Chapter 3

686 42 4
                                    

Mata Nayla masih terpejam, yah hari ini sekolah diliburkan jadi waktunya untuk tidur dan nge-drakor seharian.

"Nayla! Bangun! Udah siang ini!" Teriak mamnya dengan berkacak pinggang.

"Hm." bukannya bangun Nayla malah berbalik arah.

"Bangun! Ada Angkasa sama orang tuanya itu!"

Nayla langsung terpejat kaget. "Ngapain lagi, sih. Ganggu orang tidur!"

Bukannya menjawab mamanya malah menyuruh Nayla mandi dan dandan secantik mungkin. Nayla turun dari ranjangnya, ia menatap sedih.

"Gue masih nyaman sama lo, kasur. Bye gue mandi dulu." ujarnya dengan nada yang dibuat sok sedih.

Saat masuk ke kamar mandi Nayla, ia menggerutu kesal.

"Ganggu aja, anjirlah. Masih pengen merem ni mata."

"Dasar Angkasa set-"

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, omongannya sudah dipotong terlebih dahulu oleh teriakan ibu negara.

"Nayla buruan!" teriak mamahnya.

Nayla berdecak sebal, ia memutuskan untuk mandi kadal saja. Bodo amat badannya masih bau, syukur-syukur Angkasa jijik dan membatalkan lamarannya.

***

Kini, Nayla sudah duduk di ruang tamu. Ternyata, kedatangan Angkasa kesini untuk menentukan tanggal pernikahannya.

"Bagaimana, kalau kita selenggarakannya dua minggu, lagi?" tanya papah Angkasa.

"Kalau saya terserah Nayla saja." Ujar Mamanya.

"Dua minggu terlalu lama, pah. Gimana kalau minggu depan?" Angkasa membuka suara, Nayla hanya bisa terkejut.

"Udah enggak sabar banget yah, Angkasa." Goda Mama Nayla, yang sebentar lagi akan menjadi ibu mertuanya.

Nayla memejamkan matanya, ia berusaha meredakan emosinya.

Akhirnya keputusan telah dibuat, pernikahan mereka akan diselenggarakan minggu depan sesuai saran Angkasa tadi. Mau tidak mau Nayla mengangguk setuju.

Angkasa izin kepada orang tuanya, juga kepada orang tua Nayla. Ia ingin mengajak Nayla untuk berjalan-jalan.

***

Nayla dan Angkasa sampai di restoran Eropa. Nayla sama sekali tidak berniat membuka obrolan terlebih dahulu.

"Mau pesen apa?" tanya Angkasa.

"Terserah."

"Oke, gue pesenin sambel goreng pete."

"Ih! Apaansih!" kesal Nayla

"Kan, lo yang bilang terserah. Yaudah, cepet pilih." Angkasa menyodorkan buku menu pada Nayla.

Akhirnya pilihan Nayla jatuh pada Pizza al taglio dan kroketten, dengan minumnya koffie verkeed. Ia tidak bisa bohong perutnya sudah sangat lapar.

Kalau Angkasa, ia hanya memesan currywurst dengan minum yang sama dengan Nayla, Koffie verkeed.

Nayla membuka handphonenya untuk menghilangkan rasa canggung dan bosan.

"Lebih ganteng handphone daripada gue, ya?" sindir Angkasa.

"Iya." Jawab Nayla, singkat, padat, nyelekit.

"Mau marah tapi calon istri."

Nayla, memutar bola matanya malas.

"Lo cantik."

"Emang, dari dulu."

"Apalagi nanti, kalau udah jadi istri Angkasa." ujar Angkasa sambil menopang dagunya, dirinya tidak henti-henti melihat Nayla.

"Angkasa! Stop liatin gue!"

Angkasa mengedikan bahunya.

"Sa, ada yang mau gue omongin." ujar Nayla, tiba-tiba raut wajahnya serius.

"Apa? Kalau soal batalin pernikahan gue ga mau."

"Bukan, jadi gini, setelah nanti gue belum siap-"

Nayla menghentikan omongannya. Ia menarik napas dalam.

"Belum siapa apa, sih?"

"Gue, belum siap disentuh sama lo, maaf."

"Kirain apa. It's okay, gue bakal tunggu sampai kapanpun, gue nikahin lo bukan karena nafsu."

"Tapi Sa, hasrat setelah nikah pasti beda."

"Tenang aja, gue ga bakal sentuh lo, kecuali kalau lo ga nurut sama gue, gue jamin lo ga bisa jalan besoknya."

Nayla bergedik ngeri. "Bangke!" umpatnya.

Angkasa terkekeh geli.

***

Hari ini Nayla berangkat sekolah lebih awal, memang setiap hari senin ia selalu datang jam 6:10 karena ia harus menyiapkan upacara bendera.

Makhluk Astral
Hari ini gue ga bisa jemput lo, gue harus nyiapin alat-alat kesehatan buat upacara.
Tapi nanti pulangnya, kita bareng.

Nayla
Alhamdulillah, yaudah bagus. Bosen gue lo melulu. Nanti pulang lo gausah jemput, gue bisa naik bus atau jemput papah, kalau ga pulang sama Aldi.

Makhluk Astral
Awas pulang ama Aldi! Lo udah punya calon suami! Kalau lo nekat, gue pastiin malem ini juga kita udah sah, dan gue ambil hak gue.

Nayla bergedik ngeri, ancaman Angkasa tidak main-main, Nayla merasa Angkasa seorang psikopat. Ia jadi takut.

"Nyeremin amat sih, padahal gue cuma bercanda." Nayla jadi menyesal mengetik seperti itu.

***

Angkasa menyiapkan segalanya, ia dibantu oleh David dan Abi.

"Dav, tolong bawain tandu ke lapangan."

"Siap."

David membawa tandu ke pos dekat lapangan. Kini tinggal Abi dan Angkasa yang tersisa di UKS.

"Sa, gue mau nanya ama lo, lo mau nikah?"

Angkasa menghentikan Aktivitasnya, ia menengok ke arah Abi.

Angkasa mengangguk, "Nanti istirahat, gue ceritain ke lo sama David."

"Oke."

Mereka berdua melanjutkan pekerjaannya dan Abi pergi ke lapangan sedangkan Angkasa dia menjaga UKS
***

Dikantin, Angkasa beserta kedua sahabatnya duduk sambil menyeruput es kopi.

"Ceritain!" desak David.

"Kalem elah? Gue, juga bakal cerita kok."

Angkasa membenarkan duduknya, ia menatap kedua sahabatnya.

"Iya, gue mau nikah minggu ini."

"Hah? Serius?" kaget kedua sahabatnya.

Angkasa mengangguk dan tersenyum lebar.

"Sumpah, wah lo gercep banget ya." David bertepuk tangan.

Angkasa bergaya sok keren.

"Sama siapa?" tanya Abi penasaran.

"Nayla."

"Anjir?! Sumpah? Gila lo! Diam seperti trauma, bergerak melamar musuh bebuyutan." David tidak berhenti bertepuk tangan, Angkasa memang sulit di tebak.

"Jangan lupa datang! Awas lo!"

Mereka berdua hormat pada Angkasa.

Nyesel gue hanya suka dalam diam, gue keduluan sahabat gue sendiri. Nay, gue suka sama lo. -Batin Abi.

***

Hai hai!
Gimana kabarnya?

Masih pada nungguin Nayla Angkasa 'kan?
Chapter selanjutnya mereka nikah nih😁

Jangan lupa vote dan komen ya!
Awas! Vote! Komen!

Bye bye👋
See you next chapter💟

Angkasa & NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang