Zoya || Tiga Puluh Dua

4.1K 298 8
                                    

Happy reading...
.
.
.

Pagi hari di kediaman keluarga Smith, mereka sedang melakukan sarapan. Karena si kembar akan kembali ke sekolah setelah sebulan mengambil cuti karena harus mengurus adiknya yang hampir setiap hari berteriak dan menangis. Axel juga hampir sama hanya saja ia tak mengambil cuti.

"Pagi mi, pi, Abang dan adek abang yang cantik." Raka menyapa semuanya dan terakhir mencium pipi sang adik. Riki yang tak mau kalah juga mencium pipi adiknya di sebelah.

"Kalian, mau sekolah?" Zoya bertanya dibalas anggukan oleh Riki.

"Kalo gitu ila mau sekolah juga."

"Big no!!"tolak kelima orang tersebut. Zoya langsung cemberut, ia merasa kesal keluarganya ini menyebalkan.

Darwin yang melihat raut putrinya hanya menggeleng kepalanya dan melanjutkan sarapannya.

Setelah selesai, mereka semua berangkat tak lupa bersalim kepada orang tua mereka dan memberikan kecupan ringan di kening si bungsu.

"Kok masih cemberut sih?"

"Adek mau sekolah."

Raka tersenyum."Kan, adek masih sakit? Atau nggak gini aja, adek mau apa? Nanti abang beliin."

"Bener, ya?" Wajahnya yang semula masam berubah menjadi ceria. Meletakkan telunjuknya di dagu sembari berpikir.

"Apa, ya?" Membuat mereka yang mau berangkat tertahan karena wajah yang menggemaskan si cantik keluarga Smith.

"Coklat dan es krim!"ujarnya begitu antusias. Semuanya terkekeh gemas.

"Baiklah... baiklah, coklat dan es krim buat tuan putri Ila." Raka mencubit pelan pipi adiknya dan  gadis itu terkikik kecil membuat yang di sana menyunggingkan senyuman.

"Kalo begitu kita berangkat, bye... bye!"

"Bye.... jangan lupa es krim sama coklat!" Zoya melambaikan tangannya seperti anak kecil.

Nessa melihat tingkah putrinya terkekeh, sungguh sifat sang anak seperti anak kecil sekarang padahal umurnya sudah tujuh belas tahun. Tapi tidak masalah malahan wanita itu sangat senang karena putrinya tidak lagi merasa sedih seperti beberapa waktu lalu.




Raka dan Riki sudah sampai di sekolah. Mereka turun dari motor setelah memarkirkan di parkiran. Berjalan memasuki area sekolah.

Di sekitar koridor semua murid berkumpul apalagi para siswi, yang sedang memuji ketampanan mereka.

Menuju ke kantin karena anak-anak Zervanos sedang berada di sana.

"Woi!" Raka menepuk pundak Arthur dan dibalas anggukan. Dan di sana sudah ada siswi siapa lagi kalau bukan Thea. Pasti semua orang tidak asing lagi dengan kalimat 'di mana ada Arthur disitulah ada Thea, begitu pun sebaliknya.'

"Lo berdua sebulan ini, kemana?"tanya Guntur.

"Libur."ungkapan singkat dari Raka.

"Woy! Lo berdua liburan nggak ngajak-ngajak!"tukas Guntur merasa kesal.

"Kita berdua cuti, bukan buat liburan tapi ada urusan keluarga yang nggak bisa ditinggalin Junaedi!" Riki menjitak kepala Guntur. Heran dia kenapa punya teman modelan Guntur.

"Babang Riki kok tega sih sama dedek." Riki mendengar itu merinding dan mendorong Guntur agar jauh dari dirinya. Dia masih normal kok.

"Adek lo berdua kemana? Kok nggak masuk?" Raka dan Riki mengangkat bahunya acuh seolah-olah mereka tidak peduli.

"Kak Raka, kak Riki tau, nggak?" Thea berujar lembut.

"Ada apa, hm?" Riki bertanya dengan nada lembut juga. Padahal dalam hati rasanya ingin muntah.

Zoya [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang