Zoya || Tiga Puluh Empat

4.4K 367 54
                                    

Kangen gak?

Happy reading...
.
.
.

Darwin memasuki kamar putrinya, membuka pintu perlahan karena takut mengganggu putrinya dan menutupnya kembali dengan pelan.  Pria itu melihat putrinya tidur membelakanginya.

Ia tersenyum lalu melangkah ke arah sang putri dan duduk di tepi ranjang, bersandar di kepalanya. Memandang putrinya sebentar lalu tangannya bergerak mengelus lembut kepala gadis tersebut.

Suara lenguhan terdengar lirih, sepertinya usapan itu membuatnya terbangun, kedua mata itu terbuka dan segera membalikkan badannya.

"Papi?"  Dengan suara pelan khas bangun tidur Darwin tersenyum dan masih senantiasa mengelus. Dan tiba-tiba Darwin mengeluarkan air mata membuat Zoya langsung bangun karena  panik.

"Papi, kenapa menangis? Papi ada masalah? Sini, cerita sama adek." Darwin tak membalas ucapan sang putri malah memilih untuk memeluknya dengan erat.

Zoya yang mengelus punggung Darwin, gadis itu tahu sang ayah pasti memiliki masalah.

"Maafin papi... Papi gagal menjaga kamu... Papi bukan ayah yang baik."

"Papi kok ngomong gitu, sih?! Bagi adek papi itu adalah paappiiiii terhebaaaat yang adek punya." Ia berkata dengan nada semangat. Darwin terkekeh mendengar penuturan anaknya, ah, putrinya ini selalu saja membuatnya merasa senang.

"Kalo ada yang ngomong papi bukan papi yang baik, kasih tau ila biar Ila marah, ila hajar. Berani-beraninya dia ngomong kayak gitu." Zoya berkata dengan menggebu-gebu.

Darwin melepaskan pelukan mereka. Ia bisa melihat wajah lucu sang putri.

"Emang kamu berani?"goda Darwin.

"Beranilah! Papi kira adek takut?"

"Siapa tau, kamu langsung lari padahal belum ketemu,"ucap pria itu masih menggoda.

"Di kamus adek mah, nggak ada kabur-kaburan, kecuali itu mami, kalo sama mami sepertinya tidak perlu dibicarakan baik-baik deh, langsung kabur aja." Pernyataan putrinya membuat Darwin tertawa. Astaga kenapa putrinya sangat lucu dan menggemaskan.

"Putri papi kenapa, lucu sih." Darwin mencubit pipi tembem Zoya.

"Jangan cubit-cubit nanti melar, papi!" Dan Darwin semakin gencar mencubit pipi sang putri lagi, sampai-sampai gadis itu protes beberapa kali, pria itu sangat suka membuat putrinya kesal.

"Papi!" Gadis itu sudah memasang wajah garangnya.

"Baiklah... Baiklah,"ujar Darwin sembari mencubit pelan hidungnya.

"Sekarang kamu lanjut tidur."

"Papi juga ikut,"ujarnya. Pria itu tersenyum dan ikut membaringkan tubuhnya di samping putrinya itu.

"Nevano, udah bisa di telepon?"

"Udah, tadi kak Nevano kok yang nelepon duluan." Darwin mengangguk.

"Dia ngomong apa?"

"Katanya sibuk, jadi nggak sempet ngecek hp deh." Pria itu mengangguk lagi.

"Australia?"

"Papi, besok adek sekolah ya?" Hening tidak ada sahutan, gadis itu merasa bingung dan melihat ke arah papinya diam, melamun.

"Papi." Tidak ada respon.

"Papi!" Masih sama.

"Papi!!"

"Iya, kenapa sayang?" Dan pria itu kembali tersadar.

Zoya [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang