Gak apa-apa, sih. Daripada lo pinsan lagi."

"Enggak! Gue, masih kuat, kok."

"Ck! Batu banget sih jadi anak!" kesal Ririn

Nayla sudah mendumel dalam hatinya, daripada ia bertemu dengan Angkasa lebih baik ia menahan pusing.

"Ekhem! Muka lo pucet ke UKS yuk!" ujar seorang laki-laki di belakang Nayla.

Nayla memejamkan matanya, menahan agar tidak emosi. Nayla berusaha untuk mengabaikannya.

"Hayu sayang, kita UKS. Gue sebagai ketua PMR tidak bisa melihat siswa-siswi kesakitan." Yap, laki-laki adalah Angkasa sang ketua PMR sekaligus musuh abadi Nayla.

Nayla memutarkan badannya menjadi menghadap Angkasa.

"Sayang? Jijik, tau gak!"

"Ayolah ke UKS."

"Maksa banget, sih! Udah gue bilang gue-"

Bruk!

Akhirnya Nayla pingsan ditempat.

"Batu sih!"

Angkasa segera mengambil tandu dan menyuruh anggota PMR lain membantunya.

Setelah sampai di UKS Angkasa segera membaringkan Nayla di kasur UKS. Ia mengambil kayu putih dan membalurnya ke tangan dan kaki Nayla.

"Gue jamin lo bakal jadi milik gue."batin Angkasa.

"Gimana keadaan Nayla, Sa?" tanya Ririn yang baru saja memasuki UKS.

"Belum sadar, upacara udah selesai?"

Ririn hanya menganggukan kepalanya.

Ririn berdiri di sebelah Nayla, ia memijat minat kepala Nayla. Namun 'tak lama kemudian, teman sekelasnya datang dan memberi tahu kepada Ririn bahwa sudah ada guru dikelasnya.

"Lo, ke kelas aja, biar gue disini."

"Tapi-"

"Udah, tenang aja, gabakal gua apa-apain kok."

Akhirnya Ririn memilih kembali ke kelasnya, bukannya tidak solid tapi mau bagaimana lagi hari ini pelajaran matematika dan gurunya juga lumayan killer, bisa-bisa Ririn alpa.

Setelah 15 menit Nayla pingsan, akhirnya Nayla sadar.

"Lama banget bangunnya." dumel Angkasa.

Nayla langsung terkejut, ia langsung menatap sekitarnya dan memandangi Angkasa dengan raut curiga.

"Gua ga apa-apain lo kok! Tenang aja, gua bisa jaga hasrat kok, tapi ga tau kalo nanti udah nikah ama lo."

"Apa sih, ngaco lo!"

Nayla memegang kepalanya masih ada sedikit rasa pusing namun sudah tidak separah tadi.

"Nih." Angkasa menyodorkan obat paracetamol. Ingat! Apapun penyakitnya Paracetamol obatnya.

Nayla memandang Angkasa dengan sinis. "Bukan racun, kan?"

"Ck! Gini-gini gue juga masih baik ama lo! Udah cepetan minum obatnya."

Nayla mengedikan bahunya, ia mengambil obat dari tangan Angkasa.

"Lo ngasih gue obat tapi ga sama minumnya." ujar Nayla.

"Manja!" Angkasa segera beranjak dan mengambil gelas beserta air.

Angkasa menyodorkan gelas tersebut, ia kembali duduk di samping Nayla.

"Lo ga balik ke kelas?" tanya Nayla pada Angkasa.

"Ga males, mending gua disini temenin calon istri gua."

"Najis!"

***

Bel istirahat berbunyi, Nayla memutuskan untuk kembali ke kelas daripada ia lama-lama dengan Angkasa bisa ketularan gila nanti!

Nayla berjalan sendiri di koridor sekolah, dirinya tak sengaja bertemu dengan Ririn.

"Ririn!" pekik Nayla.

"Mau kemana?" tanyanya pada Ririn.

"Tadinya mau ke UKS mau liat lo, sekalian mau kasih lo bubur takut lapar."

"Aaaa cocwit" ujar Nayla dengan Anda yang di imut-imutkan.

Ririn memutar bola matanya malas.

"Yaudah ayok ke kantin, gua lapar beneran."

Nayla berjalan didepan Ririn, ia sangat bersemangat tidak seperti tadi yang wajahnya pucat seperti ingin mati.

***

Nayla dan Ririn duduk berhadapan di salah satu meja kantin. Mereka berdua menyantap mie ayam dengan lahap, Ririn sudah melarang Nayla untuk makan mie ayam tapi perempuan itu tetep bersikeras. Ia meyakinkan Ririn bahwa dirinya sudah benar-benar pulih.

"Nay, tumben lo betah di UKS."

"Tadi gua mau balik ke kelas, tapi gua gakuat pusing banget, mana si Angkasa ngomong ngaur mulu."

"Terus?"

"Ya gua tidur lagi."

"Btw, Angkasa ngomong apa aja ama lu?"

Nayla mulai menjelaskan semuanya dimana Angkasa terus memanggilnya 'Calon Istri'.

"Demi Apa?! Oke, Fiks! Angkasa suka ama lo!" Hebon Ririn

"Bacot anjir! Ini kantin!"

Ririn melihat sekitarnya, ternyata ia sudah menjadi pusat perhatian, Ririn menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan kembali duduk.

"Malu kan?!"

"Engga sih, cuman kaget aja jadi pusat perhatian, serasa artis gitu."

***

Nayla memasuki karangan rumahnya, ia melihat Bi Inah sedang menyiram tanaman.

"Hai Bi."

"Eh non Nayla, di dalam ada Tuan sama Nyonya."

"Tumben." gumamnya.

Nayla mengecek handphonenya, sekarang belum akhir bulan. Memang, selama ini Nayla hanya tinggal bersama Bi Inah, Mamah dan Papahnya jarang sekali pulang. Meski begitu, Nayla tidak pernah merasa kesepian.

Nayla memasuki rumahnya, ia mencari keberadaan kedua orang tuanya itu.

"Mah? Mamah?"

"Sini sayang, mamah di dapur." teriak seorang wanita paruh baya.

Nayla segera pergi ke dapur. Sesampainya disana ia langsung memeluk erat Mamanya itu.

"Miss you, mom."

"Too." Mamanya mencium Nayla. Walaupun Nayla sudah SMA, baginya Nayla tetaplah gadis kecil yang manja.

"Tumben mamah udah pulang, papah mana? kata Bi Inah Papah juga pulang."

"Ada sesuatu yang mau mamah sama papah omongin, Papah mu ada di kamar, mungkin lagi istirahat."

"Ngomongin Apa?"

"Nanti aja ya, sekarang kamu ganti baju dan habis maghrib kita pergi ke cafe."

Nayla mengerutkan keningnya, sepertinya ini sesuatu yang cukup serius. Ia jadi takut, ia sering membaca wattpad dan jika orang tua seperti ini, maka akan terjadi sebuah perjodohan.

***
Hai! Gimana kabar kalian?
Semoga cerita ini ga underrated.

Gimana untuk chapter pertamanya?
Lanjut?

Yok bisa yok komen! Like!
Maksa nih😂

Bye bye
See you next chapter💟

Angkasa & NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang