"Nayla?"
Mereka berdua mengalihkan pandangannya, ternyata itu adalah kepala sekolahnya.
"Ikut saya ke ruang guru!"
***
Disinilah Nayla duduk berhadapan dengan sang kepala sekolah. Mata Nayla sudah merah akibat menahan air mata.
Angkasa pun ikut bersama Nayla, tadinya sang kepala sekolah hanya meminta Nayla yang ikut tapi Angkasa kekeh ingin ikut juga. Angkasa tidak bisa membiarkan istrinya sendiri.
"Bagaimana, Nayla?"
Nayla mengapa kepala sekolah tersebut. Air mata Nayla mulai turun, ia sudah tidak bisa lagi menahan air matanya. Kelulusannya hanya tinggal beberapa bulan lagi, kalau sampai ia di drop out sia-sia perjuangannya selama 3 tahun ini.
"Jawab saya Nayla! Apa benar itu hasil USG kamu?"
Nayla mengangguk, wajahnya menunduk dan air matanya terus keluar.
Kepala sekolah tersebut menggelengkan kepalanya. "Kamu ini anak yang berprestasi, kamu mantan ketua OSIS sekolah ini. Bagaimana bisa kamu berbuat hal yang ceroboh seperti itu! Siapa laki-laki yang menghamili kamu?!" sang kepala sekolah meninggikan suaranya.
"Saya." Angkasa mengucapkannya dengan lantang.
Kepala sekolah menatap Angkasa dengan tatapan yang tidak percaya.
"Saya dengan Nayla sudah menikah."
"Ibu benar-benar kecewa dengan kalian berdua. Untuk kamu Angkasa, jangan mentang-mentang orang tua kamu punya kuasa atas sekolah ini kamu berhak berbuat semau kamu! Besok ibu akan panggil orang tua kalian, untuk saat ini kalian bisa pulang dan berikan surat ini kepada orang tua kalian!"
"Sekalian besok kami akan testpack kamu, Nayla."
Angkasa dan Nayla berjalan di koridor sekolah, Nayla menunduk dengan air mata yang tidak mau berhenti.
Gila! Nayla ga nyangka banget gue.
Kira-kira cowo yang ngehamilin dia siapa ya?
Ternyata Nayla murahan ya.
Nayla menutup kupingnya rapat-rapat. Ia berusaha memejamkan matanya. Angkasa yang melihat keadaan Nayla semakin buruk, segera ia merangkul Nayla dan cepat-cepat membawanya ke parkiran.
Diperjalanan pulang, Nayla menatap jalanan. Pikirannya kosong entah kemana.
"Siapa sih yang jahat nyebarin foto USG aku."
"Waktu kamu USG, kamu ga lihat ada orang yang mencurigakan?"
Nayla menggeleng. "Waktu itu aku cuman ketemu sama Abi."
Nayla berpikir sejenak, ia baru ingat bahwa kemarin ketika habis USG ia sempat bertabrakan dengan Abi.
"Abi?" tanya Angkasa.
Nayla mengangguk. Nayla menceritakan semuanya kepada Angkasa. "Apa jangan-jangan foto hasil USG aku jatuh pas aku tabrakan yah? Tapi masa iya Abi sejahat itu? Diakan sahabat kamu, Sa."
Angkasa diam, rahangnya mengeras. Angkasa mengepalkan tangannya dengan keras pada stir mobil.
Angkasa harus segera mencari tahu siapa dalang dibalik semua ini. Jika memang benar Abi, entahlah mungkin Angkasa tidak akan pernah kenal lagi dengan sahabatnya itu
"Kita kerumah mamah ya, Sa."
Angkasa mengangguk. Mungkin setelah dari rumah Nayla, Angkasa akan pergi ke rumah orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa & Nayla
Novela JuvenilLayaknya kucing dan tikus yang tidak pernah akur, Nayla sang ketua OSIS dan Angkasa sang ketua PMR. Di manapun mereka bertemu Pasti ada saja hal yang diributkan. Angkasa yang senang menjahili dan Nayla si tukang emosi. Hingga suatu hari Nayla dan An...