Haiii
Aku kombek mwehehehh
***
Malam harinya sesuai janji Angkasa, ia datang ke rumah Nayla bersama dengan orang tuanya.
Angkasa dan Nayla duduk saling berhadapan, dirinya kembali dibuat flashback dengan situasi pada saat akan menikah. Namun kali ini situasi nya berbeda, dengan perasaan dan emosi yang berbeda.
"Mah, Pah. Angkasa mau minta maaf-" Setelah lama diam Angkasa akhirnya membuka suara.
"Jelaskan sama Nayla, nak." Timpal Ayah Nayla.
Angkasa mengangguk. "Nay, aku minta maaf ya. Aku ke situ mau nganterin Abi doang, aku ga sadar kenapa pas aku bangun tiba-tiba ada Maura di samping aku."
Nayla menghela napasnya.
"Keputusan aku sekarang, tergantung keputusan kamu. Aku Terima apapun itu."
Nayla menahan sekuat tenaga air matanya. Ia menatap Angkasa mencoba tersenyum.
"Aku-" Nayla menghentikan ucapannya, ia berusaha meyakinkan seluruh hatinya bahwa ini adalah keputusan terbaik bagi dirinya dan juga anaknya.
"Aku mau kembali lagi sama kamu, aku mau maafin kamu, asal kamu janji jangan pernah ulangin kesalahan sama. Maaf aku ke kamu hanya untuk saat ini."
Angkasa tersenyum.
"Dan kalau misalnya kamu terbukti melakukan hal itu, entah bukti apapun itu. Aku akan mundur."
"Makasih, Nay." Angkasa mengusap air matanya. Ia kira keputusan Nayla ingin berpisah dengannya.
"Nay, kalau suatu saat Angkasa melakukan kesalahan lagi, mamah yang akan jadi garda terdepan untuk kamu cerai dengan Angkasa." Ujar Mamah Angkasa.
Sesayang-sayangnya ia dengan Angkasa, tapi kalau Angkasa sudah menyakiti istrinya makamaka ia tidak akan segan-segan memberikan hukuman. Bahkan kemarin saja saat mendengar masalah Angkasa ia Tidak segan-segan untuk menampar Angkasa, meskipun Angkasa anak kandungnya sendiri.
"Makasih, mah."
"Terima kasih ya, Nay."
Nayla memaksakan senyumannya. Meskipun berat namun seiring berjalannya waktu ia akan sembuh.
"Sa, Papah mohon jangan sakiti Nayla lagi, kamu meminta dia dari orang tua nya itu secara baik-baik. Kalau kamu menyakiti Nayla bukan hanya Nayla tapi orang tua Nayla dan juga kami yang ikut sakit." Papah Angkasa menepuk-nepuk bahu Angkasa.
"Iya pah, Angkasa minta maaf."
***
Setelah semuanya beres, kedua orang tua Angkasa pulang. Tapi tidak dengan Angkasa, ia malam ini menginao dirumah Nayla besok baru ia akan pulang bersama dengan istrinya.
Dikamar keduanya saling diam. Sungguh suasana ini lebih awkward daripada momen malam pertama menjadi suami istri.
"Nay."
"Ya?" Nayla melirik.
"Jangan diem aja, awkward banget, tau."
Nayla terkekeh. "Iya juga ya, aku juga gatau mau ngomong apa."
"Mana kamu yang bawel, yang ga pernah berhenti ngomel?"
"Heh! Enak aja! Aku bawel karena ulah kamu ya." Nayla memanyunkan bibirnya.
Angkasa tersenyum. "Ini Nayla nya aku."
"Apasih!"
"Nay."
"Hm? "
"Makasih ya, makasih udah maafin aku, udah ner-"
"Sst, aku mohon jangan bahas masalah itu lagi ya? Kita susun lagi rumah tangga kita yang mau hancur itu tanpa harus melihat ke sana kemari, kita fokus aja sama rumah tangga kita. Kemarin ya kemarin, kita fokus aja sama hari ini dan seterusnya."
Angkasa tersenyum pandangannya tak lepas dari Nayla, tak pernah bosan ia memandang ciptaan Tuhan yang satu ini.
Tuhan bolehkah jangan berikan masalah lagi?
Mereka berusaha untuk membuat jalan yang baru, melupakan hari kemarin dan melangkah berdua selamanya?
Pikiran Angkasa tiba-tiba teringat Maura, bagaimana kalau memang ia benar-benar melakukannya, bagaimana kalau tiba-tiba Maura hamil?
Kalau sampai hal itu terjadi, ia pasti akan kehilangan kedua aset berharganya Nayla dan juga Calon anaknya.
Bolehkah ia berharap untuk Maura lenyap saja?
***
Pagi hari setelah sholat subuh, Nayla mengemas barang-barangnya. Rencana ia dan Angkasa akan pulang ke rumahnya setelah sarapan.
Angkasa yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat Nayla yang bolak-balik membereskan barang-barangnya, segera mencegahnya.
"Eh, aku aja yang beresin."
"Engga! Udah sana pake baju dulu."
"Nay, nanti kamu kecapean, kasian dong dede nya."
"Engga, sayang, ini udah beres kok." Nayla segera mengumpulkan semua barangnya menjadi satu, biar Angkasa nanti yang mengangkutnya. Nayla lebih dulu pergi ke meja makan dan disusul oleh Angkasa.
***
Sepanjang jalan Nayla hanya membuang pandangannya ke jalanan.
"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat." Angkasa berbicara, sesekali ia menoleh ke arah Nayla.
"Kemana?"
Angkasa tidak menjawab, ia hanya tersenyum.
Angkasa menghentikan mobilnya didepan mereka terbentang sebuah danau yang indah.
"Danau?"
Angkasa mengangguk. "Turun, yuk."
Angkasa menggandeng sebelah tangan Nayla, mereka duduk di tepi danau menikmati setiap hembusan angin.
Nayla menghirup udara segar, rasanya semua bebannya hilang dalam sekejap.
"Nay?"
"Ya?" Nayla menoleh ke arah Angkasa.
"Entah harus dengan cara apa aku berterima kasih lagi sama kamu, entah harus dengan cara apa aku bersyukur milikin kamu."
Nayla tersenyum.
"Nay, aku cinta kamu sekarang dan selamanya. Rasa cinta aku udah habis di kamu."
"Aku juga." Nayla bersender pada bahu Angkasa.
"Sebentar lagi kita lulus, aku ngerasa kehidupan aku ini kaya mimpi tau." Ujar Nayla.
Angkasa terkekeh. "Nay, kalau suatu saat kita berpisah, kamu bakal nikah lagi ga?"
Nayla mengerutkan keningnya. "Ko ngomong gitu? Emang kita bakal pisah?"
"Enggak, aku kan cuman nanya doang, kan takdir ga ada yang tau, sayang."
"Udah, ah! Jangan ngomongin perpisahan, aku ga suka!" Tegasnya.
"Maaf, ya."
Pikiran Nayla menjadi buruk karena ucapan Angkasa tadi, takdir memang tidak ada yang tahu tapi bolehkah ia berharap takdirnya bersama Angkasa terus baik? Kalau boleh egois Nayla ingin hidup selamanya bersama Angkasa.
Ya tapi takdir tidak ada yang tau. kita merencanakan, Tuhan menentukan.
***
Maaf ya pendek
Gapapa
Next aku up lebih panjang
Btw, aku lupa ortu Angkasa udh punya nama belum?
Kalo ada yg inget boleh komen ya, heheMaaf juga lama update nya
Semoga kalian tetap setia menunggu Angkasa&Nayla yaThank you
Jangan lupa vote dan komenBye bye❤
See u next chapter🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa & Nayla
Novela JuvenilLayaknya kucing dan tikus yang tidak pernah akur, Nayla sang ketua OSIS dan Angkasa sang ketua PMR. Di manapun mereka bertemu Pasti ada saja hal yang diributkan. Angkasa yang senang menjahili dan Nayla si tukang emosi. Hingga suatu hari Nayla dan An...