Bagian 21 : Duel

6.3K 1.3K 193
                                    

21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21. Duel

Lima menit yang lalu, awan di atas sana masih menghitam disertai hawa dingin yang mulai merambat. Namun keadaan tersebut tak menjadi sebuah masalah bagi guru matematika.

Tengah hari dibumbuhi semilir angin, pintu kelas Iris terbuka lebar. Dari luar, terlihat siswa sedang mengerjakan ujian harian.

Lesu, adalah ekspresi wajah yang mendominasi. Deretan angka yang tak dimengerti seolah menambah beban rohani.

Namun berbeda halnya dengan Iris. Entah dapat hidayah darimana, gadis itu tetap semangat menjawab rentetan soal kematian yang tertera diselembaran kertas.

Hal itu memancing perhatian Dila selaku teman sebangkunya. "Heh, lo kesambet apaan?"

"Hah?" Iris balik berbisik. Namun atensinya masih tertuju kepada soal. "Gue ga denger."

"Semangat betul, Kak? Tumben banget. Biasanya kalo ujian dadakan suka tidur." Dila bersuara, tetapi pandangan nya tertuju pada kertas hitung.

"Gatau." Iris menjawab acuh. "Ee .. mungkin, karena gue lagi sebel sama Kak Azam, jiwa ambis gue jadi muncul."

Dila berdecih. "Heleh. Sosoan sebel. Nanti kalo doi lewat langsung klepek-klepek lagi."

Iris terkekeh pelan. Ah, ya. Dila benar. Memandang Azam dan berinteraksi dengan lelaki itu saja sudah membuat hari Iris berbunga-bunga, terlebih jika memilikinya.

Membayangkan nya saja, senyum lebar langsung terpajang jelas diparas Iris. "Ga kebayang, sih, kalo gue nanti pacaran sama dia. Yang ada, tiap hari dibikin mleyot mulu sampe mampus."

Lagi-lagi, decihan remeh keluar dari mulut Dila. "Halu. Halu. Nih, gue ingetin sekali lagi, ya. Gimana mau nge-milikin kalo doi aja kaga tau nama lo?"

Iris melayangkan tatapan sinis kepada makhluk disampingnya. "Sembarangan lo! Dia udah tau nama gue."

Bangkit dari kursi sembari memasang tampang ejek. "Halu, halu. Iris tukang halu, huuu ..."

Rahang Iris mengetat. Dila selalu saja mengejeknya seperti itu walaupun ia tahu jika teman sebangkunya itu hanya bergurau. "Nyebelin banget."

Hendak maju mengumpulkan jawaban, sahutan dari arah depan berhasil mencuri atensi Iris. "Ris!"

Iris menoleh. Mendapati Gadis sedang mencoba berinteraksi dengan nya. "Bagi jawaban nomer tujuh sampe lima belas, dong!"

Karena tak dengar apa yang setan itu ucapkan, Iris berjalan menghampiri. "Apaan?"

Tanpa permisi sama sekali, Gadis langsung menyabet lembar jawaban yang di genggam Iris. Dengan kesetanan, Gadis langsung menyalin jawaban tanpa dosa.

"Bener-bener ni cewek." Iris menggumam, geram.

Merasa malas berurusan dengan Gadis setelah dia mencekoki cairan pembersih lantai kala itu, Iris langsung mengambil lembar jawaban dari meja.

Admirer Rúnda [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang