21|Seratus Soal

487 103 27
                                    

Kejadian Igemi dibangunan setengah jadi tidak merubah banyak hal. Yang jelas hanya Aldevan dan Giwang yang paling berseteru, apalagi hidup dirumah, di ruangan yang sama. Tidak ada yang mau mengalah, masalah itu masih ada dan mungkin berlanjut sampai Giwang yang menyerah lalu menuruti kata Aldevan untuk meminta maaf atau Aldevan yang mau berlapang dada menerima semuanya, memaafkan Giwang.

Kelas Giwang menjadi saksi ketegangan mereka. Igemi tidak berani menatap Giwang lagi, menoleh pada tempat duduknya saja sudah tidak mau. Ketakutan. Entah apa yang gadis itu takuti.

"Giwang Aldinendra, temui kepala sekolah. Segera ke ruangannya" Ucap seorang guru wanita yang tanpa permisi masuk ke kelasnya

Nizam memperhatikan Giwang yang langsung berdiri keluar kelas. "Siapa?" tanya Nizam yang berpindah duduk ditempat milik Giwang, mencari informasi.

"Bu Monna" jawab Theo

"Nggak ngajar kelas kita ya? Galak kelihatannya"

"Bukan kelihatannya lagi, emang galak. Nggak mau ngajar kelas kita karena udah ada Giwang yang serba bisa, katanya"

"Hah? Iri kok sama murid sendiri!" Nizam mengejek

Aldevan berpura pura tidak melihat Giwang yang pergi meninggalkan kelas, dia sibuk berbincang dengan Igemi. Memang mereka berdua menjadi sangat lengket setelah kejadian kemarin. Zayyan selalu ditinggalkan dan duduk sendiri, tapi terkadang Nizam menemaninya. Untung saja Nizam bukan anak yang pilih pilih dalam berteman.

Giwang berjalan melewati ruang guru dan dia merasa beberapa orang memperhatikannya dengan wajah yang tidak nyaman. Apa dia berpakaian tidak rapi hari ini? Atau ada sesuatu yang salah?

"Ada beberapa hal yang mau saya tanyakan, duduk dulu, Giwang" Ucap seorang pria dewasa yang sedang duduk di kursi kerjanya yang memiliki tag nama Robert Rowan. Kepala sekolah Hermes High School.

Giwang menurut, dia duduk sembari menatap Robert yang sedang membaca beberapa lembar kertas. Ini kali pertama dia masuk ke ruang kepala sekolah dengan situasi yang lumayan menegangkan. Biasanya dia dipanggil ke sini hanya untuk mengambil sertifikat kejuaraan atau hal hal semacam itu dan mendapat sedikit wejangan saja dari Robert dan beberapa guru yang membimbingnya.

"Saya tahu ibumu memang donatur terbesar di sekolah ini, Amina juga teman baik saya. Namun jika melakukan kesalahan akan tetap saya tegur. Saya sudah punya kesepakatan dengan Amina, kamu adalah anak yang rajin dan berpotensi. "

Giwang bingung, "Maksud bapak?"

"Beberapa bulan lalu kamu ingat pernah ikut test beasiswa yang diadakan sekolah, kan?"

"Ya, saya ingat betul pak"

"Kamu melakukan kecurangan?"

"Tidak, sama sekali. Saya melakukan semuanya dengan jujur" Giwang menjawab dengan mantap

Keduanya seperti perang batin, saling menatap mata dan terasa begitu mengintimidasi. Tenang saja, Giwang tidak takut. Hanya kepala sekolah yang bertanya, bukan pihak berwajib. Lagi pula dia yakin tidak membuat kesalahan, jadi untuk apa juga Giwang harus takut.

"Lebih baik jujur sekarang, saya bisa membicarakan ini baik baik dengan ibumu. Dia lumayan berisik jika berbicara tentangmu disekolah"

"Tapi saya memang tidak melakukan kecurangan apapun, pak"

Robert berdiri, berjalan mendekat dan duduk didepan Giwang, "Ada beberapa hal yang jadi perhatian. Pertama, beberapa hari sebelum test itu dimulai kamu terlihat berada disekitar sekolah saat sore. Kedua, dari total seratus tiga puluh lima soal kamu benar seratus dua puluh sembilan soal. Sedangkan dalam soal soal itu, ada tiga materi yang belum dijelaskan sama sekali di sekolah ini. Tapi kamu berhasil menjawab, dan soal yang salah justru bukan tentang materi itu-"

Two Brothers : Escape Room Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang