SEDIKIT HIMBAUAN UNTUK READERS KU TERCINTAH
Kalau kalian mulai lupa sama jalan cerita dari lapak ini, boleh banget nih kalian baca ulang!IYA IYA AUTHOR SADAR DIRI KALO AUTHOR HIATUS NYA KELAMAAN:)
***
Hari Minggu. Hari yang menyenangkan untuk istirahat, sebenarnya. Tapi hari ini Nasya disibukkan dengan turnamen basket sekolahnya. Pukul 6 pagi Nasya sudah harus berangkat menuju ke tempat acara seorang diri dengan ditemani oleh motornya.
" Nek, Nasya berangkat dulu ya..." Ucap Nasya sembari memakai tas selempang nya.
" Kamu nggak mau bawa kue kering? Ini udah nenek siapin." Sahut Nenek Nasya sembari memberikan 2 toples kue kering buatannya.
Nasya pun menerimanya sembari tersenyum senang. " Nenek tau aja Nasya suka laper tiba-tiba." Ucap Nasya senang
" Nenek kan dari dulu sama kamu. Dari kamu kecil malah. Mana mungkin Nenek gatau makanan kesukaan kamu?" Ucap Nenek Nasya sembari mengelus puncak kepala Nasya dengan sayang.
" Yaudah, Nasya berangkat dulu ya. Takut telat, udah ditungguin yang lain soalnya." Pamit Nasya sembari mencium telapak tangan serta pipi Nenek nya.
Setelah itu dia langsung berjalan pelan menuju motornya dan mengirim pesan pada Ana sahabatnya kalau dia sudah otw dan mungkin akan sedikit terlambat karena dia harus mengantarkan barang terlebih dahulu. Setelah memastikan pesannya terkirim, Nasya pun langsung tancap gas menuju ke tempat turnamen basket diadakan.
***
" Arka, kamu mau kemana? Ini hari Minggu, Mama udah luangkan waktu Mama buat ketemu sama kamu hari ini. Tapi kamu malah mau pergi keluar?" Ucap Mama Arka. Berusaha mencegah Arka pergi.
Hari ini Mama Arka datang dari Australia hanya untuk bertemu dengan putra semata wayang nya. Yang dia ketahui tidak menyukai kehadirannya.
Arka melirik Mama nya sekilas. " Nggak ada yang minta Mama buat dateng kesini hari ini. Dan nggak ada juga yang butuh kehadiran Mama disini. Jadi kalau Mama merasa terbebani, Mama silahkan pergi. Pintu keluarnya ada di sebelah sana, kalau Mama lupa." Ucap Arka dengan nada bicara yang datar.
Mama Arka menggelengkan kepalanya tidak percaya. Se-begitu asing kah dia di mata putranya sendiri?
" Mama nggak percaya kalau putra kandung Mama, tega mengusir Mama nya sendiri. Apa ini balasan dari semua didikan yang Mama kasih ke kamu? Apa ini..."
" Didikan apa? Didikan mana yang Mama maksud? Seumur hidup Arka, didikan Mama hanya berhenti sampai usia Arka yang ke 10 tahun. Seterusnya Arka yang harus mendidik diri Arka sendiri." Potong Arka membuat Mama nya terdiam.
" Mama lebih mementingkan bisnis keluarga, di bandingkan anak tunggal Mama sendiri." Lanjut Arka.
" Arka, kamu tidak tahu fakta nya..."
" FAKTA NYA MAMA NINGGALIN ARKA CUMA DEMI HARTA! ITU FAKTA NYA. DAN SEKARANG ARKA BENER-BENER NGGAK BUTUH SOSOK MAMA DISINI! SEKARANG MAMA PERGI!" Hancur! Hancur sudah kesabaran Arka. Rasa sakit di hatinya kembali meluap kala dia harus kembali berhadapan dengan Mama nya. Sosok yang tidak pernah ada untuknya selama ini.
Mata Arka memanas. Cowok itu langsung berbalik badan dan hendak meninggalkan rumah. Tapi belum genap kaki nya melangkah, dirinya dikejutkan dengan berdiri nya seseorang dengan membawa sebuah jam tangan di kedua tangannya.
Tubuh Arka sontak kaku saat netra mata nya yang berkaca-kaca bertemu dengan netra mata damai seseorang di hadapannya.
" Nasya..."
Nasya tersentak saat Arka menyebut pelan namanya. Dirinya langsung memasang mimik wajah sopan dan berjalan pelan ke arah Arka dan seorang wanita paruh baya yang Nasya yakini adalah Mama dari Arka.
" Pagi Tante..." Sapa Nasya canggung. Mama Arka menatap nya dari atas hingga bawah. Membuat Nasya minder dibuat nya.
Nasya berusaha tidak menghiraukannya. Dia langsung menghadap ke arah Arka yang kini juga tengah menatapnya penuh tanda tanya.
" Emmm, i-ini gue mau ngembaliin j-jam tangan lo. Gue gatau kenapa tiba-tiba ada di tas gue." Ucap Nasya jadi gugup sendiri.
" Sorry juga tadi gue udah masuk kesini tanpa izin dari lo. Tadi gue di suruh Bi. Sati masuk. Jadi gue masuk..." Lanjut Nasya lirih sembari mengulurkan jam tangan yang dia bawa.
Arka menerima uluran jam tangan itu. " Lo mau ke turnamen basket kan?" Tanya Arka membuat Nasya tersentak dan menganggukkan kepalanya perlahan.
" Lo berangkat bareng gue aja. Hari ini gue bawa mobil." Ajak Arka yang cenderung memaksa.
" Gabisa, gue bawa motor." Balas Nasya sembari menunjukkan kunci motornya.
Arka memutar bola matanya malas. " Tumben lo nggak bareng cowok lo?" Tanya Arka yang membuat Nasya menatapnya tajam.
Mama Arka langsung menoleh ke arah Arka yang tepat berada di sebelahnya. Begitu juga dengan Nasya.
Karena tidak mau ambil pusing, Nasya pun hanya menggelengkan kepala nya untuk menanggappi pertanyaan aneh Arka.
" Emmm, gue pamit duluan ya. Nanti keburu siang." Pamit Nasya.
" Saya pamit dulu Tante." Lanjut Nasya sembari tersenyum canggung.
Nasya langsung berjalan keluar bersamaan dengan Arka. Gadis itu berjalan sembari menggerutu pelan. Dia benar-benar datang di waktu yang tidak pas.
Arka memperhatikan Nasya yang berjalan sempoyongan di depannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Sungguh! Demi apapun Arka ingin memeluk tubuh di depannya ini sekarang. Karena entah kenapa, Arka rasa hanya Nasya yang bisa menenangkan dan meredakan emosi nya saat ini.
Saat Arka tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba Nasya menghentikan langkah nya dan memandang ke sekitar halaman rumah Arka yang sepi. Gadis itu langsung berbalik menghadap Arka dan secara tiba-tiba langsung menarik Arka masuk ke dalam pelukannya.
" Lo boleh nangis sekarang..."
TBC.
HALLO GUYSSS
LAMA TAK JUMPAAAAAAAA:)
GIMANA KABAR KALIAN SEMUA HARI INI? MASIH SEHAT KANNNN?AUTHOR MOHON MAAF BANGET KARENA UDAH LAMA HIATUS NYA
MOHON MAAF KARENA UDAH GANTUNGIN KALIAN SEMUA SELAMA INI
HUHUUU:(TAPIIII
MUNGKIN AUTHOR AKAN SEMPETIN UNTUK UPDATE KARENA BENTAR LAGI JUGA LIBURAN
HEHE:)
(Meskipun tugas nya ga libur)SOOOO SEE YOU NEXT PART GUYSS!!!
JANGAN LUPA VOTE, COMENT, DAN SHARE KE TEMEN-TEMEN KALIAN SEMUAAA
SEE YOUU
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA
Teen Fiction[NO PLAGIAT!!!] " Takdir tidak membutuhkan sebuah undangan. " --Arka Anggara-- Cowok berparas tampan yang terkenal cuek. Akan tetapi memiliki banyak penggemar di sekolahnya hingga dijuluki 'duta-nya sekolah'. --Nasya Marcella-- Gadis sederhana yang...