Hari ini, Nayla dan Angkasa akan pindah ke apartemen yang dibeli Angkasa sewaktu ia akan meminang Nayla. Iya, Angkasa sudah menyiapkan segalanya.
Nayla memasukan semua barang-barangnya. Sedangkan Angkasa, ia hanya berbaring di sofa sambil memakan cemilan.
"Punya suami enggak guna!" Nayla mendumel kesal.
"Angkasa! Bantuin kek!"
"Iya, nanti."
"Nanti, nanti! Cepet ga! 10 detik ga kesini, besok kita ke cerai."
"Otw!" mendengar kata cerai, Angkasa langsung lari sekilat mungkin. Suami takut istri? Mungkin itulah Angkasa.
***
Semua sudah beres, Nayla menatap kamarnya. Ia menarik napas panjang. Kamar yang sudah ia tempati belasan tahun, harus ditinggalkan.
"Bye bye kamar. Bye bye, suami halu gue." Nayla menatap ke arah poster-poster K-Pop. Ia melambaikan tangan pada poster-poster tersebut.
"Dadah ke siapa?" tanya Angkasa yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Nayla.
"Sama suami-suami gue."
Dahi Angkasa mengerut, suami-suami? Mata Angkasa langsung mengikuti arah pandang Nayla. Poster? What?!
Angkasa tertawa terbahak-bahak. "Lo nikah ama poster? Aduh, kasian amat halunya."
"Bacot! Udah ayok berangkat!" Nayla meninggalkan Angkasa yang masih tertawa seperti orang gila.
Angkasa menatap poster-poster boyband Korea tersebut.
"Suami? Istri gue nikah ama kertas?"
***
Nayla berdiri di ruang tamu, ia sedang menunggu Angkasa. Tak lama, Angkasa muncul.
"Mah, Pah. Nayla pamit dulu. Nanti kapan-kapan Nayla main kesini."
Mamanya langsung memeluk Nayla. Putri semata wayangnya kini sudah menjadi istri. Tidak akan ada lagi yang merengek meminta uang hanya untuk beli album K-pop.
"Mamah sayang banget sama Nayla, Naylaa jaga diri baik-baik, turutin kata suami kamu."
"Siap mah." Nayla tersenyum, ia berusaha sekuat mungkin agar air matanya tidak menetes.
Papah Nayla memeluk Angkasa, ia menepuk bahu Angkasa.
"Jaga Nayla, Kalau ada apa-apa sama dia, kamu berhadapan dengan saya. Ingat, kamu yang memilih Nayla jadi kamu harus bertanggung jawab." Ujar Papah Nayla
"Siap pah."
"Ingat Angkasa, Nayla Putri semata wayang kami. Kami sudah mempercayakan semuanya kepada kamu, jangan pernah buat kami kecewa. Mamah titip Nayla." kini Mamanya yang membuka suara.
"Siap Mah, Angkasa janji."
Kini Nayla mencium tangan orang tuanya. Berat rasanya meninggalkan kedua orang tua dan rumah yang telah ia tempati belasan tahun.
Hidupnya kini sudah berubah, status nya kini sudah menjadi istri.
Nayla melambaikan tangan pada orang tuanya.
***
Di dalam mobil, Nayla terus menerus mengemil snack yang ia bawa tadi.
"Makan mulu." Celetuk Angkasa.
"Bodo." jawab Nayla dengan enteng.
"Lu, kapan sertijab? Bentar lagi kita lulus." tanya Angkasa.
"Mungkin sesudah acara makrab. lu sendiri, kapan?"
"Sama, mungkin."
Nayla hanya ber'oh'ria saja.
"Angkasa, gue ngantuk."
"Yaudah tidur, nanti gue bangunin kalau udah sampe."
Nayla mengangguk, ia mencari posisi senyaman mungkin. Tidak lama kemudian, dirinya sudah larut dunia mimpi.
Angkasa menengok ke arah Nayla. Ia melihat istrinya sudah terlelap.
Gue, janji gue bakal jaga lo, Nay. Sesuai janji gue sama kedua orang tua lo.
Angkasa merasa ini semua seperti mimpi, gadis yang dari dulu ia incar kini sudah menjadi istri sahnya.
Angkasa yang menyukai Nayla dari awal masuk sekolah, hingga ia sering menjahili Nayla dan berakhir menjadi musuh bebuyutan. Namun kini, mereka sudah menjadi pasangan yang sah.
***
"Nay, bangun udah sampe." Angkasa menepuk pelan bahu Nayla.
"Gendong." ujar Nayla yang matanya masih terpejam.
Angkasa tersenyum manis, istrinya ini benar-benar menggemaskan. Angkasa akhirnya menggendong tubuh Nayla dan menidurkannya di kamar, setelah itu ia kembali ke mobil untuk mengambil barang-barang mereka.
Mata Nayla benar-benar rapat, mungkin efek kecapekan.
"Nay, laper gak?"
Nayla membuka matanya sedikit, ia bangun dengan muka ngantuknya. Nayla mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Angkasa.
"Yaudah, tunggu sebentar, gue mau masak."
"Emang, lo bisa?"
"Enggak bisa, Nay. Makanya gue nawari ke lo."
Nayla berdecak sebal. Angkasa hanya bisa terkekeh geli.
Angkasa mulai mengambil bahan masakan satu persatu. Malam ini, ia akan membuatkan Sop, Ayam goreng, tahu dan tempe goreng.
Nayla keluar dari kamarnya, ia melihat Angkasa yang sedang asyik di dapur, tanpa sadar dirinya tersenyum simpul. Ternyata begini rasanya punya suami.
"Musuh gue jadi suami gue?" ujarnya sambil bersedekap dada di lawang pintu.
Nayla duduk di meja makan, matanya benar-benar tidak lepas dari gerak-gerik Angkasa. Ia akui Angkasa memang segala bisa, hanya saja sifatnya yang jahil membuat Nayla kesal terhadap Angkasa.
Setelah 30 menit, makanan sudah siap dihidangkan.
"Lama amat gue lapar."
"Kalo mau cepet, makan aja sayuran mentah." jawab Angkasa sambil menaruh lauk di meja makan.
Nayla menatap Angkasa sinis.
"Udah cepet makan, biar 'itu' nya lo tambah gemoy." ujar Angkasa, yang sedikit agak ambigu.
Nayla menatap Angkasa dengan tajam. "Itunya Apa?!"
"Badan lo maksudnya, jangan nethink mulu!"
"Lo yang bikin gue ambigu!"
"Tapi, pikiran lo ngeres!" ucap Angkasa tidak mau kalah.
"Udah, pokoknya lo yang salah!"
"Kok gue, kan gue cuma-"
"Udah, stop! Gue mau makan!" Akhirnya Nayla menghentikan perdebatan mereka.
Lihat, bahkan sudah menjadi pasangan sah aja mereka tetap beradu mulut, hanya karena hal sepele.
"Makan yang banyak, biar bayi kita sehat." bisik Angkasa.
Uhuk!
"Bayi? Bayi apaansih!"
"Bayi cacing!" Angkasa tertawa terbahak-bahak.
Sepertinya nafsu makan Nayla hilang, padahal makanan yang dibuat Angkasa cukup enak namun setelah melihat kelakuan Angkasa semua makanannya menjadi hambar.
***
Hai!
Aku kembali guys!
Apa kabar?Gimana cerita ini?
Lanjut?
Jangan lupa vote dan komen ya!Yok bisa yok, semakin banyak vote dan komen semakin sering aku update.
Bye bye👋
See you next chapter💟

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa & Nayla
Teen FictionLayaknya kucing dan tikus yang tidak pernah akur, Nayla sang ketua OSIS dan Angkasa sang ketua PMR. Di manapun mereka bertemu Pasti ada saja hal yang diributkan. Angkasa yang senang menjahili dan Nayla si tukang emosi. Hingga suatu hari Nayla dan An...