Bagian 11 : Semesta?

6.3K 1.4K 219
                                    

11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11. Semesta?

Sudah terhitung tiga jam pembelajaran sejak Iris tertelan cairan pembersih lantai, dia masih berdiam diri di bangkunya. Bagian pita suaranya terasa perih jika dibuat mengobrol.

Iris juga bolak-balik meminum air putih dan sesekali memakan permen pemberian Azam. Dapat dilihat, ekor matanya melirik Gadis dengan pandangan geram.

"Masih perih?" Dila bertanya, khawatir. "Pulang aja, ya. Gue izinin ke guru."

Iris menggeleng. Keningnya mengernyit dalam ketika dia mencoba menelan saliva. Selanjutnya, gadis itu mengarahkan kelima jarinya pertanda 'tidak usah'.

"Kalo buat nelen ludah, perih banget, ya?" Dila mengelus punggung tangan Iris, mencoba menguatkan. "Emang si Gadis udah keterlaluan, sih."

Iris tak menanggapi. Gadis itu tengah sibuk dengan ponsel di tangan nya. Mencoba bertukar pesan dengan ketiga teman kampungnya sekaligus teman masa kecilnya.

Setelah mengirim beberapa pesan di grub pertemanan nya, Iris meletakkan ponselnya di atas meja. Berlanjut menyandarkan punggung nya di sandaran kursi.

Ekor matanya kembali melirik ke arah bangku Gadis yang tak jauh dari bangkunya. Bukanya merasa bersalah atau apa, perempuan itu malah sibuk bergurau dengan Devi, Aca, dan Ica.

Tak ada raut penyesalan sama sekali yang terbit di wajah Gadis. Seolah tindakan nya beberapa jam yang lalu terhadap Iris hanya candaan belaka sekaligus angin lalu.

"Udah, nanti gue bantu laporin ke BK." Hibur Dila. "Keluar mau? Keluar aja, yuk. Kita ke perpus, atau ke taman belakang sekolah?"

Iris menunjuk guru pengganti yang ada di depan kelas. "Gurunya?"

"Cuma KPL. Bisa izin." Dila menggampangkan. "Bentar,"

Iris memperhatikan teman sebangkunya di depan sana. Dila sedang meminta izin kepada guru KPL untuk pergi ke toilet. Setelah mendapatkan izin, Dila langsung memberi kode kepada Iris.

Setelah mendapat izin, Iris bersama Dila langsung minggat dari kelas. Entah tujuan nya kemana, yang penting jangan berdiam terus-menerus di kelas.

"Kelas nya Kak Azam sebelah mana?" Iris bertanya dengan suara serak.

Setelah menuntaskan dialognya, gadis itu memejamkan mata. Berusaha menetralkan rasa perih yang menjalar di bagian pita suara.

"Bagian utara. Deketnya lapangan upacara. Kenapa? Mau lewat sana, kah?" Tawar Dila.

Iris terdiam sejenak, namun detik selanjutnya dia mengangguk. "Oke, deh."

Sepasang siswi perempuan berambut lurus dan ikal itu berjalan menyusuri lorong koridor tiap kelas. Sesekali Dila menghibur Iris dengan candaan nya.

"Tuh, tuh," tunjuk Dila ke ruang kelas dekat lorong menuju kamar mandi. "Itu kelasnya Kak Azam."

"Yang itu?" Tanya Iris mencoba memastikan. "Ben-beneran? Ekhem,"

Admirer Rúnda [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang