22. Mengalah
Azam menghela napas beberapa kali sebelum dia memutuskan untuk minggat dari ruang osis setelah Iris pergi dari sana.
Baru juga mau bangun dari kursi, pintu ruangan kembali terbuka. Namun kali ini, tamu yang datang bukan Iris. Melainkan Hita. Gadis paras manis yang dirumorkan berpacaran dengan nya.
"Ngapain?" Tanya Azam. "Sama pembina disuruh kumpul?"
Hita menggeleng. Dia menutup pintu ruangan, lalu mendudukan diri dikursi samping Azam. Tempat Iris duduk beberapa menit yang lalu.
"Zam, gue mau ngomong." Hita menatap Azam lekat. Ia harus memastikan sendiri kebenaran itu dari mulut Azam.
"Apa?" Tanya Azam seraya membereskan kotak obat.
"Lo risih nggak?"
Kening Azam mengernyit. Dia tak faham dengan ucapan Hita. Risih? Risih mengenai apa? "Risih?"
"Iris. Adkel yang barusan lo bawa kesini." Hita kembali bersuara. "Lo suka sama dia?"
Tangan Azam yang semula sedang sibuk membereskan beberapa obat luka langsung terhenti begitu mendengar perkataan Hita. Cukup lama terdiam, lalu ia menjawab. "Nggak."
"Kalo gitu, lo risih nggak soal rumor kemarin? Yang katanya kita berdua saling suka." Hita kembali memberondong pertanyaan yang dirasa Azam tak begitu penting dan membuang waktu.
Azam menoleh. Mata elangnya menatap Hita dingin. "Bukan nya lo sendiri yang udah klarifikasi dan ngarang cerita ke pihak terkait?"
"Ngapain tanya gue lagi?" Azam berdiri, hendak meletakkan kotak obat itu kembali ke tempat asal.
Hita menelan salivanya susah payah. Kedua tangan nya meremat rok abu yang dia kenakan sampai kusut. Azam beneran marah sama gue. Batin nya.
"Lo marah? Gue minta maaf." Hita menunduk. "Jujur, gue nggak keberatan sama sekali kalo rumor itu bener adanya."
"Nggak keberatan sama sekali?" Azam mengulang. Lelaki berseragam olahraga itu menatap Hita dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gue suka sama lo, Zam." Ungkap Hita pada akhirnya. "Gue suka sama lo semenjak MPLS."
Azam diam. Dia sudah tahu sejak jauh hari kalau Hita selaku teman se-organisasinya itu menaruh hati kepadanya. Dan sebisa mungkin, Azam berinteraksi sewajarnya dengan gadis itu.
"Alasan gue ikut osis, supaya bisa makin deket sama lo. Supaya kita bisa lebih dari sahabat." Hita mencurahkan segala perasaan yang dia pendam selama dua tahun terakhir itu. "Jadi, gimana? Apa lo ada rasa sama gue?"
Menghela napas, kemudian berujar. "Sebelumnya, gue mau ngucapin makasih sama lo karena udah berani ngungkapin secara langsung." Azam menjawab datar. "Tapi sorry. Gue gabisa bales perasaan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Admirer Rúnda [Completed]
Romance"Semesta bercanda mempertemukan kita dalam sebuah rasa. Aku yang buta aksara, terkagum padamu yang mengajarkan ku metafora." -Iris Jacinda *** Azam Kairav Bratanadipta. Hanya tiga kosa kata nama yang mampu membuat seorang Iris Jacinda berdebar ketik...