Bagian 12 : Rinai Hujan

7.2K 1.3K 172
                                    

12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12. Rinai Hujan

"Semesta saya." Dua kata yang terucap dari mulut Azam berhasil membuat kupu-kupu di dalam perut Iris beterbangan.

"Semesta apaan?" Alfian bertanya, nyolot. "Dia cewe gue. Enak aja main semesta-semesta an."

Azam tak menghiraukan kicauan Alfian. Tangan nya terulur menggeret lengan Iris supaya menjauh dari jangkauan lelaki yang tak dikenalnya itu.

"Eh, balikin, gak!" Tuding Alfian marah ketika Iris di ambil darinya. Tangan nya hendak mencekal pergelangan tangan sang mantan, namun segera di tepis kasar oleh Azam.

Tanpa banyak basa-basi lagi, Azam berjalan meninggalkan Alfian sembari menggeret lengan gadis mungil di samping nya.

"WOE ANJING!" Dari kejauhan sana, Alfian mengumpat lantang. Hendak menyusul langkah Azam dan Iris, namun urung begitu menyadari banyak anak SMANDA yang memperhatikan.

Karena takut di keroyok dan di curigai yang bukan-bukan oleh siswa sana, Alfian lebih memilih pergi dengan tampang geram luar biasa.

"Naik," suruh Azam dengan suara datar kepada Iris.

Bukan nya menurut, yang di suruh malah diam mematung dengan sorot pandang kosong. Pikiran nya melayang kemana-mana begitu mendengar Azam mengucapkan kalimat 'semesta saya' beberapa menit yang lalu.

Azam menoleh. Hembusan napas pelan terdengar dari balik helm begitu melihat perempuan yang di tolong nya masih saja diam di tempat.

Terlalu malas memanggil nama, telunjuk Azam terjulur guna menoyor pelan dahi Iris. "Sadar."

Sedetik kemudian, Iris terbatuk kecil. Dengan gugup, ia mendongak. Memandang mata tajam bernetra hitam kecokelatan yang tengah menatapnya datar. "H-hai, Kak."

Azam menaikkan standar motor sebelum melaju meninggalkan tempat. Niatnya menawari tumpangan kepada Iris telah lenyap sejak dua detik yang lalu. "Juga."

"An-anu," Iris menarik kecil ujung ikat pinggang yang dikenakan Azam. "Itu .. anu .. tadi maksud dari 'semesta saya' ap-"

"Gue cuma nolongin lo dari cowok tadi. Jangan besar kepala." Setelah menuntaskan dialognya, Azam melajukan motornya meninggalkan Iris di tempat.

Sementara itu, Iris mengusap peluh yang menetes dari kening sampai ke lehernya. "Napas, Ris. Napas. Jangan lupa napas."

Hidung mbangir gadis berkuncir satu itu kembang-kempis. "Huh, hah, huh, hah, huh, hah .."

"Kak Azam telat amat bilangin nya. Gue udah keburu besar kepala." Iris bermonolog. "Otak moengil gue ini udah ngerancang bakalan punya anak berapa buat kedepan nya. Eh, kaga jadi."

Iris menahan senyum. "Semesta saya?Hadeh .."

"Hadeh .. bisa gila gue, anjing! AKHHHH .." Iris memekik keras seraya meninju angin dengan muka memerah. Tanpa memperdulikan tatapan aneh dari sekitarnya.

Admirer Rúnda [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang