25. Cie
"Eh, eh, tungguin!" Iris memekik kepada Dila tatkala gadis itu hendak meninggalkan nya. "Repot banget bawa ginian."
Dila menghela napas. "Hadehh .. sini gue bantu lipet." Ia membantu Iris memasukkan jarik, sampur, korset dan perlengkapan tari lain nya ke dalam tas.
"Aaaa ... makasih!" Iris berujar girang. Setelah rampung, ia berujar, "ayo, kita ke depan. Tuh, udah mendung banget padahal masih jam setengah enam."
"Bukan mendung, Ris. Tapi emang udah waktunya magrib. Astagfirullah .." Dila mengait lengan Iris mengajak gadis itu ke gerbang depan. "Ayo. Keburu jemputan gue ngilang."
"Gue nebeng lo gapapa, kan? Takut pulang sendiri kalo harus jalan kaki." Pinta Iris beserta alasan nya.
Dila berdecak. "Ck, gapapa lah! Kenapa pake izin segala? Udah kayak sama siapa aja lo. Santai aja .."
Iris memeluk Dila dari samping sebagai apresiasi. "Tengkyu! Muach!"
"Dih? Jiji-" Perkataan Dila tersendat manakala Arjuna tiba-tiba datang menghadang langkah guna memanggil Iris.
"Ris,"
"Iya? Kenapa, Kak?" Tanya Iris setelah dia menjauhkan kedua tangan nya dari badan Dila.
Arjuna menggaruk punggung tangan nya yang tak gatal. "Bisa ke taman belakang sebentar, nggak?"
Dila dan Iris langsung saling pandang. "Kak Arjuna mau mesumin Iris, ya? Ngaku!"
"Sembarangan lo!" Arjuna menuding. "Gue kalo mau mesum juga pilih-pilih kali."
"Terus? Ngapain nyuruh Iris ke taman belakang, padahal udah mau magrib? Pasti mau mesum, kan? Udah Ris. Jangan ngikut Kak Arjuna. Dia sesat." Tanpa mendengar jawaban dari Arjuna lagi, Dila langsung membawa Iris pergi dari tempat.
"Eh, bentaran doang, cok! Nanti gue kena marah!" Arjuna menahan tas yang Iris kenakan.
"Udah, gapapa. Siapa tau ada hal penting." Iris mencoba menenangkan Dila yang hendak melayangkan protesan nya.
"Beneran? Mau gue temenin, nggak?" Tawar Dila, khawatir.
"Gue sen-"
"Ck, udah gausah. Lo ga terlalu penting." Arjuna menyela jawaban Iris. "Masalah baliknya sama siapa, biar gue yang nganter ni cewek sampe rumah dengan selamat."
Dila memicingkan kedua matanya. "Beneran? Awas aja kalo sampe Iris kenapa-napa."
"Iya, ndut! Bacot banget lo."
"Lo mau nggak, dianter balik sama Kak Arjuna?" Dila tak menghiraukan hinaan Arjuna. "Kalo nggak mau, biar gue tunggu di gerbang sampe urusan lo sama cecunguk ini selesai."
Iris menatap Arjuna sebentar sebelum ia mengutarakan jawaban. "Aduh iya gapapa. Santai aja udah. Kak Arjuna nggak mungkin macem-macem sama gue."
"Yaudah kalo gitu. Gue cabut dulu ya." Dila mengelus kedua lengan Iris. "Jagain temen gue! Jangan diapa-apain. Awas aja lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Admirer Rúnda [Completed]
Romance"Semesta bercanda mempertemukan kita dalam sebuah rasa. Aku yang buta aksara, terkagum padamu yang mengajarkan ku metafora." -Iris Jacinda *** Azam Kairav Bratanadipta. Hanya tiga kosa kata nama yang mampu membuat seorang Iris Jacinda berdebar ketik...