Zoya | Dua Puluh Tujuh

5.7K 477 42
                                    

Happy reading...
.
.
.


Zoya sedang berada di kelas. Bersama ketiga temannya, mereka tertawa karena cerita lucu ataupun tingkah salah satu dari mereka yang membuat ketawa.

Namun, ekspresi mereka berubah kala seseorang masuk ke kelas mereka dan menyapa mereka.

"Hai."

"Ngapain?"

"Gue mau ngomong sama adek gue."

"Adek?" Aleta menahan ketawanya. "Nggak salah dengar, gue? Sejak kapan, lo nganggep sahabat gue ini, adek lo?"

"Gue nggak mau ngebahas hal itu dan sekarang gue mau ngomong sama adek gue." Raka benar menahan emosinya agar tak meledak di sini.

Zoya yang tau situasi ini akan menjadi tidak baik-baik saja kedepannya membuka suaranya.

"Oke, di mana?"

"Zoya!" Gadis itu mengangguk meyakinkan ke mereka bahwa ia akan baik-baik saja.

"Ikut gue." Gadis itu mengangguk dan Raka menariknya keluar.

Sampailah mereka di taman belakang. Raka terlihat gugup, ia ingin mengucapkan sesuatu, tapi entah mengapa mulutnya kaku.

Zoya yang memerhatikan abangnya ini jadi bingung sendiri.

"Lo mau ngomong, apaan?"

"Zoya."

"Iya?"

"Emm... itu...."Gadis itu menaikan alisnya menunggu ucapan dari laki-laki yang berada dihadapannya ini.

"Gu- abang mau... mau...."

"Ngomong tuh, yang jelas!" Zoya jadi greget sendiri.

"Mau m-minta maaf." Suaranya mengecil di bagian akhir kalimat dan untung saja Zoya masih bisa mendengarnya.

"Tinggal bilang maaf kek, apa susahnya."

"Jadi?"

"Oke." Mendengar jawaban dari Zoya, Raka yang sudah menunduk tadi langsung mengangkat kepalanya dan menghadap Zoya.

"Semudah, itu?" Zoya mengangguk pelan. Raka langsung terdiam, dia tak menyangka adiknya memaafkannya secara cuma-cuma padahal apa yang ia lakukan dulu benar-benar tidak bisa di maafkan. Ia sekarang sadar, dulu ia begitu bodoh sampai melukai hati gadis yang begitu lembut yaitu adiknya sendiri.

"Lo, nggak benci?"

"Buat?"

"Kelakuan gu-abang selama ini."

"Apa gunanya buat gue ngebenci, lo? Nggak ada, bukan? Lagi pula gue nggak bisa ngebenci orang yang udah bareng-bareng gue sedari dulu. Meskipun gue orangnya pendendam sekalipun, tapi gue nggak setega itu buat benci seseorang, apalagi orang itu abang gue sendiri." Raka mendengar itu merasakan hatinya tersentil. Kenapa, tuhan memberikan dia adik seperti Zoya. Sedangkan, dia saja sudah berulangkali menyakiti hati adik kecilnya itu.

Raka menarik Zoya ke dalam pelukannya. Membenamkan wajahnya di ceruk leher sang adik.

"Abang minta maaf,"lirihnya. Zoya tersenyum sembari mengelus rambut belakang abangnya.

"Adek udah maafin, tapi abang harus ingat, apapun yang terjadi ke depannya abang harus percaya sama adek." Raka mengangguk dengan cepat dan setelah itu melepaskan pelukan keduanya.

"Yaudah, adek mau balik ke kelas dulu."

"Abang anter, ya?" Zoya menggeleng memberikan jawaban.

"Nggak nerima penolakan!"tegasnya, gadis itu hanya bisa menghela napas pasrah.

Zoya [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang