Maaf karena baru up sekarang 😭🙏
***
Pukul 06.00...
Masih pagi memang. Tapi SMA Triwijaya sudah dihebohkan dengan kabar tentang turnamen basket antar sekolah yang akan diadakan pada akhir pekan nanti.
Seluruh anggota OSIS disibukkan dengan persiapan turnamen itu. Terlebih lagi SMA Triwijaya akan menjadi tuan rumah.
" Gila! Tumben ini sekolah pagi-pagi udah kayak pasar?!" Seru Tom sembari memperhatikan suasana yang terkesan ricuh.
" Kan kemarin di grup angkatan ada pengumuman turnamen basket antar sekolah. Katanya sih kita jadi tuan rumah. Yang ikut juga banyak yang dari luar kota." Jelas Doni sembari menatap anggota OSIS yang berlalu lalang.
" ARKA! LO HARUS IKUT DONG!"
Teriakan seseorang yang memanggil nama Arka membuat Doni dan Tom memutar tubuh mereka ke sumber suara.
Disana mereka melihat Arka yang sedang dibuntuti oleh beberapa anggota OSIS dan ekskul basket. Mereka terus meneriaki nama Arka berkali-kali.
" Ayolah, Ka. Ini demi sekolah loh..." Ucap salah satu anggota OSIS mulai lelah.
" Ga." Balas Arka tetap pada pendiriannya.
Sejak tadi mereka terus memaksa Arka mengikuti turnamen basket itu. Yang jelas-jelas Arka sama sekali tidak tertarik ataupun berminat.
Mengganggu. Kalau kata Arka.
" Tapi , Ka..."
" Woy! Arka kan udah bilang nggak mau. Jangan maksa dia lah!" Ucap Adi yang tiba-tiba muncul menengahi.
" Ya tapi cuma Arka yang bisa diandalkan buat turnamen ini. Kalo dia nggak ikut, sekolah kita bisa kalah dong!" Protes salah satu anggota ekskul basket.
Arka memutar bola matanya jengah. Dia menatap Adi sebentar sebelum akhirnya bicara. " Ada Adi tuh! Dia juga pasti minat kalo kalian tawarin. Kan demi sekolah juga." Ucap Arka lalu beranjak pergi.
Mereka semua hanya diam, termasuk Adi. Laki-laki itu tersenyum tipis mendengar ucapan Arka. Ada rasa sombong dibalik senyum laki-laki itu.
***
Sebuah mobil sport memasuki area SMA Triwijaya. Pemilik mobil itu turun dan langsung masuk ke dalam sekolah.
Seluruh siswa-siswi yang memang keadaannya sedang tidak ada pelajaran berdecak kagum melihatnya. Tak jarang bisik-bisik terdengar di telinga nya. Tapi laki-laki itu tetap acuh.
Bruk!
Saat sedang santai berjalan, tiba-tiba tubuhnya menabrak seseorang yang sedang membawa tumpukan buku. Alhasil buku itu pun berserakan.
Laki-laki itu mengamati orang yang dia tabrak. Seorang siswi dengan rambut yang diikat rapi. Laki-laki itu pun berjongkok. Mensejajarkan tubuhnya dengan siswi itu.
" Sorry." Ucapnya.
" Iya gapapa. Lain kali hati-hati ya..." Ucap siswi itu yang kelihatan sama sekali tidak marah ataupun kesal.
" Gue bantu." Ucapnya menawarkan bantuan. Tapi siswi itu menolak dan mengangkat tumpukan buku itu sendiri.
" Gue duluan." Ucap siswi itu lalu berjalan pergi.
Laki-laki itu memandang dalam diam. Sebelum akhirnya dia ingat tujuannya ke sekolah ini. Dia langsung buru-buru mencari kelas yang dia cari.
***
" Ya ampun, seriusan gue ga bohong. Tadi waktu kelas gue jamkos, tiba-tiba ada cogan lewat dong..."
" Beneran weh, ada cogan tadi..."
" Gantengan mana sama Arka?"
" Haduh, ganteng nya tuh beda... Pokoknya mereka beda lah gitu. Arka ganteng, dia juga ganteng."
" Apa dia peserta turnamen?"
" Bisa jadi, bisa jadi..."
Suara ricuh di kantin itu membuat suasana menjadi begitu ramai. Arka menatap ke sekeliling kantin. Mencari tempat kosong.
" Ka, duduk disana aja. Deket sama penjual minum tuh." Saran Andre yang langsung disetujui oleh Arka.
Mereka berempat langsung menempati tempat duduk yang Andre sarankan dan memesan makanan serta minuman.
Ditengah keramaian kantin, Arka masih menemukan Nasya dan Ana disana. Mereka sempat saling kontak mata. Sebelum akhirnya Ana mengajak Nasya untuk duduk di bangku yang tidak jauh dari tempat Arka duduk.
" Lo...udah selesai buat bagan nya kan?" Nasya melontarkan pertanyaan tiba-tiba pada Arka.
" Hm, udah. Lo tinggal isi apa aja yang perlu." Jawab Arka.
Bangku mereka memang sebelahan. Jadi tidak sulit untuk mereka saling bicara satu sama lain.
" 3 hari lagi kita presentasi. Menurut lo waktu nya cukup nggak ya?" Tanya Nasya meminta pendapat.
" Cukuplah. Toh tinggal dikit juga. Lo tinggal hafalin punya lo, gue hafalin punya gue. Selesai." Jawab Arka membuat Nasya terkekeh seketika.
" Ga segampang itu, Ka. Lo rasain sendiri nanti." Ucap Nasya membuat Arka memandangnya datar.
Ketiga teman Arka memandang keduanya heran. Bukankah Arka orang pertama yang mengibarkan bendera kebencian kepada Nasya di sekolah ini? Kenapa sekarang mereka terlihat akrab?
Dari kejauhan Chika menyaksikan semuanya. Kedua tangannya mengepal kuat dan matanya mengisyaratkan kebencian.
" Dasar bitch. Lo liat pembalasan gue. Mau sok akrab sama Arka kan lo..." Gumamnya lalu berjalan ke arah Nasya dan Arka dengan membawa segelas jus jeruk.
" Jus jeruk ini bakal buat seragam putih lo jadi lebih berwarna." Gumamnya dalam hati.
Dengan emosi yang menggebu, Chika langsung menyiramkan jus jeruk itu ke arah Nasya.
Byur!
" Cari mati lo?!"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA
Teen Fiction[NO PLAGIAT!!!] " Takdir tidak membutuhkan sebuah undangan. " --Arka Anggara-- Cowok berparas tampan yang terkenal cuek. Akan tetapi memiliki banyak penggemar di sekolahnya hingga dijuluki 'duta-nya sekolah'. --Nasya Marcella-- Gadis sederhana yang...