"Ya, terkadang cerita yang dibuat penulis itu kalau bukan karena pengalaman maka itu adalah hal yang ingin penulis rasakan"
Aldevan
---
Dulu saat Aldevan sakit, Robi seorang yang merawat. Itu juga dengan gaya bapak bapak, pasti terasa berbeda saat ibu yang merawat dengan lemah lembut.
Aldevan kebingungan saat mendapati Giwang malah demam disaat orang tua mereka tidak di sana.
Cepat cepat Aldevan mengambil ponselnya, membuka internet lalu mencari 'cara mengatasi adik yang demam', ini adalah kali pertamanya dia mengurus orang sakit
Rintihan Giwang membuatnya semakin panik, tadi sudah menelepon ayahnya namun tidak tersambung. Robi ini memang terkadang sulit sekali dihubungi, punya ponsel bagus juga sia sia dipakainya.
Karena Aldevan semakin takut dan daripada terjadi hal yang tidak diinginkan, dia lantas berlari mencari dokter atau perawat di koridor dekat ruang rawat Giwang.
"AH, KENAPA INI MALAH SEPI BEGINI!!?" keluahnya
Aldevan berlari dan tidak sengaja menabrak seseorang yang sedang berjalan, "AYAH YA AMPUN, LAMA BANGET! GIWANG, BUNDA!"
Untung saja bertemu ditengah jalan, mereka lalu menuju kamar Giwang secepat mungkin. Bundanya terlihat khawatir, lagi pula kenapa tadi urusan yang harusnya selesai dalam dua jam malah menjadi berjam jam.
"Demam, pasti gara gara aku tadi" ucap Bundanya sesaat setelah menyentuh wajah Giwang
"Biar dokter yang periksa, kamu yang tenang" ucap Robi
Setelah Giwang diperiksa, Robi dan Aldevan pulang. Tidak mungkin semua berada di sana dan Aldevan juga belum berganti pakaian, dia juga bersekolah besok. Sedangkan Amina disana menjaga Giwang sendirian.
Malam itu begitu sunyi, selain karena sudah tengah malam juga karena Aldevan yang terdiam duduk di bangku mobil sebelah Robi, menatap keluar jendela. Robi menyadari jika Aldevan merasa bersalah. Sebagai lelaki dewasa yang sudah merasakan asam pahitnya hidup, Robi paham jika suatu saat nanti akan ada masalah yang muncul. Tapi bukankah ini terlalu cepat?
"Devan?"
Aldevan menoleh tanpa berbicara
"Ini bukan salah kamu, besok pasti Giwang udah baikan"
Aldevan menundukkan kepala
"Giwang memang orang yang mudah sakit, katanya dia dilempar susu putih kan? Dulu saat Giwang masih kecil dia pernah alergi susu, bunda yang bilang"
Aldevan mengangguk
"Mungkin itu yang membuat Giwang sakit"
"Kalo karena berantem sama luka dipinggangnya itu Giwang nggak mungkin sampai demam, kan?""Argh, Aldevan nggak tahu! Awas aja besok kalo ketemu disekolah"
"Anak itu udah diurus sama sekolah, Devan jangan macam macam. Nanti malah nambah masalah bunda"
"Ayah, tapi itu nggak bisa dimaafin gitu aja! Sebelumnya dia juga bully orang, terus sekarang ngelukain saudara Devan, nggak bisa lepas gitu aja lah! Aldevan Denanda anaknya ayah Robi Akbar nih nggak akan takut, walaupun orang tua Yaksa itu pejabat, menteri, presiden sekalipun kalo salah ya salah!" ucap Aldevan penuh emosi
Seulas senyum puas terpahat diwajah Robi, ternyata Aldevan menerima Giwang sebagai saudara dan mau membela sampai sebegininya
Aldevan ternyata tidak malu memiliki saudara tiri, buktinya dia tidak segan segan mengungkapkan pembelaannya pada Giwang didepan ayahnya. Robi sudah was was jika mereka tidak akan cocok, dan nyatanya tidak seburuk yang dia pikirkan
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Brothers : Escape Room
Fiksi PenggemarDua anak laki laki dengan kepribadian bertentangan disatukan dalam sebuah ikatan keluarga dan berteman dengan tiga remaja lainnya. Hidup tanpa masalah tidak akan menarik bukan? Masalah teman, asmara, orang tua, dan hubungan saudara menjadi konflik u...