16 | Latihan Pedang

9.4K 1.4K 31
                                    


Beberapa hari setelah insiden cedera kaki, akhirnya Nike sudah pulih sepenuhnya dan dapat menggerakkan kaki dengan bebas. Meskipun masih terdapat bekas luka yang sulit pudar di sana, tapi itu akan menjadi sejarah hidupnya.

Kemarin Nike sudah meminta Roan untuk mencarikan guru ilmu pedang. Dan ternyata Roan sendirilah yang malah datang sebagai guru itu.

"Kenapa kamu yang datang ke sini?"

"Karena saya guru pedangnya."

"Apa kamu handal?"

"Saya bisa membuktikannya dengan melukai kaki Anda lagi, Tuan."

"Dan saat itu aku akan membunuhmu."

"Haha, saya hanya bercanda."

Karena sepertinya Roan dapat diandalkan, Nike berjalan ke tepi lapangan sebentar untuk minum seteguk air. Lalu dia kembali lagi ke tengah lapangan berhadapan dengan Roan.

"Baiklah, sekarang langsung mulai saja pelajarannya. Apa yang harus aku lakukan pertama kali?"

"Sederhana saja. Anda hanya perlu mengayunkan pedang kayu itu ke arah saya seolah-olah Anda benar-benar ingin menghabisi saya."

"Ha?!"

"Setiap guru memiliki metodenya masing-masing. Dan saya memilih metode tercepat untuk mengetahui kemampuan dasar berpedang Anda. Walaupun saya tahu kalau pastinya Anda tidak terampil sama sekali."

Urat nadi tercetak jelas di dahi kiri Nike karena merasa kesal. Seolah-olah diejek, emosinya menjadi meledak.

"Haha, baiklah. Kalau begitu aku tidak akan sungkan!!"

Dan setelah itu Nike langsung melesat maju menyerang Roan dengan sekuat tenaga. Dia terlihat sangat bersemangat dan penuh tenaga. Tapi, itu semua tidak bertahan lama. Karena semuanya terbuang sia-sia untuk gerakan yang tidak berguna.

Nyatanya Nike memang benar-benar tidak berbakat menggunakan pedang. Roan bahkan bisa menghindarinya dengan mata tertutup.

Sialan, kenapa dia terus menghindar!

Lama-lama Nike merasa kesal sendiri. Dan dia berhenti sambil memegang kedua lututnya karena kelelahan. Stamina yang sangat buruk untuk seorang Duke. Benar-benar buruk!

"Hah ... hah ...."

"Ada apa, tuan? Sudah lelah?"

Nike melirik ke atas dengan kesal. Dia bajing*n gila yang berani berbicara tidak sopan kepada tuannya. Dia bahkan berani mempermainkannya dengan santai. Kalau dia lebih kuat dari ini, dia pasti akan langsung memenggal kepalanya.

"Kenapa kamu menghindar terus dari tadi?!"

"Saya kan tidak bilang kalau saya hanya akan diam saja saat Anda menyerang."

Benar juga sih.

Karena tak tahan lagi, akhirnya Nike membuang pedang kayunya ke sembarang arah dan pergi meninggalkan lapangan.

"Latihan pedang hari ini berhenti sampai di sini saja. Aku tidak ingin melanjutkannya," ucapnya.

Dan Roan hanya tertawa kencang di belakangnya membuat Nike merasa makin kalah.

Sial! Ternyata berlatih pedang tak semudah yang kubayangkan. Batin Nike.

Sampai di dalam mansion, dia langsung menyuruh pelayan menyiapkan bak mandi dan juga makan siang. Karena tadi pagi dia langsung bergerak ke luar jadi dia belum sempat mandi ataupun sarapan pagi.

***

Suara dentingan alat makan terdengar nyaring di ruang makan. Nike sedang duduk di sana sendirian. Sedangkan Roan menghilang entah kemana hari ini. Mungkin dia sedang mengurusi masalah kegagalan misinya kemarin.

Nike yakin, saat dia pulang nanti pasti akan banyak luka di tubuhnya. Tapi itu bukan hal yang luar biasa bagi seorang pria. Mereka sudah terbiasa dengan luka fisik. Apalagi jika itu Nike, dia sudah terbiasa banting tulang di kehidupan sebelumnya.

Selain itu, batang hidung Agies juga tidak terlihat hari ini. Ke mana dia?

"Pelayan, ke mana adikku?" tanya Nike.

Buru-buru pelayan yang tadinya berada di sudut ruangan langsung menjawab Nike.

"Ah, iya, Tuan. Tuan Muda Agies sedang berada di belakang mansion."

"Belakang mansion? Sedang apa dia di sana?"

"S-saya kurang tahu."

"Apa dia sendirian?"

"Sepertinya iya."

Di belakang mansion sendirian? Sedang apa dia di sana? Apa dia ke gubuk tua itu lagi?

Setelah berpikir, akhirnya Nike memutuskan untuk segera menghabiskan makanannya dan pergi menghampiri Agies.

Dan saat dia sampai di sana, dia melihat Agies sedang berbicara dengan seorang pelayan. Dia nampak sedikit tidak nyaman. Jadi untuk sementara Nike diam bersembunyi di sisi kiri gubuk itu.

Apa yang mereka bicarakan? Pelayan itu terasa tidak asing.

"Sekarang kamu sudah dekat lagi dengan Duke. Jadi jangan lupa untuk mengatakan hal baik tentangku di depannya. Ingat! Kamu harus melakukannya dengan benar supaya aku bisa diangkat menjadi kepala pelayan baru!"

"T-tapi--"

"Apa?!! Apa kamu ingin dipukul lagi seperti biasanya?!"

Siapa dia? Berani sekali dia berbicara sekasar itu kepada anak kecil. Dan juga 'dipukul lagi'? Apa dia pengasuh Agies sebelumnya?

"A-aku ...."

Agies nampak takut kepada pelayan itu. Sepertinya trauma akibat kekerasan fisik yang diterima sudah melekat pada dirinya. Dia mundur beberapa langkah ke belakang sampai akhirnya dia tersandung batu dan jatuh ke bawah.

Lalu saat pelayan tersebut mengangkat tangannya kepada Agies, bocah kecil itu langsung memejamkan matanya. Dia teringat betapa sakitnya pukulan yang dia terima biasanya. Namun sudah selang beberapa detik, rasa sakit itu tak kunjung dia rasakan. Dan malah ringisan dari pelayan itu yang dia dengar.

Rupanya Nike datang menyelamatkannya.

.
.

Reflemoon
13/04/2022

Become The Villain's Brother (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang