Tiga bulan sudah pernikahan mereka berlalu. Semakin hari Nayla dan Angkasa semakin lengket dan sulit terpisahkan. Panggilannya kini juga sudah berubah menjadi aku-kamu.
Pagi ini di hari Minggu, Nayla sedang bersantai di hadapan televisi bersama dengan Angkasa.
Namun, tiba-tiba...
Nayla berlari ke kamar mandi. Ia segera membuka closet dan memuntahkan seluruh isi perutnya.
Angkasa yang panik segera menyusul Nayla, ia memijat-mijat telungkuk Nayla.
"Kamu kenapa?" tanya Angkasa dengan khawatir.
Nayla menggeleng lemah, sebenarnya sudah beberapa hari ia seperti ini. Tapi ia tidak pernah memberi tahu Angkasa. Ia pikir ini hanyalah masuk angin biasa.
"Udah beberapa hari aku kaya gini."
"Kok ga bilang?"
"Maaf." setelah berucap Nayla kembali memuntahkan isi perutnya. Kini dirinya benar-benar lemas.
"Kita ke rumah sakit, ya?"
Nayla hanya bisa mengangguk, lagipula ia benar-benar tidak kuat.
***
"Selamat ya Sa, kamu bakal jadi ayah."
Angkasa melotot. "Yang bener, Tan?"
Dokter Luna atau Tante dari Angkasa itu mengangguk.
"Ingat, sembunyikan dulu kehamilan Nayla jangan sampai ada yang tau."
Angkasa mengangguk, bisa bahaya kalau sekolah tahu Nayla hamil.
Nayla terdiam. Ia tidak tahu harus bahagia apa sedih, sejujurnya mentalnya belum sepenuhnya siap menjadi seorang ibu.
"Ini obatnya biar Nayla ga terlalu mual. Oh iya, minggu depan kalian kesini lagi ya."
"Siap, makasih tan."
"Makasih Tante." Nayla tersenyum.
Diperjalanan pulang, Nayla fokus pada jalanan sedangakan Angkasa ia senyam senyum sendiri.
"Sa, aku takut." Nayla meremas ujung bajunya.
Angkasa segera meminggirkan mobil dan berhenti sebentar. Angkasa menghadap ke arah Nayla, ia menggenggam tangan Nayla.
"Nay, ada aku."
"Udah kamu gak usah takut, ada aku." Lanjutnya.
Angkasa membawa Nayla kedalam pelukannya. Ia mencium puncak kepala Nayla.
"Jangan bikin aku nyesel, Nay. Sebentar lagi juga kita lulus."
"Maaf."
Angkasa melepaskan pelukannya. Ia menatap lekat Nayla dan menempelkan bibirnya dengan bibir Nayla.
***
Sesampainya di rumah Nayla langsung merebahkan dirinya di kasur, sedangkan Angkasa ia sedang membersihkan rumah. Tadinya Nayla melarang, tapi Angkasa tetap kekeuh.
Nayla membuka ponselnya, ia melihat pesan dari Ririn yang mengingatkan dirinya bahwa besok ada praktek olahraga.
"Anjir! Kenapa harus besok, sih!"
"Kenapa, Nay?" tanya Angkasa yang baru saja datang.
"Ini, besok aku ada praktek olahraga." Nayla menunjukkan pesan dari Ririn kepada Angkasa.
"Kamu besok izin aja." ujar Angkasa.
Nayla menggeleng.
"Enggak mau, yang ada aku sendiri prakteknya. Insyaallah, aku kuat, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa & Nayla
Teen FictionLayaknya kucing dan tikus yang tidak pernah akur, Nayla sang ketua OSIS dan Angkasa sang ketua PMR. Di manapun mereka bertemu Pasti ada saja hal yang diributkan. Angkasa yang senang menjahili dan Nayla si tukang emosi. Hingga suatu hari Nayla dan An...