Zoya || Sepuluh

14.5K 970 30
                                    

Happy reading
.
.
.

Di kafe sore hari, Zoya sedang menyeruput minuman yang dia pesan tadi. Sepulang sekolah tadi dirinya tidak langsung pulang melainkan singgah terlebih dahulu.

Gadis itu menelusuri setiap sudut kafe ini dengan kedua matanya. Agak familiar, membuat dia dilanda kebingungan.

Kenapa, saat melihat kafe ini perasaannya jadi campur aduk seperti adonan. Ini tidak biasanya. Seperti merasa kehilangan, tetapi dia masih belum mengerti maksud dari rasa yang dia rasakan.

Kembali menyeruput minumannya sampai tandas. Setelah itu dia pergi dari sana tak lupa membayarnya.

Kakinya sudah keluar kafe. Sekarang, tujuannya hanya satu, rumahnya. Dia ingin cepat pulang.

Dia sangat merindukan kasur empuk miliknya. Dan sekalian menghilangkan rasa tak enak ini sedari tadi.

Berjalan, tanpa tahu ada sebuah motor yang mengarah kearahnya. Mengenai motornya dia meletakkan di sebrang kafe tersebut. Dikarenakan tadi banyak sekali kendaraan beroda dua terparkir di sana.

Seseorang dengan segera menarik tangan gadis itu cepat. Dia terkejut bukan main, dahinya terbentur dada orang itu. Dan memeluknya erat. Jangan lupakan mereka masih berada di tempat umum dan sekarang menjadi tontonan orang-orang. Membuat Zoya agak malu.

"Hati-hati,"jawabnya hanya dua kata.

"Thanks." Hanya deheman yang dia dapat.

"Ngapain?"

"Hah?"

"Ngapain jalan gak lihat-lihat?"

"G-gue tadi mau nyebrang, mau ambil motor gue,"ucapnya memperjelas sembari menunjuk ke arah sebrang. Orang itu melihat kemana arahnya, mengangguk sebagai jawaban.

"Liat jalan,"ucapnya singkat, Zoya kesal karena selalu saja berbicara begitu singkat dan dia tak mengerti.

"Bilang yang jelas gue nggak ngerti!"sentak Zoya kesal.

"Lupain,"jawabnya, setelah itu dia segera meninggalkan gadis itu dengan wajah yang melongo. Menaiki motor yang berada tak jauh dari sana.

Mengambil tasnya yang sempat dia gantung di Stang motor meletakkan di punggungnya. Memakai helmnya yang di letakkan di Stang sebelahnya lagi.

Menstater motornya tak lupa dia masih sempat melirik ke arah gadis itu lalu tersenyum tipis sangat tipis, menggeleng pelan kepalanya menjalankannya kemudian melaju pergi. Zoya dibuat geleng-geleng kepala. Semoga dia tidak mempunyai pacar seperti lelaki itu.

Tetapi, dia merasa pernah lihat dan ketemu. Sudahlah, lupakan saja. Yang terpenting sekarang dia harus pulang, sebelum ibu negara mengamuk kan, bisa gawat nanti.

Dia akhirnya kembali menyebrang melihat kiri-kanan memastikan tidak ada kendaraan lain menuju kearahnya.

Setelah di pastikan aman, dia berlari kecil dan menuju tempat motornya berada. Menaiki motor sport miliknya.

*****

Di sebuah rumah besar, seseorang turun dari motornya. Melangkahkan kakinya menuju dalam rumah.

Sudah ada beberapa maid yang menyambutnya tapi hal itu tidak membuat dirinya senang atau yang lainnya.

Dia tidak suka, rumahnya begitu sepi. Semenjak kedua orang yang paling dia sayangi pergi meninggalkannya dan tidak pernah kembali lagi.

Bukan cuma itu, sosok yang  menjadi pengganti buat kedua orang tuanya dan satu-satunya keluarganya yang ia punya pun,juga sama. Pergi meninggalkannya, sendiri.

Zoya [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang