Chapter 9

577 38 2
                                    

Bruk!

"Nayla!"

"Istri gue!"

Angkasa panik, ia segera menghampiri Nayla dan menggendongnya menuju UKS. Masa bodo dengan perkataan ia barusan, mau ada yang mendengar biarlah itu menjadi urusannya nanti.

Tadi, Angkasa sedang berkeliling untuk mengecek kondisi sekitar. Namun, ketika ia berjalan ia tidak sengaja berpapasan dengan Nayla niatnya mau mengomeli Nayla, tapi Nayla malah pingsan.

Setelah dibawa ke UKS, Nayla di baringkan di bed.

"Rin, gue mau minta tolong, boleh?" pinta Angkasa.

"Apa?"

"Beresin barang Nayla."

"Lo mau pulang?"

Angkasa mengangguk.

"Yaudah, bentar." Ririn melenggang pergi, kalau Nayla pulang Ririn juga akan ikut pulang.

Tak lama kemudian, Ririn kembali dengan tas dan barang-barang Nayla. Ia menyodorkan pada Angksa, dan berpamitan ia pada Angkasa.

Angkasa diam menatap lekat Nayla, ia terus mencium tangan Nayla.

"Ups! Sorry, gue kira gaada pasutri ini." Ujar David yang tiba-tiba masuk ke dalam UKS. Ia kemudian kembali keluar dan menutup pintu.

Perlahan Nayla membuka matanya. Ia melihat sekelilingnya.

"Udah bangun?" tanya Angkasa. Nayla hanya mengangguk, ia kemudian merubah posisinya menjadi duduk.

"Kita pulang sekarang."

"Pulang? 'Kan aca-"

"Pulang Nayla!" potong Angkasa.

Oke, fine! Kalau sudah begini, Nayla yang harus mengalah. Angkasa memang sosok yang humoris, tapi jika sudah melayangkan tatapan elang bisa membuat siapa saja membeku.

"Iya, pulang." Nayla mengalah ia kembali memakai sendal nya dan menuju ke parkiran di bantu oleh Angkasa.

Sesampainya dirumah, Nayla langsung dibawa ke kamar untuk beristirahat.

"Lo ga balik ke sekolah?"

"Gila kali, istri gue sakit dan gue malah pergi."

"Iya, gak apa-apa. Kalo lo mau per-"

"Enggak."

"Oke." Nayla diam.

Hening.

Nayla yang sibuk dengan handphonenya dan Angkasa yang sibuk dengan laptopnya.

Nayla sedang melihat status teman-teman OSIS nya. Andaikan ia tidak sakit, mungkin sekarang ia lagi menikmati acara makrab.

Angkasa menutup laptopnya, ia merebut handphone Nayla dan menaruhnya di meja.

"Ih! Kenapa diambil!"

"Tidur, Nayla."

Nayla berdecak sebal. "Ini gaboleh, itu gaboleh!"

Angkasa memeluk hangat Nayla, ia mengecup pucuk kepala Nayla.

"Maafin gue, tapi ini semua buat kebaikan lo. Sekarang tidur, ya."

Nayla menghela napasnya, kemudian ia mengangguk. Tidak lama, mereka berdua sudah larut dalam mimpinya masing-masing.

***

Hari ini sudah hari senin, namu Nayla masih tidak diperbolehkan sekolah. Badannya masih demam, Angkasa tidak mau melihat Nayla pingsan lagi.

"Sa, gue udah gak apa-apa, sekolah ya?" mohon Nayla, dengan wajah yang memelas.

Angkasa & NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang