22|Evaluasi

514 102 37
                                    

Selamat Membaca❤️✨

---

Setiap malam bunda menelepon Giwang untuk memastikannya menjalankan jadwal yang telah diberikan. Entah bisa lama atau hanya beberapa menit saja, Amina pasti menemani Giwang belajar. Begitu juga perlakuannya saat dirumah, sama saja. Tetap mendampingi Giwang. Sedari dulu Giwang juga punya beberapa tutor untuk membantunya belajar, tapi akhir akhir ini dia jarang belajar bersama mereka. Imran tetap menjadi tutor terbaik yang Giwang miliki, sayang sekali harus terpisah jarak karena Imran kuliah di luar kota.

Malam ini sama seperti malam sebelumnya, Giwang belajar di ruang tengah. Sudah lebih dari dua jam dia belajar. Hari ini dia rasa agak dingin, padahal angin tidak begitu kencang berhembus.

Karena terlalu fokus dengan buku buku, Giwang tidak sadar jika hidungnya sampai berair.

"Pilek?" tanya Amina saat mendengar suara yang Giwang timbulkan, mereka sedang terhubung dalam panggilan video.

Giwang menggeleng, "Disini agak dingin bund"

"Hujan?"

Giwang menggeleng lagi, "Tadi hujannya"

Aldevan berlari turun, "Panggilan alam nggak tepat waktu, bentar Yan bentar" keluhnya sambil berlari dan masih membawa ponselnya yang dia miringkan, sampai tidak memperhatikan Giwang yang sedang duduk di ruang tamu.

[Devan cepet deh, tembakin itu musuh depan lo!] Suara Zayyan dari dalam game yang sedang mereka mainkan, main bareng ternyata. Duo.

"Bentar Yan, gue mules. Mau boker"

[Serah lo kek sambil berak sono, yang penting harus chicken nih, dikit lagi!]

"Tenang aja, pro player nih boss" Dengan agak susah payah dia memegang ponsel dan melepas celananya, setelah duduk dan memposisikan diri sudah nyaman lantas melanjutkan gamenya bersama Zayyan. Iya begitulah kebiasaan Aldevan, Zayyan sudah tidak heran lagi, buang air sambil bermain game, kalau sedang bermain seperti ini dan Aldevan tidak bersuara, mic miliknya pasti mute, berarti lagi ngeden, Zayyan sudah hapal.

Kamar mandi bawah adalah yang terluas dari semua toilet di rumah mereka. Tapi jaraknya memang lumayan jauh dari kamarnya, dan lagi WC atas sering mampet. Oleh karena itu Aldevan sering buang air di bawah dari pada di atas.

Sedangkan Giwang masih sibuk belajar sambil mengusap usap hidungnya. Tidak nyaman kelihatannya, lama kelamaan Giwang rasa cairannya terlalu hangat."Bunda, Giwang ke toilet dulu" ucapnya langsung pergi meninggalkan buku bukunya

"Ah, mimisan lagi" gumamnya sembari menatap cermin yang memantulkan wajahnya, dengan hidung yang mulai mengeluarkan darah kental.

"Ah, mimisan lagi" gumamnya sembari menatap cermin yang memantulkan wajahnya, dengan hidung yang mulai mengeluarkan darah kental

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari terakhir dia juga merasa sedikit lelah, mungkin karena cuaca dan waktu tidurnya yang kurang teratur. Cepat cepat Giwang keluarkan semua darah yang dia rasa masih ada di dalam hidungnya, supaya bunda tidak menunggu terlalu lama. Tidak lupa mencuci wajahnya supaya terlihat lebih segar, bukannya dia usap wajahnya dengan handuk supaya kering, malah Giwang usap menggunakan kaos bagian bawah yang dia sedang kenakan, sudah buru buru ingin memegang bukunya lagi.

Two Brothers : Escape Room Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang