07. Traktir Sempol
"Terimakasih, Bu." Iris berujar sopan setelah menutup pintu mobil. Dengan senyuman ramah, dia melambai ke arah Ayana selaku calon mertuanya.
Ee .. patut di garis bawahi, calon mertua dalam mimpi dan keinginan Iris.
"Duluan, ya. Assalamualaikum." Salam Ayana sembari menutup kaca jendela mobil tak lupa tersenyum ramah. Setelahnya, wanita paruh baya berparas ayu ke-bulean itu melaju meninggalkan tempat.
Sepeninggal Ayana, Iris menyentuh keningnya sendiri sembari bergumam. "Gilak. Gue barusan abis ketemu sama calon Mama mertua, anjrit! Hah .. pingsan gue."
"Cantik banget orangnya .. pantesan Kak Azam ganteng nya ga ketulungan." Lanjutnya sembari manyun, iri. "Eh, ntar. Kalo Kak Azam aja ganteng nya kayak gitu, pasti Bapaknya lebih gantengan, ga, sih?"
Iris senyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana paras dari calon ayah mertuanya. "Tidak terdefinisi."
"Iris?" Yang di panggil berjinggat kaget mendengar suara sang ibu. "Ayo masuk. Ngapain di depan gerbang?"
"Iya, Bu, sabar." Iris membuka gerbang rumahnya, lalu masuk ke halaman rumah. "Assalamualaikum," ucapnya seraya menyalami tangan sang ibu.
"Waalaikumsallam." Pandangan Aini tertuju pada noda di seragam atasan anak gadisnya. "Ini kenapa baju kamu kotor? Ketumpahan apa?"
"Oh, anu, itu ... tadi waktu istirahat, ada anak nggak sengaja nyenggol nampan yang Iris bawa. Terus soto nya jatoh ke seragam," Iris berujar sembari melepas sepasang sepatunya, lalu di letakkan pada rak.
"Kok bisa .." nada Aini sedikit menggeram. "Ayo, cepet ganti baju. Itu seragamnya biar Ibu cuci biar cepet kering."
"Iya, yang mulia ratu .." Iris mendorong pundak Aini pelan, menggiringnya masuk ke dalam rumah. "Ardi mana? Tumben suara kentutnya nggak kebau?"
"Lagi keluar sama temen nya. Tadi izin mau ke pasar kampung bagian barat." Jawab Aini.
Iris manggut-manggut. Gadis itu masuk ke dalam kamar guna membasuh diri tak lupa menanggalkan seragam atasan nya guna di cuci. Setelah selesai menanggalkan seragam, Iris membalut tubuh idealnya dengan kaos rumahan terlebih dahulu.
Tangan nya terulur membuka resleting tas sekolah untuk mengambil jas almameter milik Azam juga ponselnya.
"Wangi banget .." ucap Iris tatkala indra penciuman nya merangsang aroma parfum yang melekat pada permukaan almameter. "Baik-baik disini, ya."
Setelah meletakkan almameter osis milik calon suaminya itu di atas kasur, Iris mulai mencari dimana keberadaan ponselnya.
Keningnya mengkerut dalam saat tau jika barang yang dia cari tak ada di dalam tas. "Loh? Hape gue mana?"
Raut panik terlihat jelas pada paras gadis itu. "Heh, kok, nggak ada, sih?"
Iris menumpahkan semua barang yang ada di dalam tasnya ke atas kasur. "Mampus. Beneran nggak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Admirer Rúnda [Completed]
Romansa"Semesta bercanda mempertemukan kita dalam sebuah rasa. Aku yang buta aksara, terkagum padamu yang mengajarkan ku metafora." -Iris Jacinda *** Azam Kairav Bratanadipta. Hanya tiga kosa kata nama yang mampu membuat seorang Iris Jacinda berdebar ketik...