14|Cinta Monyet

689 108 8
                                    

SUSURUPRISE🥳🥳🥳
Dua chapter nih, tapi nyicil dulu satu lagi nanti hari jumat sesuai jadwal mwehehe

Selamat Membaca...


---

"Tidak ada kutukan yang lebih rumit dari cinta" tentu saja Gojo Satoru yang bilang. Memang ada benarnya, kutukan yang terasa nikmat dan memikat, sebenarnya banyak yang menyangka akhir pahit namun tetap saja menantang rasa sakit.

Alasannya? Entahlah, tidak ada yang tahu, justru orang orang yang tidak memiliki alasan dalam mencintai bisa jadi adalah mereka yang paling tulus, yang paling serius, tapi yang paling cepat pupus.

Bukan maksudnya ingin menakut nakuti, memangnya kenapa saat mencintai orang lain? Beberapa orang akan bilang, oh bebas saja, mencintainya itu cuma cuma, tidak membayar.

Kata siapa jatuh cinta itu cuma cuma? Mereka yang jatuh cinta membayar dengan perhatian setiap detiknya dan akan didenda dengan luka diakhir kisahnya.

Ngomong ngomong soal cinta, Aldevan sedang berada ditahap ini. Sejak kemarin pikirannya selalu saja tentang Igemi, lapar saja sudah tidak terasa, cinta monyet kalau kata orang.

Igemi menyita seluruh perhatian Aldevan, dia tidak bisa hilang dan selalu berputar putar di pikiran Aldevan, senyumnya, matanya, rambutnya, tangannya, dan semua tentang Igemi, Aldevan suka.

Selesai berganti pakaian, Aldevan bersiap dengan jadwal pelajarannya. Dia melihat Giwang sibuk dengan beberapa bungkus obat yang didapat dari rumah sakit kemarin

"Sini, gua bukain" Aldevan mengulurkan tangan, meminta bungkus obat obat itu

Giwang tidak memberikannya, berpura pura tidak mendengar Aldevan. "Gua bisa sendiri"

"Hu, sok bisa lu" Aldevan mengambil paksa. Ya, karena Giwang masih lemas, dia tidak bisa melawan

Robi memiliki pekerjaan yang harus diurus hari ini, Amina juga tidak berbeda. Pagi tadi ayahnya sempat mengantarkan Aldevan dan tentu saja Giwang dirumah bersama Sherine.

Beberapa hari kebelakang adalah hari yang lumayan sibuk untuk keluarga Akbar, tidak menutup kemungkinan akan menjadi lebih sibuk untuk kedepannya.

Aldevan berjalan dikoridor sekolahnya, semuanya terlihat normal, kecuali Nizam yang berjalan sambil memainkan ponselnya. Aldevan yang melihat anak itu lantas berlari menghampiri.

"HP terus, liatin apa sih Zam?"

"Game, emel" jawabnya masih fokus dengan ponsel miringnya

Nizam melirik sekeliling, dan menyadari hanya ada Aldevan, "Giwang mana?"

Aldevan tersenyum sambil menepuk pundak Nizam "Giwang masih izin, belum bisa masuk"

Nizam mengangguk tapi pandangannya masih terfokus pada ponselnya

"Eh Zam, lo punya pacar?"

"Enggak, kata papa nggak boleh pacaran"

Aldevan menatap Nizam, berfikir sejenak. Awalnya Aldevan ingin meminta saran kepada Nizam, ternyata salah sasaran. "Gue mau nembak Igemi"

"Emang Igemi mau sama lo?"

Nizam cukup membuat Aldevan kesal, dengan tenang dia memiting leher Nizam dan membuatnya beraduh aduhan

Mereka masuk ke dalam kelas, karena sudah hampir bel masuk maka kelas juga menjadi ramai. Theo sudah duduk di mejanya, menatap keluar jendela, pandangannya terlihat begitu kosong, entah apa yang terjadi namun Aldevan menyadari hal itu.

Two Brothers : Escape Room Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang