26|Pandawa Lawak

546 118 15
                                    

Sekolah sudah sangat sepi, nasib baik satpam yang menjaga gerbang berbaik hati membiarkan mereka masuk, walaupun Robi harus turun tangan untuk membujuknya. Aldevan dan Giwang berlarian masuk kelas, sudah ada guru yang mengajar. Aldevan mengintip, sepertinya guru yang galak. "Wang, lo duluan aja" Aldevan mempersilahkannya untuk melangkah masuk. "Oh oke oke, gue aja yang duluan" Ucap Aldevan setelah Giwang menatapnya dengan tajam. Lagi pula Aldevan, sudah tahu Giwang sedang tidak bagus suasana hatinya malah ada ada saja. Nasib baiknya lagi, saat mereka masuk hanya diberikan teguran dan diizinkan untuk duduk.

"Kusut amat Wang, kenapa lo?" tanya Theo saat Giwang duduk

"Kenapa tuh?" Giliran Zayyan bertanya pada Aldevan dan hanya dibalas dengannya yang menggedikkan bahu.

Theo menatap Aldevan, mencari jawaban darinya namun nihil. Tidak biasanya memang Giwang seperti ini, kalau masuk kelas dia lantas menyiapkan buku bukunya yang membosankan itu. Dan ini juga terlambat pertamanya.

"Lo tidur Wang?" Theo menatap heran, Giwang menelungkupkan kepalanya di atas meja. Matanya terpejam menghadap Theo.

"Gue ngantuk Yo"

Theo membiarkan, tidur dikelas bukan hal yang buruk, dia sering melakukannya. Giwang juga manusia yang bisa mengantuk kapan saja.

"... Jadi siapa yang bisa jelaskan ini? Saya sudah bilang kemarin untuk membaca materinya" Pria dewasa itu menelusuri seluruh kelas dan mencari murid yang sekiranya bisa menjelaskan.

"Giwang Aldinendra, silahkan"

Tidak ada sahutan, "Giwang? Mana Giwang?"

"Wang, anjir. Lo dipanggil tuh, bangun!!!" Theo mengguncang tubuh Giwang yang tengah memejamkan mata.

"Tidur anaknya?! Kelas saya baru mulai satu jam, sudah terlambat, masuk kelas cuma numpang tidur" Guru itu mendekati Giwang

Theo panik, "Heh Giwang, guru killer nih"

Giwang mengangkat kepalanya, menatap guru yang datang dengan mata sayu.

"Mana buku pelajaranmu?"

Theo mengintip laci meja Giwang, tidak ada buku pelajaran yang biasa dia simpan di sana. Theo memasukkan bukunya pada laci Giwang, menyenggol pahanya supaya mengambil buku Theo saja biar lebih cepat, dari pada harus membuka tas. Giwang sadar dan langsung meraba laci, dia keluarkan buku dari sana.

"Ini mata pelajaran sejarah, kamus bahasa inggris buat apa? Kamu main main sama saya?"

"Maaf pak, saya salah jadwal" Ternyata Giwang salah mengambil buku. Tapi hal yang sama juga akan terjadi walaupun Giwang membuka tasnya sendiri karena tadi pagi asal menjadwal. Giwang juga tidak sadar jika ada buku lain pada lacinya.

"Saya memandang sama rata semua murid yang saya ajar, siapapun dia jika menjadi murid saya berarti wajib menghargai saya sebagai guru. Kamu, saya tahu nilai kamu yang paling bagus disini, tapi sopan santun juga harus dijaga. Sudah terlambat, tidur di kelas, tidak bawa buku pelajaran, buat apa sekolah disini kalo cuma mau main main saja?"

Giwang diam, tidak membalas." Kamu keluar, jangan ikut kelas saya!" Perintahnya

Dia menurut, lantas berdiri dan beranjak, keluar kelas. Betul juga yang dikatakan guru sejarah itu, Giwang jadi memikirkan apa tujuannya sekolah disini, sekolah ini bukan keinginannya, bunda yang membuatnya disini, untuk apa dia belajar? Untuk apa nilai nilai yang dia dapatkan itu, kuliah? Untuk masuk perguruan tinggi yang bagus, ternama, terbaik, lalu menjadi lulusan dengan gelar yang bisa menunjangnya mendapat pekerjaan yang menghasilkan uang yang banyak? Jabatan yang tinggi? Lalu apa? Setelah itu semua apa? Sama saja, akhirnya juga soal uang. Menghabiskan uang untuk uang.

Two Brothers : Escape Room Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang