Sudah 15 menit Nasya dan Arka makan di meja makan rumah Arka. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka fokus pada makanan dihadapan mereka.
" Ini nasi goreng lo beli dimana dah?" Tanya Nasya sembari mengaduk-aduk nasi goreng di piringnya.
" Kenapa?" Tanya Arka.
" Ga ada rasanya." Jawab Nasya jujur.
" Ya iyalah. Lo lagi sakit, semua makanan pasti ga ada rasanya di lidah lo." Balas Arka sembari menambahkan sedikit saus tomat ke dalam nasi goreng miliknya.
" Itu lo nambahin saus juga! Rasanya pasti hambar kan? Ngaku!" Seru Nasya sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
Arka hanya melirik ke arah Nasya yang masih berkomentar padahal jelas-jelas gadis itu tetap mengunyah nasi gorengnya.
" Terserah." Balas Arka pelan.
" Gue yakin 100% ini bukan nasi goreng yang kayak biasanya. Lo beli di mana?" Tanya Nasya kembali ke pertanyaan pertama nya.
" Restoran." Jawab Arka singkat.
" Harganya?" Tanya Nasya penasaran.
Arka melirik ke arahnya sekilas sebelum menjawab, " Tiga ratus ribu." Jawabnya membuat Nasya tersedak makanannya sendiri.
" Tiga ratus ribu?!? Lo gila?" Seru Nasya terkejut.
" Apaan?" Balas Arka bingung.
Ada apa dengan uang tiga ratus ribu? Arka rasa tidak ada yang spesial dengan angka itu.
" Tiga ratus ribu lo bisa beli kue buatan nenek gue 10 toples, Ka. Sumpah!" Sahut Nasya masih tidak percaya.
Arka mengerutkan keningnya bingung. Bi Sati yang baru saja datang membawa minum sampai terkekeh mendengar ucapan Nasya tadi.
" Bi, masa Arka beli nasi goreng harganya 300 ribu? Itu kalo dia belinya di nasgor depan komplek pasti bisa dapet se-wajan nya." Adu Nasya pada BI Sati yang geleng-geleng kepala sembari tertawa.
" Emang kenapa sih? Repot amat tinggal makan juga." Ucap Arka mulai jengah.
" Haduh, lo ga ngerti yang gue maksud." Balas Nasya lalu tidak sengaja melihat ke arah jam.
" Udah jam 7 malem, nenek pasti nyariin." Gumam Nasya.
" Gue pamit pulang dulu ya..." Ucap Nasya pada Arka lalu beranjak berdiri sambil membawa piringnya.
" Ayo Bi, saya bantu cuci piringnya." Ucap Nasya lalu membantu Bi Sati membawa piring-piring serta gelas-gelas yang kotor ke dapur.
Arka tidak berkomentar. Dia hanya diam memandangi Nasya yang dengan telaten membantu Bi Sati mencuci semua piring kotornya.
" Neng kan lagi sakit, nggak pusing kepalanya?" Tanya Bi Sati, hendak mengambil alih piring yang Nasya pegang.
" Gapapa Bi. Justru kalau saya diem aja, pusingnya makin kerasa." Jawab Nasya sambil terus mencuci piring kotornya.
" Udah biar bibi aja, ini kan udah malem. Neng pulang aja, pasti orang tua neng nyariin." Ucap Bi Sati langsung mengambil piring kotor yang tersisa.
Nasya menengok ke arah jam dan menganggukkan kepalanya. Bi Sati benar, sekarang sudah malam. Dia harus cepat pulang.
" Yaudah kalo gitu Nasya pulang dulu ya Bi." Pamit Nasya lalu mencium telapak tangan Bi Sati yang basah.
Arka yang melihat Nasya berjalan ke arahnya mengangkat sebelah alisnya. Sedangkan Nasya hanya tersenyum ke arahnya.
" Gue pulang dulu ya. Makasih makanannya, ga jadi gaenak kok." Ucap Nasya dengan sedikit tawa diakhiri kalimatnya.
Nasya mengambil tasnya lalu beranjak keluar dari rumah Arka. Dia membenarkan letak ikat rambutnya lalu hendak memesan ojek online.
" Nas." Suara Arka membuat Nasya menolehkan kepalanya.
" Itu proyeknya kita ambil tema apa?" Tanya Arka membuat Nasya mengurungkan niatnya untuk memesan ojek online terlebih dahulu.
Nasya nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, " Tentang bullying gimana? Kan banyak tuh di internet ceritanya. Kita bisa lebih gampang nyari informasinya." Saran Nasya.
Arka hanya menganggukkan kepalanya setuju dengan tema yang Nasya pilih.
Nasya tersenyum, " Gue pulang dulu ya." Pamit Nasya yang membuat Arka menganggukkan kepalanya.
Nasya hendak menekan tombol "pesan" saat tiba-tiba ucapan Arka menghentikannya.
" Lo tunggu sini, gue ambil kunci motor dulu."
Deg.
***
" Makasih, Ka." Ucap Nasya melepas helmnya.
Arka hanya mengangguk dan menerima uluran helm dari Nasya. Dia menatap Nasya yang juga sedang menatap nya.
" Lo... Ga pulang?" Tanya Nasya sedikit ragu dan bingung melihat Arka yang masih diam ditempatnya.
" Hp lo mana?" Arka malah menanyakan hal lain yang membuat Nasya bingung.
" Ada. Kenapa?" Jawab Nasya bingung.
" Lo catet nomer gue." Ucap Arka membuat Nasya semakin bingung.
" Buat?" Tanya Nasya.
" Proyek nya lah. Buat apalagi? Kalo gue ga paham, kan jalan satu-satunya gue tanya ke lo yang notabe nya kelompok gue." Jawab Arka membuat Nasya mengangguk-anggukkan kepalanya paham.
Dia memberikan hp nya pada Arka. Mempersilahkan cowok itu menuliskan nomor teleponnya.
Setelah Arka selesai menulis nomornya dan mengirim pesan ke Hp nya menggunakan nomor Nasya, dia mengembalikan Hp itu.
" Lo ga masuk?" Tanya Arka sembari menatap ke arah rumah Nasya.
" Nunggu lo pergi dulu." Jawab Nasya.
" Kenapa?" Tanya Arka.
" Apanya?" Tanya Nasya balik.
" Ck, kenapa nungguin gue balik?" Sahut Arka meneruskan
" Oh, ya karena ga sopan kan?" Jawab Nasya ragu.
" Masuk sana! Gue balik kalo lo udah masuk." Ucap Arka menyuruh Nasya masuk.
" Oh, oke." Balas Nasya.
" Makasih Ka, sekali lagi." Lanjutnya lalu beranjak masuk ke dalam rumah.
Setelah memastikan Nasya benar-benar masuk ke dalam rumahnya, Arka langsung menyalakan motornya dan pergi dari rumah Nasya.
Nasya yang mengintip kepergian Arka dari jendela hanya bisa tersenyum.
" Entah ini cuma perasaan gue atau gimana. Tapi hari ini, Arka bener-bener beda. Rasanya, gue kayak ketemu sama Arka yang lainnya." Gumam Nasya lalu menutup tirai jendela rumahnya.
H
alo-halo...
Author up lagi yuhuuu!!!Jangan lupa vote & coment ya guys...
SEE YOU NEXT PART
PAIII:)TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA
Teen Fiction[NO PLAGIAT!!!] " Takdir tidak membutuhkan sebuah undangan. " --Arka Anggara-- Cowok berparas tampan yang terkenal cuek. Akan tetapi memiliki banyak penggemar di sekolahnya hingga dijuluki 'duta-nya sekolah'. --Nasya Marcella-- Gadis sederhana yang...