27. Copyan Rangga
"Pulang beneran, nih." Azam maju berniat mengenakan sepatu. "Gapapa ditinggal?"
"Ya gapapa, lah." Ucap Iris seraya mengelus rambut ikal sang lelaki. "Lembut amat Pak rambutnya. Spill merek shampo nya, dong!"
"Ga di endors." Azam berdiri. "Nyokap lo mana?"
Iris memicingkan kedua matanya, curiga. "Mau ngapain? Mak gue mau di embat juga?"
Azam tersenyum miring. "Gak. Anaknya aja udah cukup. Selebihnya, mau minta doa restu."
Iris menahan senyum. Dengan gerakan gemulai, gadis itu menabok ringan dada Azam. "Ah! Si Abang bisa aja. Jadi makin jatuh cinta, deh."
"Lucu." Ungkap Azam tanpa sadar begitu melihat respon yang Iris tunjukkan. Lelaki itu tertawa ringan sampai sederet gigi rapihnya terlihat.
Iris kembali pada posisi. Tidak bertingkah lagi. Wajahnya mendadak berubah serius. "Katanya lagi masak sama nyuci. Udah gausah. Ntar Kak Azam malah di goda-godain ga jelas sama Mak."
Azam manggut-manggut. Sebelum pergi, ia menyempatkan menepuk-nepuk puncuk kepala gadisnya, tak lupa mengecek suhu tubuh. "Kalo masih meriang, call gue aja."
"Lah? Apa faedahnya?"
"Meriangnya gue rayu biar cepet pergi." Azam menaik-turunkan kedua alisnya, jahil. Seumur-umur, ia tak pernah memperlihatkan sisi romantis dan jahil dari dirinya kepada orang lain. Terkecuali Iris.
"Ih! Apaan, sih?!" Iris mendorong punggung Azam supaya lelaki itu lekas minggat dari hunian nya. "Pulang aja sono! Ngerepotin perasaan orang aja."
"Yaudah, gue cabut." Azam menaiki motor tak lupa memakai helm. "Cepet sembuh."
Iris tersenyum dari balik pagar. "Iya .."
"Kalo nanti sore udah sembuh, gue kesini lagi." Azam menaikkan standar motor besarnya.
"Hah? Kak Azam mau ngapain?" Iris menopang dagu pada pagar rumah yang memiliki tinggi sepundaknya. "Mau godain Bapak gue, ya?"
Azam menggeleng. Lelaki itu memutar kunci motor tak lupa menghidupkan mesin sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan peri cantiknya. "Ngajak jalan."
Iris tersenyum sampai matanya menyipit. "Widih ... jalan kemana, nieh?"
"Siratal mustaqim." Canda Azam sebelum ia dan motor besarnya melesat pergi dari hunian sang gadis.
Iris membelalak. "WOE! SEMBARANGAN!" Setelah memekik keras seperti itu, ia mengulum senyum. "Ternyata, Kak Azam bisa lucu juga, ya? Baru tau, deh."
Menghela napas. "Baru juga ditinggal, udah kangen aja. Hiks," ucapnya disertai tangis bualan.
Sama halnya dengan Azam, lelaki itu menggumam singkat diatas motor. "Ternyata, jatuh cinta itu kayak gini? Seru juga."
💌💌💌
KAMU SEDANG MEMBACA
Admirer Rúnda [Completed]
Romance"Semesta bercanda mempertemukan kita dalam sebuah rasa. Aku yang buta aksara, terkagum padamu yang mengajarkan ku metafora." -Iris Jacinda *** Azam Kairav Bratanadipta. Hanya tiga kosa kata nama yang mampu membuat seorang Iris Jacinda berdebar ketik...