Zoya || Dua Puluh Satu

9.2K 688 28
                                    

Happy reading...
.
.
.

Waktu istirahat telah tiba semua murid segera keluar. Keempat gadis itu pun ikut keluar untuk ke kantin. Langkah mereka terhenti kala melihat seorang cowok bersandar sembari memainkan ponselnya dan tangan sebelahnya ia masukkan ke dalam saku celananya.

Cowok itu yang merasakan kehadiran kekasihnya langsung menoleh ke sebelahnya. Dengan tatapan tajamnya ia melangkah ke arah mereka.

"Cieee... yang di jemput sama ayang,"ledek Amelia sedangkan kedua temannya yang lain hanya tersenyum simpul.

"Kantin,"ucapnya dan menarik tangan Zoya tanpa persetujuan gadis itu. Teman-temannya yang melihat hal itu hanya tersenyum menggoda. Gadis itu yang melihat kelakuan temannya yang kian menjauh merasa malu.

"Nanti jatuh."

"Eh?" Gadis itu mendongak sedikit menatap Nevano. Yang di tatap memberhentikan jalannya dan menunduk membalas tatapan gadisnya tersebut. Mencium pucuk kepalanya lalu kembali menarik tangan gadis itu, berjalan pelan.

Sesampainya di kantin, Zoya duduk sedangkan Nevano ingin memesan makanan. Saat dia masih menunggu tiba-tiba ada notifikasi masuk melalui ponselnya. Ia mengerutkan keningnya bingung. Pasalnya nomor itu nomor tak ia kenal. Karena penasaran ia membukanya.

+628******

[Hai Zoya]
[Apa kabar? Semoga baik, ya?]
[Apa kau tidak penasaran dengan masa lalumu? Dan tidak ingin mengingatnya?]
[Aku rasa kau penasaran]
[Apa kau yakin? Kekasihmu tidak menyembunyikan sesuatu?]

[Lo siapa?]
[Maksud lo, apa?]
[Woy! Bales!]

Gadis itu terdiam, dia berpikir siapa orang yang kurang kerjaan mengirimnya pesan seperti itu. Tapi jika di pikir-pikir ia memang penasaran dengan masa lalunya itu. Hanya saja ia merasa ada hal yang aneh. Kenapa, orang ini bisa tahu kalau dirinya begitu penasaran. Dan pesan terakhir? Ia tak mengerti. Sembunyikan? Apa yang Nevano sembunyikan darinya.

Nevano datang membawa semangkuk bakso dan menaruhnya di depan Zoya. Cowok itu mengangkat sebelah alisnya saat melihat gadisnya melamun.

"Sayang,"panggil Nevano lembut. Gadis itu tersadar dan menatapnya dengan tanda tanya. Lelaki itu memegang mangkuknya dan mengangkatnya ke hadapan gadis itu. Di terima senang hati olehnya dan melupakan isi pesan tadi.

Lagi sementara makan ia menghentikan kegiatannya lalu menoleh ke arah Nevano yang memperhatikannya. Tangannya ia letakkan di dagunya.

"Kok nggak, makan?"

"Kenyang." Satu kata itu yang Zoya dengar dari mulut Nevano. Gadis itu tak ambil pusing dan melanjutkan makannya.

"Cantik."

"Uhuk...uhuk...."  Nevano dengan sigap mengambil air dan membantu gadisnya untuk minum. Zoya terbatuk-batuk mendengar ungkapan dari cowok di sampingnya ini.

"Are you okay?" Zoya mengangguk meski masih merasakan tenggorokannya gatal sedikit.

"Kakak apa-apaan sih?!"

"Kenapa?"

"Jangan muji aku!"

"Kenapa? Kan cantik?"

"Ugh...." Oh ayolah, Nevano kenapa tidak peka sih. Pujiannya itu membuat jantungnya tidak aman sekarang.

Cowok itu mengambil mangkuk bakso yang masih berisi milik Zoya. Menyendok bakso nya lalu diarahkan ke depan mulut Zoya. Laki-laki itu memberi kode untuk membuka mulutnya dan gadis itu menolak dengan menggeleng.

Zoya [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang