Zoya || Empat

14.6K 990 29
                                    

Happy reading
.
.
.

"Cowok itu untuk menjadi pelindung untuk cewek bukan untuk menyakitinya."

- Shaquilla Zoya Smith -

"ZOYA!!!" Suara teriakan lantang dari salah satu laki-laki tampan di sekolah ini yang belum lama memasuki area kantin.

Lelaki itu menghampiri Zoya dengan napas memburu menahan amarah.

Plak

Suara nyaring tamparan terdengar begitu jelas di penjuru kantin. Suasana hening seketika tidak ada berani membuka suara ataupun membela karena mereka tahu siapa yang mereka hadapi saat ini.

Zoya? Gadis itu tetap tenang meski bagian pipinya perih saja ditambah bagian pahanya dan perutnya masih terasa sangat perih karena tumpahan kuah tadi. Dia harus bisa mengendalikan emosinya untuk kali ini.

"Apa yang lo lakuin ke Thea? Hah!!"teriakan murka dari Arthur, Zoya masih diam tidak menggubris perkataannya.

"Percuma penampilan berubah tapi masih sama!" Penuturan Arthur tidak membuat gadis itu merasa tersinggung.

Memegang pipinya yang kena bekas tamparan tadi. Sungguh ini sakit.

Zoya mendongak sedikit kepalanya melihat si pelaku penamparan. Wajahnya yang tenang membuat laki-laki itu tertegun. Apa dia tidak menangis? Begitulah pikirnya. Karena dulu saat dirinya menampar gadis tersebut, dia menangis lalu mengadu kesakitan kepadanya.

"Tamparan lo lumayan juga,"ucapnya terkekeh lalu tersenyum miring.

Zoya segera berdiri melipat kedua tangannya di dada. Lalu menatap dengan tatapan benci.

"Cowok yang menghargai seorang cewek tidak akan berbuat kasar."

"Gue nggak Sudi ngehargain lo!"sentaknya.

"Whatever."

"Jawab!"

"Apa yang mesti gue jawab."

"Lo apain cewek gue!"bentak Arthur.

"Bisa liat sendiri,"ujarnya santai.

"Dasar parasit! Lo enggak ada kapok-kapoknya gangguin Thea." Gadis itu menjawab dengan ber'oh ria saja. Dia terlalu malas meladeni.

"Raka, Riki. Bela adek lo tuh,"celetuk Guntur

"Males banget,"jawab Raka.

"Lebih baik belain Thea daripada tuh cewek,"sinisnya.

Sakit. Sangat sakit, Zoya merasakan perasaan itu. Hatinya sangat nyeri dan sesak. Dia tidak menyangka ternyata kedua abangnya lebih memilih membela orang yang sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengan mereka daripada membelanya yang jelas-jelas adek kandung mereka. Lahir dari rahim yang sama. Dan dibesarkan bersama-sama.

Ia menatap kedua orang itu dengan tatapan sulit diartikan. Antara kecewa, benci, marah dan sedih tidak ada yang tahu yang pasti terlalu sakit untuk diungkapkan.

Si kembar melihat tatapan itu kenapa, hati mereka terenyuh tapi mereka segera menepis perasaan itu. Mereka harus mengingat lagi karena gadis itu yang sialnya adalah adiknya sendiri pernah mendorong kesayangan mereka.

Zoya [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang