"Semesta bercanda mempertemukan kita dalam sebuah rasa. Aku yang buta aksara, terkagum padamu yang mengajarkan ku metafora."
-Iris Jacinda
***
Azam Kairav Bratanadipta. Hanya tiga kosa kata nama yang mampu membuat seorang Iris Jacinda berdebar ketik...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
halow! beberapa chapter terkini kenapa nggakadacowment.. apakah kleansmwah pundung sm ak? padahal ak paling menanti cowment klean smwah 👹 seruw kalo nge baca cowment klean, ni gigi ampe garing kelamaan nyengir 😇
udh segitu aj curhatan mama dede hari ini, anw happy reading cayank <3
30. Belajar Bareng
Sekitar dua minggu setelah Azam dan Iris pergi berdua tuk memadu kasih ditepian danau dan bianglala, kini, Azam tengah sibuk belajar guna menghadapi ujian kelulusan.
Sebenarnya, ujian kelulusan yang diadakan sudah berlalu sekitar empat harian. Berarti tinggal tiga hari lagi.
Yang mana, akan dilaksanakan pada hari Jum'at, Senin dan Selasa dengan mata pelajaran berbeda.
Perihal hubungan Azam dan Iris, hanya orang terdekat seperti Dila, Arjuna dan Amir saja yang tau. Selebihnya, dua sejoli itu merahasiakan nya dari publik.
Itu semua atas permintaan Iris. Gadis itu takut diserang fans sejati Azam jika ketahuan kalau ia telah menikung pujaan hati mereka.
Terlebih, perbedaan status keduanya yang terkadang membuat Iris overthingking dan minder jika nantinya ia akan dilamar beneran oleh Azam.
Selama itu pula, Iris belum pernah bertemu secara resmi dengan ibu dan ayah dari Azam jika ia diajak pergi bertamu. Yang ia temui hanyalah Alan.
"Ris, ke lapangan?" Dila bertanya kepada teman sebangkunya. Gadis itu sibuk melipat seragam untuk dimasukkan ke dalam tas.
"Nggak." Iris menjawab pelan. Kedua tangan nya ia rapatkan ke perut, tanda jika ada masalah di daerah sana. "Maag gue kayaknya kumat."
"Ayo gue anter ke UKS." Dila hendak membantu Iris berdiri namun ditolak. "Ayo .. bentar lagi jam olahraga mulai. Anak kelas pada keluar semua. Ntar lo sendirian disini."
Iris memiringkan kepalanya yang ia letakkan di atas meja. "Gapapa. Jodohnya Jaemin harus kuat."
"Jeman-jemin mulu yang lo sebut." Dila mencibir. "Ayo, gue anter ke UKS. Gue temenin deh. Ketimbang lo sendirian disini. Nanti ada yang gangguin."
"Gausah, Dila .." Iris berusaha meyakinkan. "Bentar lagi juga ilang. Gue tadi udah minum obat. Dah, mending lo cabut."
Dila berdecak. "Yaudah, gue panggilin Kak Azam aja kalo gitu."