"Duke, apa Anda dapat mendengar saya?""..."
"Apa ada yang salah dengan duke?" tanya Roan.
Dokter mengerutkan kening. Dia juga sedikit bingung, seharusnya masa kritisnya sudah lewat. Nike membuka mata, tapi pandangannya tampak tidak ada disini. Sampai akhirnya dokter tersebut memanggil Nike sekali lagi.
"Uhuk! Uhuk! Hoek!"
Nike sedikit bangun dari tempat tidurnya dan muntah ke samping. Dokter membiarkannya dan mengelus-elus punggung Nike.
"Duke, apa Anda masih merasakan sakit?"
"Air ... ambilkan air," ucap Nike lirih. Dengan segera Zefani menuangkan air dari teko ke dalam gelas yang ada di meja dan membantu Nike minum. Setelah itu dia mulai sedikit tenang.
Nike menyandar ke belakang. Dia berusaha menetralkan laju pernafasannya.
"Apa yang terjadi denganku? Aku merasa lemas di sekujur tubuhku," tanyanya dengan wajah lesu.
"Anda diracuni."
Nike mendengarkan jawaban dari Roan.
'Apa paman yang melakukannya? Aku tidak melihatnya melakukan hal yang berhubungan dengan racun belakangan ini ....'
"Bagaimana dengan pestanya?"
"Putra mahkota mengambil alih. Sepertinya pamanmu dicurigai. Apa kamu punya pandangan?" jawab Arizon.
Nike menggeleng. Nike merasa ini bukan ulah pamannya, tapi dengan adanya kesempatan seperti ini, dia bisa menyingkirkan pamannya tanpa harus membuat skenario yang lebih sulit.
'Haruskah aku menyingkirkannya sekarang? Aku mulai lelah mengikuti paman karena dia tidak memberikan informasi baru sedikitpun tentang kematian orang tuaku. Aku juga ragu apa dia memiliki informasi lebih dari fakta yang sudah kuketahui.'
"Ah, saya merasa malu karena memperlihatkan sisi lemah seperti ini di tengah pesta. Saya minta maaf kepada Marquess Alranas karena sudah merepotkan."
Nike sedikit menundukkan kepala ke arah Arizon. Dia tidak melakukannya kepada yang lain karena mereka adalah pekerjanya.
"Tidak masalah, hal seperti ini diluar dugaan. Menolong Anda sudah menjadi kewajiban saya," jawab Arizon dengan tersenyum.
Nike tersenyum canggung. Padahal dia sudah tulus meminta maaf, tapi entah kenapa Nike merasa Arizon malah memanfaatkan situasi agar dirinya berhutang budi.
Setelah itu putra mahkota yang mengurusi masalah tersebut. Karena dia termasuk keluarga kerajaan, kasus yang membahayakan bangsawan menjadi salah satu tugas yang harus dia tangani.
Paman Nike sekeluarga ditahan dan mau tidak mau pesta tersebut masih berjalan sampai malam meskipun penggelar pestanya ditangkap. Lagi pula mereka juga lebih berpikir untuk pendekatan kepada Nike, jadi itu tidak masalah. Nike kembali ke aula saat dia sudah membaik dan berbenah lagi. Wajahnya masih terlihat pucat meskipun tatanan dirinya sangat rapi.
Nike kembali menyapa para bangsawan yang hadir dengan senyuman. Banyak dari mereka langsung berbondong-bondong mendekat untuk bersimpati kepada Nike yang baru saja keracunan tetapi tetap memaksakan diri untuk muncul. Mau bagaimana lagi, hanya dia satu-satunya yang ada saat ini. Agies berada di akademi dan orang tuanya sudah tiada. Pesta berakhir dengan baik meskipun ada hambatan di tengah acara tadi.
***
Para pelayan mulai membersihkan aula, sedangkan Nike masih muntah-muntah saat ini di kamarnya. Bajunya sudah diganti dengan baju yang longgar dan dokter berada di sana. Ada juga Roan dan pelayan Zefani. Walaupun berhasil lepas dari racun, bagaiamanapun tetap masih ada sisa efeknya.
"Setelah minum obat secara rutin tiga hari ke depan, Anda akan kembali pulih, duke."
"Baiklah, terima kasih. Anda bisa pulang dokter."
Dokter tersebut mengangguk. Sejujurnya dia merasa tenang bahwa Nike sekarang menjadi orang yang lebih baik dan dapat menghargai. Dia ingat saat masih kecil kelakuannya sangat arogan, dia sempat khawatir bahwa dia akan bekerja untuknya setelah mendiang orang tua Nike tiada.
'Mungkin orang memang bisa berubah,' batinnya.
Setelah dokter tersebut keluar dari kamar Nike, Roan dan Zefani mulai melaporkan hal yang terjadi.
"Duke, saya ingin melaporkan sesuatu," ucap Roan.
"Ah, ya, bicaralah. Aku merasa kalian ingin mengatakan sesuatu kepadaku sejak tadi."
"Saya melihat pelayan laki-laki berambut coklat keluar dari aula. Kemudian dia berubah menjadi perempuan berambut hitam lurus tanpa potongan poni. Mata kirinya berwarna biru berkilau, sedangkan mata kanannya berwarna putih berkilau. Pupil matanya biru pudar hampir menyatu dengan warna iris putihnya, berbentuk bulan sabit yang dilingkari oleh garis seperti akar tanaman. Sepertinya dia pelaku sebenarnya yang meracuni Anda," jelas Roan menjabarkan ciri fisik orang tersebut.
Mendengar itu Nike berpikir keras. Dia mengingat-ingat siapa karakter yang diceritakan oleh Roan.
'Aku tidak begitu yakin siapa, tapi mungkinkah dia dari kerajaan lain?'
Saat Nike sedang termenung, Zefani yang sedari tadi diam mulai bergerak. Bahkan belum sempat Roan melaporkan perihal Zefani di luar tadi.
"Tuan, apa saya boleh memperlihatkan suatu hal kepada Anda?" ucapnya.
"Boleh, apa yang ingin kamu perlihatkan Zefani?"
Roan dan Nike menatap ke arah Zefani. Tangannya mulai naik melepas ikatan matanya. Yang terlihat adalah bulu mata berwarna putih seperti rambutnya. Dan saat dia mulai membuka kelopak mata, Nike dan Roan terkejut melihat warna iris dan bentuk pupilnya.
"Sepertinya saya memiliki pandangan tentang orang itu," ucap Zefani memandang ke arah Nike dan Roan bergantian.
.
.
.TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become The Villain's Brother (REVISI)
FantasyEgi, pria dewasa berumur 21 tahun baru saja bertengkar dengan adik perempuannya kemarin sore. Mereka bertengkar karena sebuah novel berjudul "The Reborn of Marquess". Adiknya itu terus-terusan membaca novel tersebut sampai dia lupa belajar. Karena i...