Zoya || Tiga Puluh Tiga

4.3K 383 70
                                    

Happy reading...
.
.
.

Diam!" Semua serentak melihat ke arah tangga, di sana Axel berdiri dengan tatapan tajam.

"Kalo mau ribut, keluar!" Semuanya langsung diam seketika.

"Adek gue lagi sakit ba**sat! Kalian malah ribut! Kalo kesini cuma buat keributan lebih baik lo semua pulang!"

"Bang Axel...." Thea membuka suara.

"Lo lagi... lo lagi! Gue udah bilang adek gue lagi sakit Thea ba**sat! Lo nggak bisa bahasa Indonesia atau bahasa manusia? Lo kesini selalu aja buat masalah!" Axel sungguh emosi sekarang. Adiknya kembali demam tadi, saat ia di kampus Nessa menelponnya dan mengatakan sang adik kembali demam dan menyuruh untuk pulang. Wanita itu tak bisa menangani sendiri harus ada yang menjaga dan bolak-balik kamar-dapur untuk sekedar mengambil air kompresan.

"Jangan mengumpati cewek gue!"

"Kalo gitu ajarin cewek lo sopan santun dan bersikap gimana saat berada di rumah orang. Jangan mentang-mentang adik kembar gue selalu baik sama dia, jadi ngelunjak!" Axel adalah laki-laki cuek dan sedikit pendiam, tapi kalau dia sudah marah dan emosi kata-kata pedas lah yang ia keluarkan, ia tak peduli orang itu mau sakit hati atau tidak.

"Hiks... maaf bang... hiks...." Thea, gadis itu masih menangis tersedu-sedu.

"Cengeng banget."

"Maaf... hiks...."

"Udah di bilang--"

"Kenapa, bang? Mami denger dari kamar Ila ribut sekali disini." Seorang wanita cantik dengan daster selutut menuruni tangga.

"Nggak ada apa-apa... oh ya, gimana keadaan adek?"

"Demamnya udah mulai turun, ini mami sekalian ambil air kompresan buat Ila."

Axel mengangguk. "Biar abang yang ambilin mi, mami balik ke kamar Ila aja," tawar Axel.

"Nggak usah sayang, mami bisa sendiri," tolak Nessa, wanita cantik itu tak ingin merepotkan putranya.

"No... abang nggak nerima penolakan." Axel yang kekeh membuat Nessa menghela napas pasrah dan memberikan baskom kecil kepada Axel.

"Terserah kamu aja, mami nggak bisa apa-apa deh."

Axel segera melanjutkan menuruni tangga dan menuju ke dapur. Nessa memperhatikan teman-teman anak kembarnya itu.

"Kalo main jangan terlalu berisik, putri Tante lagi sakit dan butuh banyak istirahat."

"Sakit apa, tan?" Kevin yang penasaran pun bertanya.

"Demam, dan udah sebulan lebih."

"Ada perubahan, nggak?"

"Ada, itu pun nggak lama kemudian demam lagi."

"Mungkin, Zoya lagi kangen seseorang kali tan, biasanya kalo demam yang nggak sembuh-sembuh itu berarti kangen sama seseorang." Nessa mengangguk membenarkan ucapan Kevin.

"Kamu benar, Ila dari tadi ngigau nama Nevano terus. Tante jadi bingung. Soalnya anaknya susah dihubungi."

"Tante boleh nggak kita jenguk Zoya?" Thea segera mengangkat suaranya.

"Nggak boleh!" Axel keluar dari dapur dengan membawa baskom yang sudah berisi air yang di ganti.

"Kenapa? Cewek gue cuma pengen lihat keadaan adek lo, salah?" Arthur yang dari tadi diam kembali membuka suaranya.

"Nggak perlu, adek gue cuma butuh gue ama keluarga gue dan Nevano, pacarnya. Nggak butuh orang lain buat jengukin dia. Bukannya buat adek gue sembuh malah semakin memperparah."

Zoya [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang