Pukul 12.00...
Arka tersenyum tipis menatap wajah Nasya dari bawah. Gadis itu sekarang sedang sibuk mengoceh tentang rasa rindunya dengan sang nenek.
Nasya menghembuskan nafasnya perlahan. Menundukkan kepalanya dan menatap Arka yang kini juga tengah menatapnya.
" Kenapa?" Tanya Arka.
" Capek..." Keluh Nasya.
" Mau makan?" Tawar Arka. Masih tetap di posisinya.
Nasya menggelengkan kepalanya. Dia tidak lapar. " Tadi pagi itu... Itu beneran lo kan?" Tanya Nasya ragu.
Arka menganggukkan kepalanya. " Iya." Jawabnya.
" Kenapa?" Tanya Nasya.
" Apanya?" Balas Arka balik bertanya.
" Kenapa tiba-tiba? Gue sampe kaget tau tadi." Ucap Nasya.
Arka tersenyum simpul. " Karena lo." Balasnya.
" Karena...gue? Gue yang buat lo terima Mama lo lagi?" Tanya Nasya ragu.
Arka menganggukkan kepalanya lagi. " Hm, lo orang itu." Jawab Arka.
Nasya hendak bertanya lebih lanjut soal hal ini pada Arka. Tapi niatnya harus tertahan karena Arka sudah menyampingkan tubuhnya menghadap ke perut Nasya. Membuat Nasya sontak merinding.
" Ka, mending lo bangun dulu deh. Udah berapa jam ini lo tiduran disini. Nanti ada yang liat malah dikira aneh-aneh..." Ucap Nasya sembari sedikit menjauhkan kepala Arka.
" Gue ngantuk, capek, pusing. Gue mau tidur kayak gini aja." Gumam Arka pelan yang nyaris tidak Nasya dengar.
" Kalo ngantuk, capek, pusing tuh tidur yang bener. Ya kali lo malah tidur kayak gini." Gerutu Nasya.
Arka memejamkan matanya sembari membawa tangan Nasya ke kepalanya. Nasya hendak menarik tangannya, tapi dia urungkan karena dia merasakan dahi Arka yang panas.
" Lo demam ya?" Ucap Nasya.
Hening. Tidak ada sahutan. Nasya menghembuskan nafasnya. Pantas saja cowok itu berkata pusing, dia sedang demam ternyata.
" Gue panggil Mama lo ya?" Tawar Nasya.
Arka menggelengkan kepalanya. " Gue cuma butuh istirahat bentar. Nanti juga sembuh." Ucap Arka sembari mendongakkan kepalanya dengan mata yang sudah memerah.
" Gue boleh tidur disini kan..." Lanjutnya dengan suara yang mulai serak.
Nasya memejamkan matanya sejenak. Dia akhirnya menganggukkan kepalanya dan mengajak Arka untuk berdiri sejenak.
Nasya mendudukkan Arka di atas kasur. Meskipun cowok itu sempat protes. " Tunggu disini bentar. Gue buka pintu kamarnya dulu..." Ucap Nasya lalu berjalan membuka pintu kamar. Agar tidak ada yang berpikiran negatif nantinya.
Arka menatap Nasya yang berjalan ke arahnya dengan senyuman tipisnya. " Udah, silahkan tidur." Ucap Nasya.
" Kayak tadi?" Tanya Arka.
Nasya menggelengkan kepalanya. " Tidur biasa aja, nanti lehernya malah jadi sakit." Jawab Nasya sembari menuntun Arka supaya berbaring di atas ranjang.
Sebelum cowok itu protes, Nasya juga ikut duduk bersandar di atas ranjang sembari mengusap kepala Arka perlahan.
" Tidur. Gue temenin." Ucap Nasya terus mengelus kepala Arka.
" Lo sering sakit kayak gini?" Tanya Nasya.
Arka menggelengkan kepalanya. Nasya mengernyit, " kalau sakit gini, biasanya dikasih obat apa?" Tanya Nasya.
Arka menggelengkan kepalanya lagi. " Gatau, ga ada yang pernah tau kalo gue lagi sakit." Jawaban Arka mampu membuat Nasya menatapnya dengan raut wajah sedih dan khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA
Teen Fiction[NO PLAGIAT!!!] " Takdir tidak membutuhkan sebuah undangan. " --Arka Anggara-- Cowok berparas tampan yang terkenal cuek. Akan tetapi memiliki banyak penggemar di sekolahnya hingga dijuluki 'duta-nya sekolah'. --Nasya Marcella-- Gadis sederhana yang...