"Duke, apakah Anda memerlukan bantuan saya?"Marquess Helisyan berkunjung ke kediaman Duke Estio. Dia bilang ingin mampir setelah menyelesaikan sedikit urusan di dekat wilayahnya, tapi sebenarnya itulah tujuan utamanya datang ke sana. Marquess Helisyan, pria licik yang memanfaatkan semua kesempatan untuk keuntungannya sendiri. Tidak peduli siapa dan apa yang akan dikorbankan.
"Apakah wajahku terlihat seperti butuh bantuanmu, Marquess?" Balas Duke Estio.
"Saya hanya bertanya, Duke. Tidak perlu terlalu kaku seperti itu," balas Marquess Helisyan sambil memegang cangkir teh hangat di tangan. "Ah, ngomong-ngomong belakangan ini nama ksatria itu melambung tinggi ya."
Brak!
"Apa maksudmu berbicara itu di depanku!" Bentak Duke Estio sambil menggebrak meja. Belakangan ini dia lebih sensitif jika itu mengenai Arizon Alranas.
"Saya tidak memiliki maksud apa-apa, duke. Saya hanya tertarik dengan itu karena bangsawan lain membicarakannya. Bahkan saya pun jarang mendatangi acara-acara pesta sejak 2 bulan lalu dan baru mulai kembali bersosialisasi belakangan. Apakah duke ada masalah dengan orang itu?" ujar Marquess Helisyan dengan tampang sok netralnya.
'Estio adalah orang yang temperamental, terutama mengenai status kebangsawanannya. Sedangkan Arizon Alranas yang baru diberikan gelar marquess itu adalah salah satu orang favorit raja saat ini. Kesampingkan dulu masalah si penghianat Roan itu, aku akan menggunakan perseteruan antara orang ini dan Arizon sebagai jalan membunuh raja dengan bersih,' batin Marquess Helisyan.
Mendengar pertanyaan dari Marquess Helisyan, Duke Estio yang awalnya mengerutkan dahinya berangsur-angsur mundur ke belakang dan kembali duduk dengan tenang.
"Hah, dari awal kehadiran Arizon sendiri adalah bentuk kesialan bagi kita semua, para bangsawan. Dengan adanya dia itu adalah bentuk penghinaan dari raja untuk kita. Orang rendahan seperti dia tidak cocok menyandang nama seorang marquess. Asal usulnya pun tidak jelas."
"Setelah dipikir-pikir ucapan Anda benar, duke. Apakah Anda sudah melakukan pengecekan latar belakangnya?"
Mendengar sedikit penuturan dari Marquess Helisyan yang terkesan mendukungnya membuat Duke Estio lebih besemangat. Dia mulai antusias berbincang dengannya.
***
Hari ini Baron Soventian dan istrinya mendatangi Nike. Walaupun sudah diberitahukan sebelumnya jika ingin bertemu harus membuat janji lebih dulu, dia tidak mendengarkan. Baginya keluarga tidak butuh janji-janji semacam itu.
"Sayang, kapan kamu bisa merebut kekuasan Nike? Aku sudah tidak tahan lagi melihat tingkah bocah itu. Dia benar-benar berbeda dengan dirinya yang dulu, arogan dan berani melawan," rengek baroness kepada suaminya.
"Kamu tahu sayang, ini tidak mudah. Kita perlu sabar dulu. Yang penting hari ini kita harus mendapatkan izin Nike untuk menggunakan tempatnya sebagai tempat perayaan keberhasilan Kenderick yang ditunjuk sebagai penyihir berbakat oleh biro sihir kerajaan."
"Ya, kamu benar. Anak sialan itu, Nike! Karenanya aku tidak bisa lagi menggunakan permata-permata indah. Aku jadi malu saat sedang kumpul dengan teman-teman yang lain. Kali ini kita harus mendapatkan izin Nike, agar Kenderick dapat membuat koneksi dengan bangsawan lain. Kalau acaranya diadakan di tempat Nike, orang-orang akan berpikir bahwa bergaul dengan kita sama saja bergaul dengan keluarga duke."
"Kamu benar sayang. Seperti yang diharapkan dari istriku, kamu memang pintar."
"Suamiku~"
Setelah itu mereka bercumbu di dalam kereta kuda. Kusir hanya bisa pura-pura tuli.
Tak lama setelah itu, mereka sampai di kediaman Duke Sofaran. Tapi saat di gerbang masuk, mereka berdua bercekcok dengan prajurit penjaga gerbang.
"Maafkan kami, baron. Tapi duke sudah memerintahkan kita untuk tidak membiarkan siapapun masuk jika belum membuat janji sebelumnya."
"Sialan, kamu! Kamu cuma prajurit berani-berani menghalangi jalanku. Aku ini pamannya Nike! Kamu tidak bisa melakukan ini kepadaku!" Teriak Baron Soventian.
"Maafkan kami, baron. Tapi tidak bisa."
Plak!
Plak!
Baron soventian memukul kepala prajurit itu dua kali karena merasa emosi.
"Cepat panggilkan Nike! Dan lihat apa yang akan terjadi. Kamu akan dipecat!!" Teriak baron. Kemudian prajurit yang satunya lagi segera berlari ke dalam kediaman untuk memberitahukan hal ini kepada Nike. Sampai di anak tangga, dia bertemu dengan Roan yang berjalan ke bawah. Dan Roan menyadari kehadiran prajurit tersebut.
"Hm? Apa ada masalah?" Tanya Roan sambil melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga.
"Itu ... itu ... Baron Soventian datang tanpa membuat janji lebih dahulu. Kemudian saat kami mengatakan bahwa beliau tidak bisa masuk, dia marah. Saat ini beliau masih berada di gerbang dan meminta saya untuk memanggilkan duke."
Mendengar kata Soventian dari prajurit itu, Roan tersenyum dingin.
"Tua bangka itu datang kesini? Kali ini apalagi rencananya. Baiklah aku akan melaporkannya kepada duke."
"Terima kasih, pelayan Roan."
***
"Duke, paman Anda datang mengunjungi Anda."
"Ya, aku melihatnya," jawab Nike yang saat ini tengah duduk di balkon sambil melihat ke arah gerbang yang cukup jauh dari sana. Mata rabun seperti pamannya pasti tidak bisa melihat dirinya sedang duduk disini dan melihat semuanya dari awal. "Menurutmu dia mau apa datang ke sini, Roan?"
Roan tersenyum. "Saya tidak tahu. Tapi bukankah itu menarik bagi Anda? Karena Anda mengeluh bosan belakangan ini."
Nike tersenyum sambil berdiri. "Kamu mengenalku dengan baik sekarang. Baiklah ayo kita kesana. Walaupun kakiku sebenarnya lebih berharga dari pada berjalan ke arah pamanku yang rabun."
Roan mengikuti dari belakang.
***
tbc.
Komen dong biar bahagia hidupku😠
![](https://img.wattpad.com/cover/288881478-288-k418479.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Become The Villain's Brother (REVISI)
FantasiEgi, pria dewasa berumur 21 tahun baru saja bertengkar dengan adik perempuannya kemarin sore. Mereka bertengkar karena sebuah novel berjudul "The Reborn of Marquess". Adiknya itu terus-terusan membaca novel tersebut sampai dia lupa belajar. Karena i...