Chapter 11

829 41 2
                                        

Cahaya matahari masuk ke jendela kamar pasutri yang masih terlelap.

Angkasa membuka matanya, objek pertama kali yang dilihatnya adalah wajah natural Nayla. Ia tersenyum geli saat mengingat memori-memori tadi malam, betapa ganasnya ia.

Angkasa melihat tubuhnya dan tubuh Nayla yang masih sama-sama naked. Angkasa mencium setiap inci wajah Nayla, membuat Nayla terusik.

Nayla mengerjapkan matanya.

"Pagi, sayangnya Angkasa."

Nayla tersenyum. Namun, sedetik kemudian wajahnya merah padam. Ia baru sadar bahwa dirinya masih sama-sama naked dibawah selimut.

Dan satu lagi yang membuatnya merasa tidak nyaman...

"Sa, lepasin dong." yah, milik mereka masih menyatu, membuat Nayla merasa tidak nyaman.

"Satu ronde lagi, Nay."

"Angkasa!" pekik Nayla.

Sekarang masih jam 8 pagi, tapi pikiran Angkasa sudah mesum.

***

Mereka baru menghentikan kegiatan panasnya pada pukul setengah satu siang. Angkasa memang tidak bisa dipercaya!

Kini, Angkasa sedang mandi. Sedangkan Nayla, ia masih berusaha untuk merubah posisinya menjadi duduk.

"Akh! Sakit banget, Angkasa sialan!" umpatnya.

Nayla meneteskan air matanya, saking merasa sakit di bagian miliknya.

"Sakit banget! Mama!"

Angkasa keluar dari kamar mandi, ia melihat Nayla yang susah payah untuk duduk.

"Nay, are you okay?"

"Engga, lah! Sakit banget tau! Gue mau mandi, tapi gabisa jalan." Nayla kembali meringis kesakitan.

Sesakit itu, ya? - Batin Angkasa bertanya-tanya.

"Yaudah gue gendong ke kamar mandi."

"Gausah gue malu." Nayla masih berusaha menutupi tubuhnya yang polos.

"Ngapain malu, sih. Gue udah liat semuanya."

Nayla berdecak sebal. Alhasil, ia mengalah. Ia digendong oleh Angkasa untuk mandi. Sambil nunggu Nayla mandi, Angkasa memesan makanan.

***

Angkasa dan Nayla tengah duduk di ruang TV, mereka sedang menonton kartun Tom and Jerry.

Nayla duduk di samping Angkasa, ia menyandarkan kepalanya pada bahu Angkasa. Sambil mengemil makanan yang dipesan Angkasa.

Tidak lama, suara bel apartemen mereka berbunyi.

"Kamu bukain, Sa." Nayla menyuruh Angkasa, lagipula selangkangan Nayla masih sangat sakit.

Angkasa mengangguk. Ia melangkah menuju pintu utama rumahnya.

"Mamah?"

Yah, ternyata yang datang ke apartemen Angkasa adalah Mamanya sendiri.

"Mana menantu mamah?"

"Ada di dalem."

"Awas mamah mau ketemu." Lia atau Mamanya Angkasa, ia mendorong Angkasa agar memberinya jalan masuk.

"Gini amat jadi anak tiri." ujar Angkasa, kemudian menutup pintu dan menyusul Mamanya dan juga Nayla.

Yah, memang jika sudah punya menantu maka orang tua kita akan lebih sayang pada menantunya.

"Nayla sayang!" Panggil Lia dengan suara yang menggelegarnya.

Lia menaruh beberapa paper bag di meja, ia kemudian memeluk dan mencium setiap inci muka Nayla.

Angkasa & NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang