23 | Penghinaan

7.4K 1.3K 65
                                    


Suasana di dalam kereta kuda sangat hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Semua ini karena kejadian tadi, saat Agies disiram dengan wine oleh tuan muda dari kediaman lain bernama Luke.

"Kenapa tadi kau diam saja?" ujar Nike tanpa mengalihkan pandangannya dari luar.

"Aku hanya tidak ingin membuat masalah. Aku takut nama kakak akan menjadi jelek karenaku," balas Agies menyesal.

Benar, kali ini Agies tidak berbohong. Walau dia memiliki sifat licik dan suka menyembunyikan sesuatu dari Nike, hanya kasih sayangnya kepada kakaknya yang tidak perlu diragukan.

Dia juga tidak menyangka bahwa kejadian itu akan terjadi. Disaat Agies sedang berdansa bersama Senilya dengan enggan, Luke datang dan menyiramkan segelas wine ke bajunya.

Dansa itu terhenti, dan perhatian semua orang beralih kepada mereka. Agies melepas tangannya dari genggaman Senilya dan melihat baju kotornya. Dia merasa kesal, padahal itu baju yang diberikan Nike. Tapi orang itu mengotorinya tanpa segan. Jika boleh, Agies ingin mencabik-cabiknya hingga menjadi butiran debu. Dan dia benar-benar akan melakukannya jika saja tidak ada orang lain di sini, terutama Nike.

Luke dengan santainya berkata 'maaf aku tidak sengaja' dengan wajah penuh seringai. Dia merasa iri dengan Agies yang bisa berdansa dengan Senilya, padahal dia hanya anak haram. Tapi menanggapi hal itu, Agies tetap berusaha tenang. Dia mengambil sapu tangan dari saku di sebelah dan mengelap bagian bajunya yang kotor.

Melihat hal itu Senilya jadi merasa tidak enak dan ikutan kesal. Disaat dia mulai marah-marah, Luke langsung balas berbicara dengan lugas.

"Aku benar-benar tidak sengaja melakukannya. Lagi pula dia hanyalah anak haram yang tidak diperhatikan, apa yang bisa dia lakukan jika aku memang melakukannya dengan sengaja?"

Kata-kata itu sungguh memuakkan bagi Agies. Tapi dia harus tetap bersabar dan tidak boleh membuat masalah.

"Kau!! --"

PLAK!

Disaat Senilya ingin meneriakinya lagi, tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipi Luke. Orang-orang langsung kaget dan menutup mulut mereka karena tidak menyangka akan hal itu. Nike menamparnya. Dia membela adiknya yang merupakan anak haram keluarga duke di depan umum. Adik yang bisa saja menjadi musuhnya di masa depan dan berpotensi merebut jabatannya.

Itu pasti sakit. Dalam sekali lihat saja orang lain bisa mengetahuinya. Luke memegangi pipi kirinya. Hatinya langsung panas karena merasa harga dirinya tergores. Dia langsung mengangkat kepalanya dan menatap marah ke arah Nike.

"Apa yang kamu lakukan! Beraninya kamu melakukan itu kepadaku!" teriak Luke penuh emosi. Sedangkan Nike memperlihatkan raut wajah jengkel.

"Kenapa? Aku juga tidak sengaja melakukannya. Lagi pula apa yang bisa kamu lakukan jika aku memang melakukannya dengan sengaja?" balas Nike meniru ucapan Luke tadi.

"Apa?" Luke emosi tapi juga bingung harus menanggapi ucapan Nike seperti apa.

"TUAN MUDA NIKE!" teriak seorang pria yang sudah cukup umur kepadanya. Dia muncul dari kerumunan bangsawan di belakang dan berjalan ke arahnya. Raut wajahnya gelap dengan kumis cukup tebal dan badan yang tidak terlalu berisi. Dia adalah Count Rustelian, ayah Luke. "Luke, kamu tidak apa-apa?" lanjut Count Rustelian bertanya kepada putranya.

"Ayah, ini sakit," jawab Luke sambil memegangi pipinya dengan wajah melas. 

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa, saat kita pulang nanti kita bisa mengompresnya dengan air dingin," balas Count mencoba menenangkan putranya. Kemudian dia langsung menatap ke arah Nike dengan marah. "Tuan Muda  Nike, apa-apaan ini, berani sekali anda menampar putra saya?!"

Normalnya, orang seusia Nike akan takut dengan dominasi seperti itu. Ditambah ada banyak orang yang menontonnya. Tapi, Nike tidak takut. Dia sudah biasa menghadapi situasi seperti ini sebelum renkarnasi untuk melindungi adik perempuannya. 

"Bukan saya yang memulainya. Kita semua bisa melihatnya bahwa putra anda Luke yang memulainya duluan. Dengan menyiramkan segelas wine kepada adik saya yang tidak melakukan apa-apa kepada putra anda," ucap Nike dengan percaya diri.

"Tapi tetap saja, kamu tidak seharusnya menampar Luke! Itu hanyalah pertengkaran anak kecil biasa!" balas Count.

'Pak tua ini tidak tahu malu,' batin Nike.

"Lalu apa yang harus saya lakukan? Membiarkan putra anda mengolok-olok adik saya dengan kata-katanya yang tidak pantas itu?" balas Nike jengah. 

'Bocah ini!' Count menggertakkan giginya makin kesal. Dan di tengah- tengah pertikaian mereka, Baron Helmes mencoba melerainya.

"Maaf karena menginterupsi, tapi tolong jangan seperti ini," ucapnya. Meskipun dia termasuk bangsawan yang sukses, tapi tetap saja dia harus berhati-hati saat sedang berbicara dengan dua orang di depannya itu. 

"Baron! Tidakkah kamu melihat? Bocah inilah yang mencari gara-gara terlebih dahulu! Dia tidak memiliki sopan santun!" Count Rustelian kelepasan sambil menunjuk ke arah Nike. Dan saat itulah kesabaran Nike terputus. 

"Count Rustelian! Perhatikan cara bicara anda!" teriak Nike membuat semua orang di aula terdiam. Bahkan mereka yang berbisik-bisik juga ikut diam karena merasa takut dengan aura intimidasi Nike sekarang ini. Sedangkan yang tetap bersantai saat melihat kemaragan Nike hanyalah Roan dan Arizon.

"Duke, harap anda tenang terlebih dahulu." Baron Helmes mencoba menenangkan Nike, tapi itu tidak berhasil.

"Saya sudah cukup sabar sejak tadi, tapi tidakkah anda pikir sudah kelewatan? Dari awal anda bahkan tidak memanggil saya dengan sebutan gelar saya, tetapi dengan sebutan tuan muda yang seharusnya ditujukan kepada Agies." Nike melangkah maju mendekati Count Rustelian. "Apakah anda lupa? Bahwa anda hanyalah seorang Count, sedangkan saya adalah seorang Duke. Saya menghormati anda dan bahkan tidak mengganggu putra anda sejak awal, tetapi dia sendiri yang maju untuk mengganggu adik saya. Anda seharusnya malu melakukan ini dan memberikan pelajaran sopan santun itu kepada putra anda, bukannya malah menuding ke arah saya!" lanjut Nike dengan tegas. Dan hal itu membuat Count Rustelian merasa takut.

Bruk!

Count Rustelian tidak bisa menjaga keseimbangannya dan terjatuh ke lantai.

'Dia, dia memiliki aura menakutkan sama seperti mendiang duke sebelumnya,' batin Count Rustelian. Dia telah memilih lawan yang salah.

.

.

Tbc.

Next??

Become The Villain's Brother (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang