Senyum-mu itu candu. Hanya saja, apakah itu untukku?
--Arsya--
***
Suasana koridor sekolah terasa sepi setelah bel pergantian pelajaran berbunyi. Mungkin rapat guru sudah selesai dilaksanakan dan semua guru mulai mengisi jam pelajaran mereka di kelas-kelas.
Nasya buru-buru berjalan di tengah koridor yang sepi. Harap-harap cemas agar tidak ketinggalan pelajaran. Atau bahkan lebih parah lagi kalau guru pengajar sudah masuk ke dalam kelasnya.
Di tengah kecemasan Nasya, sebuah tangan memegang lengannya dan membawa nya berbelok ke ujung koridor.
Nasya yang terkejut tidak sempat untuk memberontak. Dia memandang ke arah laki-laki yang sedang memegang tangannya. "Adi?" Sahut Nasya terkejut.
" Sstt, iya ini gue." Balas Adi dengan volume suara yang kecil.
" Lo kenapa pergi gitu aja tadi?" Tanya Adi membuat Nasya menatap dirinya dengan tatapan bingung.
" Lo tanya gue soal itu? Harusnya gue yang tanya ke lo. Ngapain lo bersikap kayak gitu tadi? Arka nggak pernah cari masalah sama lo, kenapa lo kayak dendam banget sama dia?!" Ucap Nasya bertubi-tubi.
Adi menghela nafas nya, " Itu nggak penting. Gue kesini cuma mau balikin buku lo yang tadi ketinggalan di kantin. Dan ya..." Adi menjeda kalimatnya membuat Nasya menatapnya dengan raut wajah penasaran.
" Gue minta sama lo, jauhin Arka. Dia nggak sebaik yang lo kira. Dia itu munafik! Lo bisa dapet masalah kalo keterusan deket sama dia." Lanjut Adi.
Nasya sontak membulatkan matanya terkejut mendengar penuturan Adi yang diluar ekspektasi nya.
" Gue kira lo itu baik, pengertian, dan good attitude. Tapi setelah apa yang lo lakuin hari ini, itu sama sekali nggak mencerminkan sifat-sifat yang gue sebutin tadi." Ucap Nasya. Ada nada kecewa dalam kalimatnya.
" Gue hampir nggak percaya kalo cowok yang ada di depan gue sekarang itu seorang Adi Arya. Cowok yang jadi panutan gue di sekolah ini." Lanjutnya.
" Mungkin sekarang lo belum ngerti apa yang gue maksud. Tapi gue yakin, cepat atau lambat lo bakal tau semuanya." Ucap Adi lalu berjalan pergi meninggalkan Nasya sendirian dengan pikirannya yang bercabang.
***
" Baik, saya akhiri pelajaran pada hari ini. Sekian, terimakasih..." Ucap guru mata pelajaran terakhir.
Seluruh murid yang berada di dalam kelas langsung bersorak senang tatkala bel pulang berbunyi. Termasuk Nasya dan Ana. Mereka berdua langsung mengemasi buku-buku dan segera keluar dari dalam kelas.
" Nanti gue rencana nya mau pergi ke toko buku. Lo mau ikut nggak?" Tanya Ana pada saat mereka sedang berjalan beriringan di koridor sekolah.
" Boleh. Tapi gue izin ke nenek gue dulu. Gapapa kan?" Tanya Nasya ragu.
" Gapapa dong. Nanti pulang nya bareng gue aja ya. Gue sekalian mau beli kue buatan nenek, udah lama rasanya nggak makan kue buatannya." Jawab Ana dengan tawa riang nya.
Ditengah canda tawa mereka, Nasya masih sempat memikirkan ucapan Adi barusan, tentang Arka. Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh cowok itu? Apa yang membuat Adi ingin Nasya menjauhinya? Dan pertanyaan paling penting adalah cowok seperti apakah Arka sebenarnya?
Disaat pikiran Nasya kemana-mana, sebuah sapaan membuatnya kembali ke kenyataan.
" Halo cewek-cewek cantik..." Sapaan khas Doni membuat Nasya dan Ana tersentak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA
Teen Fiction[NO PLAGIAT!!!] " Takdir tidak membutuhkan sebuah undangan. " --Arka Anggara-- Cowok berparas tampan yang terkenal cuek. Akan tetapi memiliki banyak penggemar di sekolahnya hingga dijuluki 'duta-nya sekolah'. --Nasya Marcella-- Gadis sederhana yang...