Bagian 23 : Beberapa Tangkapan

6K 1.3K 129
                                    

23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23. Beberapa Tangkapan

Seperti yang kalian tahu, hari Rabu jatuh pada hari ini. Dan setelah bel pulang berdering nyaring sampai ke penghujung gedung sekolah, Iris beserta anak tari lain nya langsung bersiap menuju panggung.

Gadis itu sudah kerepotan membawa korset, sampur, jarik dan botol minum. Sesekali membenarkan kunciran rambut supaya tidak terlalu menganggu ketika menari nanti.

"Gue dimana?" Tanya Iris kepada Dila karena dia belum menemukan barisan yang pas.

"Nih, sini, nih. Tempat biasa, samping gue." Dila menunjuk barisan disamping nya. "Sampur sama jariknya taruh sini aja."

"Oke, makasih." Iris berujar sebelum berlari ke depan untuk meletakkan botol minum.

"Eh, ini nggak ada yang mau ngambil sound apa?" Annisa berkacak pinggang. Ujaran nya tak dijawab oleh anak tari lain nya. "Hadeh ... yaudah, lah. Ayo, Div. Kita aja yang ngambil sound."

"Btw, soundnya ada dimana?" Diva menjawab setelah menengguk air mineral yang dia bawa hingga tersisa setengah.

"Ruang guru. Ayo," selepas menyelesaikan dialognya, Annisa langsung berlari meninggalkan panggung di ikuti Diva.

"Mumpung Bu Puji belum dateng, ayo ke kantin dulu." Ajak Sahda kepada Dila dan lain nya. "Eh, lo anak baru, kan? Iris bukan?"

Iris tersenyum. "Iya, nama gue Iris. Salam kenal, ya."

"Udah kenal kali. Sokab banget jadi cewek." Gadis menyahut sinis. "Mau pedekatean, tuh, supaya dapet temen banyak."

"Nyangkem mulu lo!" Ayun menyahuti celetukan Gadis. "Dia emang gitu anaknya. Jangan di urusin. Mending kita ke kantin."

"Eh! Gue ngikut!" Sabrina nimbrung. "Gue ambil uang dulu dikelas bentar, ya."

"Hadehh ... cepetan, dah." Dila memberi komentar. "Kalo lama gue tinggal."

Sembari menunggu Sabrina datang, Iris balik badan menghadap ke arah lapangan basket outdoor di hadapan nya.

Disana, sudah banyak anak basket yang berkumpul. Mulai dari kelas sepuluh, sampai dua belas. Namun anehnya, Iris tak mendapati Azam ada disana.

"Eh, Kak Azam mana? Kok nggak ada?" Iris celingak-celinguk mencari keberadaan Azam. "Kalo nggak ada Kak Azam, mah, gue kaga semangat narinya. Mending balik pulang aja, deh."

"Sembarangan lo." Dila menggeplak lengan Iris. "Lo ikut ekskul ini cuma mau liat Kak Azam doang? Sekate-kate banget."

Iris nyengir. "Hehehe, kok tau?"

"Anjir .." Dila menggelengkan kepalanya tak percaya. "Lo secinta apa, sih, sama Kak Azam? Bucin banget, heran gue."

Iris mengedikkan bahunya acuh. "Gatau dah. Pokoknya, sebanyak tet-"

Admirer Rúnda [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang