Hari yang dinantikan sebentar lagi tiba, sehari sebelum pernikahan orang tua Aldevan dan Giwang.
Rumah Giwang ramai karena banyak yang sedang mempersiapkan acara. Bundanya juga sudah kedatangan banyak tamu dan sibuk berbincang dengan mereka.
Giwang menghabiskan waktunya dikamar, dia tidak suka keramaian itu. Padahal dia sudah berpakaian dengan rapi, Bundanya sedari pagi sudah sangat cerewet menyuruhnya untuk bersiap.
Hari ini sebenarnya kakek dan neneknya juga datang, sudah lama sekali mereka tidak bertemu.
Kakeknya, Bimasena Hengkara adalah seorang veteran yang sekarang mengurus bisnis, bisa dibilang perusahaan Amina adalah anak dari perusahaan kakek Giwang. Bisnis keluarga Hengkara benar benar berkembang dan menjadi perusahaan yang besar.
Sedangkan neneknya, Hiroki Hengkara yang sering disapa dengan Oma Oki aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
Amina adalah pemilik Protech Company, perusahaan yang bergerak dibidang keamanan yang berbasis teknologi. Menyewakan berbagai jenis jasa pengawalan dan melakukan pengembangan pada teknologi. Tak jarang jika jasa pengawalannya digunakan oleh tokoh publik dan para pejabat.
"Sudah ayah bilang kan, untuk segera meresmikan hubunganmu dengan lelaki itu"
"Amina masih banyak pekerjaan, ayah" ucapnya sembari menggandeng ayahnya
"Dimana cucuku? Omanya cerewet sekali ingin menjenguknya, tapi dia justru asyik berbincang dengan nenek nenek lain di sana"
"Oh iya, sepertinya dikamar. Anak itu sulit sekali diajak berinteraksi dengan orang lain" ucap Amina lalu beranjak akan pergi ke kamar Giwang
Seorang anak yang kurang lebih berusia sepuluh tahun berlari mendekati Amina, "Mama Ami jangan, biar Tita aja yang panggil om Giwang"
Amina mengangguk dan tersenyum tipis. Tita adalah anak kerabat Amina. Seluruh keluarganya diundang hari ini, karena banyak yang tidak bisa hadir besok, saat hari resepsi.
"Om Giwang, kakek mau ketemu tuh" Tita berteriak dari luar kamar Giwang
Giwang membuka sedikit pintu kamarnya dan menampakkan Tita yang menggunakan gaun selutut dan pita yang terikat di kepalanya, tak luput senyum anak itu yang tidak padam sedari dia berdiri menunggu Giwang membuka pintu.
Giwang menghela napas berat, "Om nggak mau keluar?" tanya Tita dengan polosnya
Giwang menggeleng.
Tita lalu berjalan memaksa membuka pintu kamar Giwang, "Kalau begitu Tita saja yang masuk"
"Wah, om punya banyak sekali buku. Tapi kamar ini terlalu berantakan, kalau ibuku tahu pasti dimarahi"Tita pun berakhir didalam kamar Giwang, ikut membaca komik komik yang Giwang punya. Ibunya mencari dimana Tita namun Giwang bilang jika anak itu tertidur di kamarnya. Dengan itu, Giwang terpaksa harus ikut bincang bincang keluarga besarnya diruang tamu.
"Cucuku, sudah besar sekali. Lihat dirimu sudah setinggi ini, masuk militer saja mengikuti jejak kakekmu" ucap Oki saat bertemu Giwang, tak luput tangannya yang mengelus pipi dan memeluknya seperti saat Giwang masih kecil dulu
---
Ini adalah awal dari kebebasan yang Giwang inginkan, mungkin dengan bundanya menikah, kesibukannya bertambah dan akan sedikit melonggarkan jadwal belajarnya karena sibuk mengurus pekerjaan dan rumah tangga. Selain itu, Giwang juga akan memiliki ayah dan saudara baru
Aldevan juga merasa begitu, bahwa ini adalah waktunya untuk dia bebas dari luka dimasa lalu. Saat pertama kali melihat Amina. Dia merasa bahwa Amina adalah sosok yang lembut dan penyayang, namun sedikit tegas. Tidak ada yang bisa menggantikan ibu kandungnya, tapi Amina mungkin bisa mengisi kekosongan dalam hidup Aldevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Brothers : Escape Room
FanfictionDua anak laki laki dengan kepribadian bertentangan disatukan dalam sebuah ikatan keluarga dan berteman dengan tiga remaja lainnya. Hidup tanpa masalah tidak akan menarik bukan? Masalah teman, asmara, orang tua, dan hubungan saudara menjadi konflik u...