11. Hari Pengangkatan (2)

11.7K 1.8K 6
                                    

"..."

'Gaya bicara dan tatapan menghinanya itu sangat memuakkan.'

Meski di dalam hati Nike merasa jijik, tapi sebisa mungkin dia tetap bersikap biasa. Dan dia memberikan balasan salam yang baik kepada Countess Litaria sesuai dengan etiket bangsawan yang berlaku.

"Selamat siang, Countess."

Melihat balasan dari Nike, Countess Litaria memicingkan mata sambil membuka lebar kipas lipat di tangannya untuk menutupi sebagian wajahnya.

Countess Litaria memang terkenal sebagai sosok yang angkuh dan sombong di kalangan bangsawan. Namun meski begitu, entah kenapa masih banyak bangsawan lain yang suka berteman dengannya. Mungkin karena Countess sering menceritakan berita hot yang menarik minat banyak orang.

"Kalau dilihat-lihat, Tuan Muda membawa seorang bocah laki-laki di sisinya. Bolehkah saya tahu siapa dia?" ucapnya.

Nike kemudian melirik ke arah Agies.

"???"

"Tentu saja, Countess. Dia adalah adikku, Agies Sofaran."

"Ya?!!"

Tidak hanya Countess Litaria saja yang terkejut, tapi semua orang di aula juga ikut terkejut mendengarnya. Mereka merasa telah salah dengar dengan apa yang Nike ucapkan.

Para bangsawan mulai berbisik tak percaya. Lantaran mereka tidak pernah mendengar bahwa Duchess memiliki putra lain selain Nike. Tapi semua keraguan itu akhirnya hilang setelah melihat mata merah milik Agies. Mata merah yang khusus melambangkan anggota keluarga Sofaran.

"..."

'Apa yang terjadi? Bukankah mendiang Duke Sofaran hanya memiliki seorang putra?'

"Adik? Tapi saya tidak pernah mendengar bahwa mendiang Duchess mengandung lagi ...."

"Agies dan aku memiliki ibu yang berbeda."

"Astaga!"

Mereka semua tidak percaya dengan apa yang mereka dengar saat ini. Bukankah itu berarti Agies adalah anak haram? Lalu kenapa Nike mau membawanya ke acara pernobatan secara terang-terangan?

Dan di tengah-tengah perbincangan panas itu, paman serta bibi Nike mencibirnya di sudut aula. Mereka kesal karena Nike telah membawa Agies keluar untuk dipublikasikan. Padahal mereka berniat untuk memanfaatkan kepolosan Agies demi merebut kekuasaan Nike. Dengan dalih Nike melakukan tindakan kekerasan mental dan fisik kepada anggota keluarganya sendiri.

"Sialan! Kenapa anak itu membawa Agies keluar?!" ujar Baron.

"Kalau begini tidak ada cara lain lagi. Kita harus segera mencari gadis muda dari bangsawan melarat untuk dinikahkan dengan Nike. Dengan begitu kita bisa menyetir kekuasaannya melalui gadis yang kita temukan," tambah Baroness.

"Kita harus cepat sebelum dia lepas dari genggaman kita."

Dan tak lama setelah itu, raja dan ratu memasuki aula.

"PEMBERITAHUAN! RAJA DAN RATU AKAN SEGERA MEMASUKI AULA!!"

Ketika penjaga pintu berteriak, para bangsawan langsung menyingkir dari karpet merah itu. Sambil menunduk, mereka memberikan penghormatan paling indah agar tidak terkena masalah.

Ceklek!

Sepasang raja dan ratu muncul dari balik pintu. Dan saat Nike melihatnya, dia sedikit tertegun. Seperti bocah yang baru pertama kali melihatnya.

Mereka kemudian berjalan di atas karpet merah menuju singasana.

Klak!

Hening sejenak setelah mereka duduk. Hingga akhirnya raja menyebut nama Nike.

"Nike Anzio Sofaran, apakah sudah datang?" tanya raja.

"Sudah, Yang Mulia," jawab Nike.

"Kemarilah."

Kemudian Nike maju ke hadapan raja dan berjongkok dengan sopan.

"Atas kepergian ayah dan ibumu, aku turut berduka."

"Terima kasih, Yang Mulia."

"Dan mengenai hal ini, aku akan mengusut pelakunya sampai terungkap. Kamu tidak perlu khawatir. Namun sebelum itu, ada yang harus dilakukan terlebih dahulu."

"Saya akan mengikutinya dengan patuh, Yang Mulia."

"Baiklah. Seperti yang kamu lihat, aku juga menyadari betapa sedihnya dirimu saat ini. Tapi ingatlah, meskipun orang tuamu sudah pergi, yang hidup tetap harus terus berjuang. Dan kedudukan sebagai Duke Sofaran juga tidak boleh kosong terlalu lama. Karena itu aku berniat untuk menunjukmu sebagai Duke Sofaran yang baru sebagai penerus sahnya."

"..."

Nike hanya diam mendengarkan penjelasan dari raja tanpa mengutarakan pendapat apa-apa. Karena pada akhirnya semua penjelasannya itu hanya mengarah pada satu hal, yaitu mengangkat dirinya sebagai duke yang baru. Sisanya itu hanyalah basa basi.

Dan melihat Nike yang diam saja, raja melanjutkan penjelasannya.

"Tapi mengingat usiamu yang masih terlalu muda untuk memegang kekuasaan, kamu boleh menunjuk seorang wali sebagai pengganti posisimu untuk sementara waktu jika kamu keberatan."

Setelah raja mengatakan hal itu, seketika Baron tersenyum dan berniat angkat bicara. Namun belum sempat dirinya mengajukan diri, Nike sudah membalas ucapan raja dengan percaya diri.

"Tidak perlu. Saya bisa melakukannya. Saya siap jika ditunjuk sebagai duke yang baru."

Nike menjawab dengan pasti dan tatapannya tertuju langsung kepada raja. Membuat raja berpikir bahwa anak muda ini sangat berani mengambil keputusan di bawah tekanan orang dewasa.

"Baiklah. Mulai hari ini aku mengangkatmu sebagai Duke Sofaran yang baru! Dan seluruh bangsawan yang ada di sini akan menjadi saksinya!"

Tepuk tangan meriah terdengar keras di aula. Semuanya tersenyum meski banyak kepalsuan di sana. Pun karena tidak terima jika seorang bocah menjadi duke. Dan salah satunya adalah baron, paman Nike.

"Terima kasih, Yang Mulia. Saya akan menjalankan tugas dengan sebaik mungkin dan berusaha menyejahterakan kehidupan rakyat."

Mendengar hal itu raja mengangguk. Dan hari itu menjadi awal bagi Nike untuk melewati kehidupan kali ini.

.
.

Reflemoon
25/02/2022

Become The Villain's Brother (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang