35 | Diskusi

2.9K 431 24
                                    


Nike berjalan menuju gerbang yang cukup jauh, diiringi oleh Roan dan prajurit tadi di belakangnya.

'Sudah dua tahun ini aku belum mendapatkan petunjuk lain tentang kematian orang tuaku. Selain fakta bahwa mereka dibunuh. Tapi mungkin saja semua ini ada hubungannya dengan paman. Entah dia terlibat sedikit atau banyak. Untuk saat ini mungkin aku akan mencoba terlibat dalam permainannya.'

"Paman, ada keperluan apa datang kesini? Kenapa tidak membuat janji terlebih dahulu?" Ucap Nike saat berada di depan baron dan istrinya. Dia juga dapat melihat wajah dari prajuritnya yang sudah merah karena dipukuli oleh baron.

'Setelah ini aku akan memberi dia kompensasi karena sudah melakukan tugasnya dengan baik seperti perintahku. Dokter keluarga duke juga akan mengobatinya.'

Baron senang saat Nike datang. Wajahnya sumringah.

"Nike! Akhirnya kamu datang." Baron mendekat ke tempat Nike berdiri, lalu menunjuk ke arah prajurit keluarga duke tadi. "Lihatlah prajurit ini, dia benar-benar kurang ajar! Hanya karena aku tidak mengirimimu surat janji terlebih dahulu, dia benar-benar ngotot melarangku memasuki gerbang. Padahal aku pamanmu!"

Nike melirik ke arah prajurit tersebut. Ekspresi wajahnya terlihat pasrah. Sekarang dia yakin dia akan dipecat.

'Tamat sudah riwayatku. Aku sering mendengar situasi ini dari teman-teman prajurit yang bekerja di kediaman lain. Dan entah siapa yang salah, tetap saja prajurit biasa sepertiku yang akan disalahkan. Bagaimana dengan nasib keluargaku bulan ini jika aku dipecat? Aku harus mengirimi uang untuk mereka setiap bulannya. Sedangkan untuk orang biasa sepertiku, mendapatkan pekerjaan ini sudah sangat sulit,' batin si prajurit penuh kekhawatiran.

Melihat hal itu, Nike sudah bisa menerka-nerga garis besar isi pikirannya. Dan teman prajurit satunya yang berada di belakang Nike merasa iba kepadanya.

'Kasihan sekali dia, padahal kondisi keluarganya sedang tidak baik. Tapi malah harus berhadapan dengan paman duke.'

Nike tidak berkomentar apa-apa tentang hal itu. Dia berbalik arah dan berjalan menuju mansion.

"Masuklah paman. Tapi sebaiknya lain kali Anda juga membuat janji terlebih dulu dengan saya. Karena bisa saja acara saya sedang padat."

Mendengar itu prajurit yang dipukuli tadi langsung melebarkan matanya terkejut. Tidak hanya dia, paman dan istrinya juga terkejut.

"A-apa?"

"Saya mengatakan, lain kali paman bisa membuat janji terlebih dahulu jika mau datang menemui saya."

Baron mengeratkan giginya dan urat di wajahnya menonjol. Dia marah dan merasa terhina.

'Bocah sialan ini, apa dia akan membiarkan hal ini begitu saja? Melihat pamanmu dihina oleh prajurit rendahan, kau malah biasa saja?!' batin Baron. Dia lalu menatap ke arah prajurit itu dengan tatapan penuh emosi. Seakan-akan memperingatinya bahwa dia ingin sekali mengambil nyawanya.

Mau tidak mau baron mengikuti Nike di belakang. Bersama dengan istrinya di sisinya. Dia memilih menahan emosinya dari pada menggagalkan rencana peminjaman mansion ini.

"Roan, suruh Zefani menghantarkan prajurit itu ke dokter keluarga Sofaran," bisik Nike pelan kepada Roan.

"Baik, duke."

Setelah sampai di dalam, Roan mengisyaratkan dengan gerakannya bahwa dia akan menemui Zefani dan Nike membiarkannya. Akhirnya Nike berjalan bertiga di koridor menuju ruang tamu. Sampai disana, dia berkata kepada pelayan yang berjaga disana untuk menyajikan teh dan camilan ringan.

***

"Zefani, duke menyuruhmu untuk menghantarkan prajurit gerbang yang terluka ke dokter keluarga Sofaran."

"Ah, pelayan Roan. Baik."

Zefani yang saat itu sedang berada di dekat sumur mengawasi para pelayan lain menyuci baju langsung menyanggupi perintah Nike. Dia segera menuju ke gerbang.

"Apakah Anda prajurit yang terluka?"

"Ah, ya?"

"Duke menyuruh saya menghantarkan Anda pergi ke dokter. Kita bisa pergi kesana menggunakan kereta kuda yang disiapkan pelayan Roan."

"Apa? Tidak, tidak usah! Saya baik-baik saja!" ucap prajurit tersebut kaget.

'Tidak dipecat saja bagiku sudah berkah, aku tidak boleh berharap lebih banyak,' batin si prajurit.

"Maafkan saya tuan prajurit, tapi ini perintah dari duke."

"Tidak apa-apa Dion. Kamu bisa pergi ke dokter. Wajahmu sangat memar. Lagi pula duke yang menyuruhnya. Dan untuk menjaga gerbang, kita bisa meminta teman lain yang menjaga setelahmu datang lebih cepat," ucap prajurit yang satunya.

Prajurit bernama Dion itu terlihat kesulitan untuk menerimanya, tapi akhirnya dia mau. Karena dia juga tidak enak jika terus-terusan menolak, itu adalah perintah dari duke. Tidak sopan jika dia menolaknya setelah dia berbelas kasih kepadanya.

Zefani menghantarkan prajurit Dion kepada dokter keluarga Sofaran dengan kereta kuda. Dan tak lama kemudian prajurit lain menggantikan Dion menjaga gerbang.

***

"Paman, bibi, ada apa?" tanya Nike kepada keduanya.

"Begini, Nike. Kamu tahu kan bahwa kakakmu Kenderick baru saja dinobatkan menjadi salah satu penyihir berbakat di kerajaan? Karena itu paman dan bibimu ini berniat ingin meminta izin kepadamu untuk mengadakan acara perayaannya di tempatmu ini. Kamu tahu, tempat paman tidak terlalu luas...," jelas baron dengan nada penjelasan yang disedih-sedihkan.

'Walaupun aku tidak akan jatuh dengan aktingnya itu. Dan sejak kapan Kenderick jadi kakakku, ada-ada saja.'

"Ah, ya saya sudah mendengarnya. Tidak masalah jika ingin melakukannya disini, selama paman sudah menyiapkan anggaran untuk seluruh persiapannya."

"Apa?!" baroness terkejut karena dia pikir Nike akan membiarkan beberapa koin emasnya untuk keluarganya.

"Ada apa bibi?" respon Nike seperti orang yang tidak tahu maksud baroness.

"Ah, ti-tidak, tidak apa-apa." Tangan baroness mengepal pada gaun hijaunya.

'Dia sangat pelit! Anak sialan!' batin baroness.

"Baiklah, jadi bagaimana paman? Selama Anda sudah punya anggaran sendiri, saya tidak masalah. Karena Anda paman saya, saya akan meringankan biaya penyewaan mansion ini, tapi untuk persiapan itu bisa menggunakan anggaran milih paman."

"Ugh...."

Baron terlihat kesulitan dalam menjawab. Pasalnya dia sangat tidak ingin kehilangan uangnya, apalagi untuk persiapan di tempat ini, semua yang dibutuhkan cukup mahal.

"Nike, apakah kamu tidak bisa membantu paman tentang hal itu juga?" ucap baron dengan tidak tahu malunya sambil tersenyum terpaksa.

"Maaf, paman. Tapi paman tahu sendiri, belum lama ini aku menjadi duke dan posisiku belum terlalu stabil. Jadi aku tidak bisa mengeluarkan uang sebanyak itu asal-asalan. Sedangkan Kenderick nanti akan menjadi penerus paman, jadi tidak masalah jika paman mengeluarkan uang untuknya, bukan?" jelas Nike dengan wajah serius. Dengan gesture tangan kanan yang menjelaskan dan kaki kanan yang disilangkan diatas kaki kiri.

Setelah itu mau tidak mau baron menerima tawaran Nike tersebut. Walaupun sedikit melenceng dari harapan.

***

TBC.

Dont forget vote and comments🥰

Become The Villain's Brother (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang