Holaaa... selamat membaca <33---
Belajar sudah semestinya menjadi kewajiban seorang siswa. Tidak hanya didalam kelas tapi hidup juga bagian dari belajar.
Amina meninggalkan Giwang di ruang tengah, membiarkannya belajar sendiri. Memang seperti itu sejak dulu, bagaimana cara mendidiknya tidak pernah berubah
"Apa nggak keterlaluan? Ini kan udah malam" Tanya Robi, dia sedang membaca beberapa lembar kertas sambil menyadarkan diri pada sofa di pojok kamar
"Nggak, dari dulu juga seperti itu. Giwang bukan anak yang pintar sejak lahir, kalau orang lain hanya belajar dua jam sehari. Giwang harus belajar lima kali lebih keras dari pada mereka"
"Tapi Giwang masih remaja, jangan terlalu menekannya. Terutama masalah nilai"
"Apa yang barusan aku bilang bukan keluar dari mulutku, Giwang sendiri yang ngomong. Dia bilang akan menurut, aku tidak suka jika Giwang hanya bermain main, lebih baik bekerja keras sekarang dan saatnya tiba dia sudah memetik hasilnya"
"Bebaskan dia, biar dia yang memilih bagaimana kedepannya. Sekarang aku sudah menjadi ayahnya, dan suamimu. Lebih baik kalau menurut, aku tahu kamu tidak suka diatur tapi ini untuk kepentingan keluarga kita"
Amina menatap Robi, "Ya ya, pasti tentang remaja lelaki yang nggak sempat kau selamatkan? Depresi dan semacamnya, kan? Giwang tidak seperti itu!"
"Remaja itu bukan orang lain, dia anak rekan kerjaku. Keluarganya tidak harmonis dan dia memikul beban yang berat. Kalau saja waktu itu aku datang tepat waktu mungkin dia selamat"
"Giwang punya rumah yang besar, ibu yang menafkahi, uang yang cukup, sekolah yang bagus, dan sekarang punya ayah juga saudara, sedangkan remaja yang selalu kau samakan dengan Giwang tidak memiliki itu semua. Keadaannya berbeda!"
Amina benar benar berpendirian pada prinsipnya sendiri, tidak goyah bahkan jika itu suaminya yang memberikan nasihat.
"Pikirkan saja apa yang aku katakan, Giwang bisa jadi bom waktu suatu saat nanti. Meskipun kamu tidak menyadarinya, remaja juga manusia dan bukan objek untuk menentukan kesuksesan dimasa depan" ucap Robi lalu berjalan keluar
Amina sedikit memikirkan kalimat terakhir yang dikatakan Robi, dia tidak akan mengabaikan begitu saja. Mengingat Robi juga bukan sembarang orang yang akan memberikan saran, selama ini Robi sudah cukup memperhatikan Amina dan Giwang.
Robi berjalan mengambil minuman dikulkas, melewati Giwang yang sudah tidak kuasa menahan kepalanya.
"Tidur aja kalo udah ngantuk, nggak usah pikirkan bunda. Ayah udah ngomong tadi" ucap Robi duduk di depan Giwang
Giwang mengangkat kepalanya, tapi matanya benar benar sudah tidak bisa diajak kerja sama. Dia sangat mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Brothers : Escape Room
FanfictionDua anak laki laki dengan kepribadian bertentangan disatukan dalam sebuah ikatan keluarga dan berteman dengan tiga remaja lainnya. Hidup tanpa masalah tidak akan menarik bukan? Masalah teman, asmara, orang tua, dan hubungan saudara menjadi konflik u...