Bagian 34 : Sebuket Sempol

7.7K 1.2K 232
                                    

34

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

34. Sebuket Sempol

Wajah lesu dan mata sembab menjadi objek utama yang memancing perhatian. Iris. Gadis itu semalaman menangis tiada henti. Berusaha meredam tangis dengan segala cara supaya isakan nya tidak terdengar sampai luar kamar.

Selain karena Azam, Iris menangis karena film yang dia tonton. Padahal, filmnya tidak terlalu sedih. Mungkin, dia sengaja karena mau menangis dibarengi alasan.

Supaya kalau ada yang tanya, dia bisa memberi alibi. "Mata kamu kenapa kok sembab kayak gitu? Kamu habis nangis?"

"Tadi malem begadang nonton film, Bu. Filmnya sedih, yaudah Iris nangis." Tutur Iris seraya mencuci piring bekas ia makan dan keluarga.

Hari ini, hari Minggu. Terlepas dia mengakhiri hubungan tidak jelas dengan Azam tempo lalu, sifat cerianya perlahan memudar. Seolah kehilangan tonggak dan semangat untuk hidup.

Karena tidak ada kegiatan sama sekali, Iris lebih memilih di rumah. Berdiam diri dikamar, menonton film, membantu Aini melakukan pekerjaan rumah dan yang terakhir tidur.

Dia malas untuk pergi mengunjungi dunia luar. Ada saja hal sepintas yang mengingatkan nya pada Azam.  Itu adalah salah satu alasan, dari sekian banyaknya alasan Iris malas pergi keluar.

Seusai membantu Aini melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, menyapu, mengepel, membersihkan tanaman diteras depan dan yang terakhir membersihkan kaca rumah, gadis itu langsung merubuhkan diri diranjang.

"Kak Azam nggak kasih jawaban apa-apa, ya? Padahal chat gue udah dibaca semua." Iris bermonolog sembari melihat ratusan pesan yang dia kirim kepada mantan lelakinya.

Lagi, air mata Iris kembali meluruh. "Iya, sih. Pasti dia udah punya pacar disana. Cewek sana kan cantik-cantik semua. Nggak ada yang burik sama sekali."

"Bahkan, ada wajahnya yang mirip idol." Iris menutupi wajahnya dengan bantal. Ia terisak sedikit tatkala ingatan nya mengkilas balik memori kebersamaan dengan Azam.

Azam Kairav Bratanadipta. Tiga kosa kata nama itu berhasil memporak-porandakan hati dan perasaan Iris.

Tatapan nya, senyum nya, tawanya dan semua hal yang ada pada diri Azam seolah menjadi obat disaat hari-harinya meradang.

"Cewek yang nikah sama Kak Azam beruntung banget." Ujarnya pada bantal guling di atas wajah. "Selain ganteng dan gengsian, Kak Azam orang nya lembut."

Memang, dari awal ia tidak boleh egois. Lebih memetingkan nafsu untuk berdua dan memadu kasih dengan Azam sedangkan status mereka berdua masih belum ada kejelasan.

"Ck! Nangis lagi. Dasar cengeng." Iris mengusap air matanya. "Udah lama juga sih gue belum nangis. Sekalian skincare an."

Iris meratakan semua air mata ke seluruh wajah karena mitosnya, air mata baik untuk kesehatan dan kelembapan kulit. Perlu digaris bawahi, mitosnya.

Admirer Rúnda [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang